Politik=cara/strategi/taktik.Â
(Supartono JW.Ramadhan11.1444H.02042023)
10 hari fase pertama ibadah Ramadhan telah kita lalui. Kini, fase 10 hari kedua, hari ke-11 sudah dilewati. Di fase ini, adalah kesempatan bagi seluruh umat Islam untuk berlomba mendapatkan MAGHFIRAH (Bahasa Arab)/MAGFIRAH (KBBI): ampun, maaf, atau pengampunan dari Allah SWT.
Karenanya, ampunan dari Allah SWT, tidak akan didapat oleh manusia dengan cuma-cuma, tiba-tiba, datang dengan sendirinya atau jatuh dari langit. Tetapi ada POLITIK-nya.
Pahami makna politik dengan benar
Apa maksud ada politiknya untuk mendapatkan magfirah? Kebetulan, di Indonesia masih hangat adanya kegaduhan yang sumber masalahnya dari kata politik.
Ingat politik pecah belah, politik adu domba, atau divide et impera? Â Dia adalah sebuah cara dari kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan.
Tetapi, setelahnya, kata politik dipahami maknanya secara sempit di Indonesia? Â Melalui kesempatan ini, saya gunakan kata politik sebagai judul artikel, "Politik Mendapatkan MagfirahNya." Apa maksudnya?
POLITIK=CARA. Jadi, maksud judul tersebut adalah bagaimana cara agar mendapatkan magfirah (pengampunan) dari Allah SWT?
Saya gunakan kata politik yang maksudnya cara, sebab Indonesia baru saja mengalami peristiwa tragis, yaitu dibatalkan oleh FIFA untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023, maka seantero Nusantara menggema opini dan pernyataan: "Jangan mencampuradukkan politik dengan olahraga (sepak bola)." Dan, hingga detik ini, gema opini dan pernyataan yang salah kaprah itu masih terus terdengar. Nampak KEBODOHANNYA.
Maaf, ternyata, pemahaman tentang makna atau arti kata POLITIK di masyarakat dan pejabat Indonesia masih rendah, dangkal. Politik hanya dipahami, dimaknai secara sempit dalam realitas kehidupan berbangsa dan bernegara, bermasyarakat, yaitu seolah-olah hanya yang hanya terkait dengan partai politik dan elite paratainya, hal-hal yang terkait dengan parlemen (DPR) dan pemerintahan serta idiologi bangsa dan negara, serta ketatanegaraan.
Sadari, pahami, dan camkan. Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa makna politik ada 3.
Pertama, politik adalah (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan,Â
Kedua, politik adalah segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
Ketiga, politik adalah cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah), kebijaksanaan.
Selama ini, di Indonesia dari rakyat jelata hingga pemimpin negeri hanya berpikir dan menempatkan kata politik dalam makna pertama dan kedua. Mengabaikan dan melupakan atau memang tidak paham, tidak tahu bahwa makna politik juga artinya CARA bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah), kebijaksanaan.
Lebih tajam lagi, apa arti cara sesuai KBBI? Cara pun memiliki 6 makna.
(1) Jalan (aturan, sistem) melakukan (berbuat dan sebagainya) sesuatu.
(2) Gaya; ragam (seperti bentuk, corak) (3) Adat kebiasaan, perbuatan (kelakuan) yang sudah menjadi kebiasaan.
(4) Bahasa, logat (dialek)
(5) Jalan yang harus ditempuh.
(6) Usaha, ikhtiar.
Dari 6 makna tersebut, dengan tidak meninggalkan dan mengagungkan salah satu makna, maka  sesuai dengan judul artikel "Politik Mendapatkan MaghfirahNya" Maka, ketika kita memaknai politik sesuai makna ke-3, yaitu = cara. Berikutnya, sesuai makna cara ke-5 dan ke-6, yang dimaksud cara adalah jalan yang harus ditempuh dan usaha serta ikhtiar.
Sampai di sini paham, ya? Bahwa pola pikir terhadap pemahaman politik yang sempit, wajib dihilangkan, dibuang jauh-jauh. Sehingga, kata politik yang kesannya negatif, menjadi positif. Karena kata politik juga berarti cara.
Cara juga tidak berbeda dengan stategi dan taktik. Ketiganya adalah tentang hal bertindak untuk mencapai tujuan sesuai rencana yang telah disusun dengan cerdas untuk kemaslahatan umat.Â
Bukan seperti pemahaman politik pertama dan kedua yang selama ini hanya digunakan oleh manusia-manusia licik dalam rangka  meraih kursi kedudukan dan kekuasaan demi kepentingan pribadi, dinastinya, partai, golongan, kelompok, hingga oligarkinya.
Bagaimana politik mendapat ampunan?
Untuk mendapatkan ampunan, selain dengan politik/cara bertobat, yaitu sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan, kembali kepada agama (jalan, hal) yang benar, merasa tidak sanggup lagi, menyatakan rasa heran, kesal, atau sebal, jera (tidak akan berbuat lagi).
Juga dengan politik=usaha dan ikhtiar, Â menjalankan seluruh ibadah Ramadhan, menjalankan dan mengamalkan perbuatan benar dan baik, serta memperbanyak dzikir dan doa.
Selain itu, seperti ajaran yang telah disampaikan oleh para alim ulama, plus dari berbagai literasi yang saya pahami, untuk mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT di bulan penuh berkah ini, juga dapat dengan politik:
(1) Menjadi orang yang memberi maaf,
(2) Bersedekah
(1) Menjadi orang yang memberi maaf, ini lebih sulat dari orang yang meminta maaf. Sebab itu, memberi maaf juga menjadi politik untuk mendapatkan ampunan dosa.
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya seseorang baru memberi sesuatu (uang/barang) jika ia diminta. Begitu juga kebiasaan dalam memberikan maaf, biasanya terlebih dahulu harus ada permohonan maaf, baru kemudian dimaafkan.Â
Padahal, anjuran di dalam Al-Qur'an adalah tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Hal ini seperti disebut dalam Qs. Asy-Syura: 40, yang artinya:
"Balasan terhadap kejahatan adalah pembalasan yang setimpal, tetapi barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah.
Bahkan, untuk hal ini, tidak ditemukan ayat yang menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.
Keutamaan orang yang bersedia memberi maaf kepada sesama manusia adalah akan segera mendapat ampunan dari Allah. Mereka yang enggan memberi maaf hakikatnya enggan memperoleh ampunan dari Allah SWT.
Dalam QS. An-Nur: 22, disebutkan bahwa:
"Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada. Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?
(2) Bersedekah, juga menjadi politik, agar mendapatkan magfirah. Kita dianjurkan untuk banyak bersedekah, terlebih di dalam bulan Ramadhan. Karena, sepatutnya, akhlak seorang mukmin adalah dermawan.
Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah SWT, sebagaimana di sebut dalam hadis HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami', 1744:
"Sesungguhnya Allah SWT Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk."
Dari hadits tersebut, dapat disimpulkan  bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati. Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi.
Selain itu, sesuai HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033: menyebutkan bahwa:
"Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta."
Itulah, sedikit politik agar saya, kita, mendapatkan magfirah dari Allah SWT, di fase 10 hari kedua bulan Ramadhan ini. Semoga, Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H