Percobaan yang saya lakukan
Dalam satu kesempatan, saya pernah menanyakan apa fungsi utama handphone bagi mereka, kepada anak-anak dalam satu kelompok atau komunitas grup wa (Kegiatan kekeluargaan dan sosial) yang saya juga ada di dalamnya, bahkan menjadi admin, sekaligus sebagai bahan penelitian saya.
Awalnya, saya kaget. Sejak grup wa saya buat demi memudahkan komunikasi dengan anak-anak ini. Kejadiannya, informasi pertama, yang saya bagikan dalam grup, ternyata hampir tidak ada yang merespon atau menanggapi. Semisal sekadar mengucap "Terima kasih, atas informasinya" atau kata-kata lainnya. Sebab, anak-anak yang saya maksud, sekolah formalnya sudah SMP dan SMA.
Selanjutnya, informasi kedua, hingga informasi ketiga pun, hasilnya sama. Anak-anak tidak merespon. Kira-kira apa masalahnya?
Setelah informasi ketiga yang juga tidak ada respon dari anak-anak, semua anak-anak saya kumpulkan, termasuk orang dewasa yang juga ada dalam komunitas grup wa yang saya buat ini, saya tanyakan. Apa fungsi PONPIN yang kalian miliki?
Ternyata, sebagain besar anak-anak yang "polos" menjawab bahwa fungsi PONPIN bagi mereka, yang utama adalah, untuk bermain game (game online).Â
 Anak-anak yang saya sebut polos ini, di dalamnya adalah anak-anak yang sepertinya tidak pernah didik di rumah oleh orang tuanya dan tidak pernah didik di sekolah oleh guru/sekolahnya, tentang fungsi PONPIN. Sebab, ternyata fungsi utama PONPIN adalah untuk bermain game.
Ini signifikan dengan kejadian yang sering saya lihat di berbagai tempat. Orang tua malah membimbing anaknya untuk main game bersama teman-temannya, sementara orang tua sibuk berkegiatan sendiri. Ini kejadian di tempat terbuka, lho. Bagaimana kejadian di dalam rumah-rumah masyarakat kita? Faktanya masih ada anak yang saya sebut POLOS?
Deskripsinya dapat kita potret dari komunitas grup wa yang saya buat. Setelah tiga kali saya bagikan pesan/informasi/berita/agenda tentang kegiatan, ternyata anak-anak dan anggota grup tidak merespon, meski mereka membaca informasi, ternyata, fungsi utama PONPIN bagi mereka adalah untuk bermain game.
Dapat dipetik kesimpulan bahwa permainan game, ternyata disadari atau tidak disadari oleh para orang tua di rumah, para guru di sekolah, bahkan oleh PEMERINTAH, ternyata telah merusak pikiran dan hati anak-anak menjadi manusia yang tidak terdidik. Tumpul dan bebal etikanya, sopan santunnya. Tidak tahu malu, tidak tahu diri. Membuat menjadi manusia yang tidak punya simpati, empati, tidak respek. Ini pun signifikan dengan mengapa pendidikan Indonesia terus terpuruk dan tercecer, bahkan sekadar di kawasan Asia Tenggara. Rendah literasi, rendah matematika, dan rendah sains.
Luar biasa, fungsi utama PONPIN bagi anak-anak di komunitas grup wa yang pernah saya buat untuk satu kegiatan kekeluargaan, ternyata untuk main game. Padahal anak-anak tersebut ada yang secara ekonomi, ada anak yang orang tuanya miskin (harta), ada anak yang orang tuanya kaya (harta). Secara sosial, ada anak yang orang tuanya rakyat biasa atau rakyat jelata. Ada anak yang orang tuanya terpandang dan punya kedudukan baik di lingkungan masyarakat mau pun pemerintahan.