Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Purnama Kapat di Jakarta

15 Oktober 2019   01:43 Diperbarui: 16 Oktober 2019   17:08 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tuhan kan Maha Energi. Dan Beliau Maha Pemurah, Maha Penyayang. Beliau pasti memberikan energinya untuk ciptaan-Nya. Termasuk benda langit. Termasuk bulan. Energi cahaya bulan, di Purnama Kapat ini punya vibrasi yang lembut untuk jiwa. Energi bulan menjadi penyeimbang dari energi matahari. Kata Eyang Putri dulu, cahaya bulan tuh selain bisa membuat jiwa lebih halus, energi bulan juga membuat awet muda."

"Beneran Ra? Kalau gitu bagus dong kalau sering-sering berjemur di bawah cahaya purnama? Emang sih ya, bawaannya kan happy dan  teduh, kalau di bawah cahaya bulan purnama.."

"Betul banget tuh, Nyit. Pada Purnama Kapat, cahaya dan energi bulan sangat besar. Terutama di Indonesia yang letak geografisnya di ekuator. Soalnya, posisi matahari berada pas di khatulistiwa. Jadi, pantulan cahaya matahari dari bulan sampai ke bumi sangat tinggi. Gravitasi pas saat Purnama Kapat juga sangat bagus."

Galuh memejamkan matanya. 

"Kenapa meremm ..?"

"Lagi bayangin bunga-bunga Lily-ku di halaman depan, Ra. Mereka memang tidak seperti manusia yang diberi akal pikiran, yang bisa menghitung secara matematis dan presisi tentang pembagian kala. Tapi mereka dikaruniai Tuhan naluri untuk merasakan dan mengerti bahwa hari ini, malam ini, adalah waktunya Purnama Kapat. Jadi, aku bayangin tuh, mereka mekar, indah, berjemur cahaya bulan purnama, dan mengakses seluruh energi Purnama Kapat"

Kumara tertawa. Memandang Galuh yang sudah ia anggap seperti saudara perempuannya sendiri. 

"Kalau malam begini, rumputan Lily bunganya tidak mekar penuh, Nyit.. antara kuncup dan mekar gitu deh."

"Tapi kubayangin mereka, rumpun-rumpun itu, berdiri anggun, khidmat, dan hening berselaras dengan cahaya bulan"

"Iya gitu deh gambarannya. Mana tau juga kan kita, kalau sesungguhnya mereka sedang berdzikir. Atau bershalawat. Atau sedang mengirimkan blessings untuk sesama  makhluk hidup di alam semesta ini. Yang pasti, mereka tidak dipenuhi hasrat yang berlebihan. Mereka itu sak madya. Mengambil seperlunya, mengakses secukupnya. Sebatas yang dibutuhkan untuk keseimbangan dengan selalu 'mendengarkan' suara alam".

"Kita lagi 'ghibahin' bunga Lily dan rembulan nih dari tadi," celetuk Galuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun