Maaf, pertanyaanya, ini sadar yang mana, ya? Sadar politik maksudnya? Tetapi apa sadar juga urusan sepak bola (FIFA) tidak dapat dicampuraduk dengan urusan politik?Â
Kira-kira atas pernyataan tersebut, sebelumnya masyarakat yang tidak menolak Israel, berarti dianggap tidak sadar? Yang sadar yang menolak, Israel? Begitu?Â
Ini, kok, pernyataan malah menambah masalah. Tidak jujur dengan hati nuraninya, bahwa batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia, menghapus mimpi para pemain muda Indonesia untuk bermain di Piala Dunia, pun menghapus mimpi publik sepak bola nasional dapat menyaksikan Piala Dunia di negeri sendiri.
Ada yang bilang kesempatan akan ada berikutnya. Apakah pemain yang ada dalam skuat Timnas Indonesia U-20 dapat mengulang kesempatan main di Piala Dunia U-20 berikutnya? Tidak bisa, kan? Bisa main di Piala Dunia 2026? Sepertinya hanya masih akan sebatas mimpi.Â
Jadi, menyoal Piala Dunia U-20 yang sudah batal, tidak perlu ditambah pernyataan yang malah menambah masalah baru, sebab tidak jujur dari hati nurani.
Itulah, fonemona Indonesia. Ternyata, masalah pintar dan jujur, tetap masih menjadi tradisi dan budaya yang menghambat kemajuan Indonesia di berbagai lini kehidupan.Â
Oleh sebab itu, penting bagi saya, dan mungkin kita semua, di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini kembali belajar dan memahami tentang hal pintar dan jujur. Agar saya, kita semua, benar-benar menjadi orang yang pintar dan jujur untuk kehidupan di dunia dan akhirat.
Sehingga ungkapan "banyak orang yang pintar, tetapi sedikit sekali yang jujur" malah dapat terwujud menjadi, "di Indonesai, banyak orang yang pintar, pun banyak yang jujur. Aamiin.
Pintar=cerdas
Sebelum saya mengulas menyoal pintar dan jujur, mari kita ulang memahami makna pintar dan jujur yang benar.
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pintar adalah pandai, cakap, cerdik, mahir.