Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Etika dan Kezaliman

26 Juni 2023   12:52 Diperbarui: 26 Juni 2023   13:05 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di grup wa

Bicara etika dan kezaliman, hadirnya media sosial seperti WhatsApp (WA), juga dapat dijadikan bukti bahwa para anggota di Grup WA, khususnya di Grup-Grup Kekeluargaan, banyak anggota yang masih manusia, tetapi hati dan pikirannya ikutan terjangkit penyakit tidak beretika dan zalim. Dalam artikel sebelumnya sudah saya bahas hal ini.

Untuk itu, siapa pun admin Grup atau pemimpin Grup WA yang biasanya menjadi koordinator/ketua kegiatan kekeluargaan, wajib tegas. Keluarkan anggota Grup dari Grup WA, yang secara otomatis juga dikeluarkan dari anggota Grup Kekeluargaan, agar kekeluargaan tetap harmonis. Tidak dijangkiti penyakit pikiran dan hati yang akan membawa dampak buruk terhadap keberlangsungan kekeluargaan yang ada.

Hindarkan saya

Terkait etika dan kezaliman, masih banyak sekali lini-lini kehidupan lain yang dapat saya ulas. Tetapi, dari contoh sedikit tentang etika dan kezaliman di dunia +62 ini, dapat kita bayangkan, kira-kira seperti apa di lini kehidupan yang lain.

Yang pasti, bila segala daya upaya hingga rezeki dan kekuasaan ditempuh dengan cara-cara tidak halal, tidak sesuai etika dan cara zalim, apakah akan ada berkah yang mengiringinya?

Sejatinya, di +62, banyak manusia yang terdidik dan banyak manusia, meski tidak dapat berkesempatan menempuh pendidikan di jalur formal, tetap tidak kehilangan etika. Mereka belajar dari kehidupan nyata di lingkungan keluarga dan masyarakat, karena pandai bersyukur, hidup (makan, sandang, papan) dari REZEKI yang HALAL. Pun meneladani tradisi dan budaya yang benar dan baik, sehingga tahu hak dan kewajiban. Punya simpati, empati, tahu diri, rendah hati. Kaya pikiran dan kaya hati.

Namun, akibat keteladanan dari para elite dan pemimpin negeri yang mengais rezeki dengan cara yang tak halal, tidak beretika dan zalim. Di lingkup kekeluargaan kecil di masyarakat, di berbagai bidang kehidupan dan kegiatan, kini, saya dapat dengan mudah menemukan individu masyarakat yang miskin hati dan miskin etika, serta tidak takut dan mudah berbuat zalim.

Semoga, saya senantiasa termasuk dalam golongan orang yang selalu belajar untuk berbuat sesuai etika dan tidak zalim. Sebab, saya tahu, bila saya beretika di kehidupan kekeluargaan dan masyarakat, maka akan selalu memiliki kedalaman sikap, bisa melatih kemandirian, dan tanggung jawab untuk kehidupan.

Saya dapat berbagi kepada orang lain bagaimana mereka menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, menuju kehidupan yang damai, sejahtera, tertib, dan harmonis. Dapat terhindar dari perbuatan zalim.

Pada ujungnya, hal tersebut dapat menjadikan saya, pribadi yang emiliki rasa tanggung jawab. Ikut memelihara dan meningkatkan kredibilitas pribadi, kekeluargaan, dll. Ikut memelihara ketertiban dan keteraturan dalam suatu organisasi atau kekeluargaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun