Seseorang yang kaya pikiran dan kaya hati, akan mudah menjaga kebaikan dan ketulusan yang diberikan oleh orang lain.
(Supartono JW.02082023)
Ku Jaga. Itulah judul yang saya tulis pada 4 September 2016. Lagu ini, sebagai lagu ke-9 dari 10 urutan lagu, yang ada dalam naskah drama adaptasi yang saya tulis untuk budaya pentas.Â
Sesuai jalan cerita, tentu lagu-lagu yang saya tulis memdeskripsikan adegan sesuai situasi dan kondisi yang ada, sesuai alur naskah.Â
Lagu Ku Jaga, adalah jawaban awal dari pergolakan kisah, sejak awal drama dibuka, sebelum drama ditutup oleh lagu terakhir. Lagu ke-10 yang sekaligus menutup adegan.
Berikut adalah lirik lagu Ku Jaga, yang sudah saya dokumentasikan dengan sangat sederhana di chanel Youtube Supartono JW.Â
Ku Jaga
By Supartono JW
4 September 2016
Semua yang telah kita lewati
Bukan terjadi begitu saja
Namun itu semua
Karna rasa di dalam jiwa
Kebaikanmu dan ketulusanmu
Bangkitkan rasa yang telah mati
Kini hatiku terbuka
Sembuh dari luka
Karena kehadiranmu
Reff.
Tlah kembali
Rasa yang ada di jiwa ini
Karna kebaikanmu
Kan ku jaga
Rasa yang ada di jiwa ini
Karna ketulusanmu
Tertanam sampai akhir hidupku
Meski jarak kan pisahkan kita
Sesuai liriknya, di bait pertama, mengisahkan betapa sudah ada perjalanan kisah yang tidak terjadi begitu saja. Dan, kisah yang terjadi, berdasarkan pondasi atas rasa yang ada di dalam jiwa.
Di bait kedua, hadirnya seseorang dengan kebaikan dan ketulusannya, membuat rasa di dalam jiwa yang telah lama mati, membuka hati dan menyembuhkan luka dalam dirinya.
Pada akhirnya, di bait ketiga, diungkap ulang bahwa kebaikan membuat rasa di jiwa yang telah lama mati dapat kembali.
Dan, tidak ada kata lain bahwa kebaikan dan ketulusan itu wajib dijaga. Kebaikan dan ketulusan yang sampai ke dalam pikiran dan hati, sudah pasti kuat tertanam hingga akhir hidup, meski pun jarak, nantinya akan memisahkan.
Dalam kehidupan nyata
Mengapa saya menulis lagu Ku Jaga dengan lirik seperti demikian? Tentu, lirik menyesuaikan alur cerita dalam drama. Lalu ending cerita juga saya buat akhir yang bahagia (happy ending).
Namun, sejatinya, lagu Ku Jaga, bila diterapkan dalam kehidupan nyata, bukan hanya ditempelkan pada urusan rasa, urusan cinta, maka akan signifikan bila diaplikasikan dalam urusan apa pun.
Misal, mulai dari diri sendiri, tentu kita wajib berbuat kebaikan dan ketulusan kepada siapa pun, dalam hal apa pun. Bila kita sudah mampu berbuat baik dan melakukannya dengan tulus, maka wajib dijaga agar kita tidak menjadi orang yang tidak baik dan perbuatan baiknya tidak tulus.
Dalam lingkungan keluarga, saudara, pertemanan, persahabatan, hingga lingkungan masyarakat, kebaikan yang tulus, sangat didambakan oleh semua pihak. Meski, dalam praktiknya, ada orang yang berbuat baik tetapi tidak tulus. Karena ada maunya, ada udang di balik batu. Sebaliknya ada orang yang tulus, tetapi belum mampu melakukan perbuatan yang baik.
Di sekolah, kuliah, pekerjaan, perbuatan kebaikan dan ketulusan, juga wajib ditanam, dirawat, dan dijaga agar pendidikan dan pekerjaan berhasil dan sukses. Melahirkan manusia-manusia berkarakter dan kompeten.
Dalam dunia politik, bicara kebaikan dan ketulusan, biasanya hanya sebagai intrik, taktik, siasat, dll. Meski begitu kebaikan dan ketulusan tetap wajib dijaga.
Mengingatkan diri sendiri
Pertanyaannya, untuk diri saya sendiri, apakah selama ini, saya sudah menjaga kebaikan demi kebaikan dari orang lain yang diberikan dengan tulus kepada saya. Lalu, mampu menjaganya. Bahkan, terpikir untuk membalas kebaikan dan ketulusan mereka, semampu saya?
Apakah saya sudah termasuk kategori orang yang baik. Dapat berbuat baik? Apakah saya sudah termasuk kategori orang yang tulus? Dapat berbuat dengan tulus? Apakah saya sudah termasuk kategori orang yang tulus?
Diri saya tentu dapat menjawabnya secara subyektif. Namun, jawaban obyektif, tentu hanya dapat diungkap oleh orang-orang yang mengenal dan dekat dengan saya.Â
Semoga, saya masih terus.diberikan kesempatan untuk belajar menjadi orang yang dapat berbuat baik dengan tulus. Dan, berbuat baik dengan tulus itu, bukan harus terlebih dahulu menjadi orang yang kaya harta.
Cukup menjadi orang yang kaya pikiran dan kaya hati, yakin saya, kita akan menjadi orang yang mampu berbuat baik dengan tulus. Dengan kaya pikiran  dan kaya hati, saya, kita, tentu juga akan mampu menjaga kebaikan dan ketulusan dari orang-orang yang dekat, orang-orang yang saya, kita sayangi, cintai. Aamiin.