Sadari, pahami, dan camkan. Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa makna politik ada 3.
Pertama, politik adalah (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan,Â
Kedua, politik adalah segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
Ketiga, politik adalah cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah), kebijaksanaan.
Selama ini, di Indonesia dari rakyat jelata hingga pemimpin negeri hanya berpikir dan menempatkan kata politik dalam makna pertama dan kedua. Mengabaikan dan melupakan atau memang tidak paham, tidak tahu bahwa makna politik juga artinya CARA bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah), kebijaksanaan.
Lebih tajam lagi, apa arti cara sesuai KBBI? Cara pun memiliki 6 makna.
(1) Jalan (aturan, sistem) melakukan (berbuat dan sebagainya) sesuatu.
(2) Gaya; ragam (seperti bentuk, corak) (3) Adat kebiasaan, perbuatan (kelakuan) yang sudah menjadi kebiasaan.
(4) Bahasa, logat (dialek)
(5) Jalan yang harus ditempuh.
(6) Usaha, ikhtiar.
Dari 6 makna tersebut, dengan tidak meninggalkan dan mengagungkan salah satu makna, maka  sesuai dengan judul artikel "Politik Mendapatkan MaghfirahNya" Maka, ketika kita memaknai politik sesuai makna ke-3, yaitu = cara. Berikutnya, sesuai makna cara ke-5 dan ke-6, yang dimaksud cara adalah jalan yang harus ditempuh dan usaha serta ikhtiar.
Sampai di sini paham, ya? Bahwa pola pikir terhadap pemahaman politik yang sempit, wajib dihilangkan, dibuang jauh-jauh. Sehingga, kata politik yang kesannya negatif, menjadi positif. Karena kata politik juga berarti cara.
Cara juga tidak berbeda dengan stategi dan taktik. Ketiganya adalah tentang hal bertindak untuk mencapai tujuan sesuai rencana yang telah disusun dengan cerdas untuk kemaslahatan umat.Â
Bukan seperti pemahaman politik pertama dan kedua yang selama ini hanya digunakan oleh manusia-manusia licik dalam rangka  meraih kursi kedudukan dan kekuasaan demi kepentingan pribadi, dinastinya, partai, golongan, kelompok, hingga oligarkinya.
Bagaimana politik mendapat ampunan?