Di grup wa
Bicara etika dan kezaliman, hadirnya media sosial seperti WhatsApp (WA), juga dapat dijadikan bukti bahwa para anggota di Grup WA, khususnya di Grup-Grup Kekeluargaan, banyak anggota yang masih manusia, tetapi hati dan pikirannya ikutan terjangkit penyakit tidak beretika dan zalim. Dalam artikel sebelumnya sudah saya bahas hal ini.
Untuk itu, siapa pun admin Grup atau pemimpin Grup WA yang biasanya menjadi koordinator/ketua kegiatan kekeluargaan, wajib tegas. Keluarkan anggota Grup dari Grup WA, yang secara otomatis juga dikeluarkan dari anggota Grup Kekeluargaan, agar kekeluargaan tetap harmonis. Tidak dijangkiti penyakit pikiran dan hati yang akan membawa dampak buruk terhadap keberlangsungan kekeluargaan yang ada.
Hindarkan saya
Terkait etika dan kezaliman, masih banyak sekali lini-lini kehidupan lain yang dapat saya ulas. Tetapi, dari contoh sedikit tentang etika dan kezaliman di dunia +62 ini, dapat kita bayangkan, kira-kira seperti apa di lini kehidupan yang lain.
Yang pasti, bila segala daya upaya hingga rezeki dan kekuasaan ditempuh dengan cara-cara tidak halal, tidak sesuai etika dan cara zalim, apakah akan ada berkah yang mengiringinya?
Sejatinya, di +62, banyak manusia yang terdidik dan banyak manusia, meski tidak dapat berkesempatan menempuh pendidikan di jalur formal, tetap tidak kehilangan etika. Mereka belajar dari kehidupan nyata di lingkungan keluarga dan masyarakat, karena pandai bersyukur, hidup (makan, sandang, papan) dari REZEKI yang HALAL. Pun meneladani tradisi dan budaya yang benar dan baik, sehingga tahu hak dan kewajiban. Punya simpati, empati, tahu diri, rendah hati. Kaya pikiran dan kaya hati.
Namun, akibat keteladanan dari para elite dan pemimpin negeri yang mengais rezeki dengan cara yang tak halal, tidak beretika dan zalim. Di lingkup kekeluargaan kecil di masyarakat, di berbagai bidang kehidupan dan kegiatan, kini, saya dapat dengan mudah menemukan individu masyarakat yang miskin hati dan miskin etika, serta tidak takut dan mudah berbuat zalim.
Semoga, saya senantiasa termasuk dalam golongan orang yang selalu belajar untuk berbuat sesuai etika dan tidak zalim. Sebab, saya tahu, bila saya beretika di kehidupan kekeluargaan dan masyarakat, maka akan selalu memiliki kedalaman sikap, bisa melatih kemandirian, dan tanggung jawab untuk kehidupan.
Saya dapat berbagi kepada orang lain bagaimana mereka menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, menuju kehidupan yang damai, sejahtera, tertib, dan harmonis. Dapat terhindar dari perbuatan zalim.
Pada ujungnya, hal tersebut dapat menjadikan saya, pribadi yang emiliki rasa tanggung jawab. Ikut memelihara dan meningkatkan kredibilitas pribadi, kekeluargaan, dll. Ikut memelihara ketertiban dan keteraturan dalam suatu organisasi atau kekeluargaan.Â