Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berjumpa Enam Simbol Sumba di Adiwastra Nusantara

24 Maret 2019   09:19 Diperbarui: 24 Maret 2019   11:03 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenun Ikat Rende Sumba Timur (Koleksi Pribadi)

Kelima, motif manusia dengan kedua tangan terangkat ke atas. Kaki membuka, gambar kelamin dan seperti ada semacam capit berbentuk U tepat di bawah posisi kelamin. 

Keenam, motif rumah adat. Tergambar jelas dominan atapnya yang bertingkat dan mengerucut lancip semakin kecil ke atas dengan tiga tiang penyangga.

Dari Umbu Tay Tanggurami atau yang lebih dikenal dengan nama Adhy Willy Hawu, saya mendapatkan berbagai kisah. Bahwa, kain tenun ikat ini dibuat pada tahun 2013, dari Kampung Raja Prayawang (atau sering disebut Kampung Adat Prayawang), Desa Rende, Kabupaten Sumba Timur. Kampung Raja ini berjarak 2.079 km dari Jakarta dan merupakan salah satu kampung asal para bangsawan Sumba. 

Menurut kisah, di kampung ini terdapat 9 (sembilan) rumah induk yang melambangkan 9 (sembilan) keturunan para bangsawan di Kampung Raja tersebut. Sebagaimana rumah adat di Sumba Timur, rumah adat di Kampung Raja Prayawang memiliki 3 (tiga) bagian. Bagian atas rumah adat merupakan ruangan yang dianggap sangat sakral dan pemakaiannya sangat terbatas. Ada ritual adat khusus bagi pemilik rumah jika akan memasuki ruangan di bagian paling atas ini. Di Kampung Raja Prayawang terdapat Huma Bokul yaitu rumah mayat yang digunakan untuk persemayaman bangsawan Sumba yang meninggal selama satu tahun sebelum upacara penguburan.

Pembuatan kain selendang tenun ikat dengan 6 simbol Sumba itu menggunakan pewarna alam dari tumbuhan yang ada di tanah Sumba. Jadi benar dugaan saya. Natural dyed. Untuk menghasilkan warna-warna pada kain itu, digunakan banyak sumber alami. Pakapihakk (lumpur) untuk warna gelap/hitam, terlihat pada background kain. 

Daun Woru atau Nila atau Tarum (Indigo Tinctoria) untuk warna biru. Akar Kombu atau akar pohon Mengkudu untuk warna-warna merah/kemerahan. Pada kain itu, seluruh warna tampak indah. 

Namun bagiku, justru simbol Kurangu yang ditenun dengan benang biru lah yang paling indah. Ia nyata, ada, namun samar-samar, tersembunyi dan misterius. Gabungan antara kelembutan dan ketegasan.

Tentang motif-motif Sumba yang tergambar pada kain tenun itu, saya mendapatkan cerita dan kisah dari Bang Adhy maupun Kak Echa, istrinya.

Bentuk Mamuli mewakili bentuk rahim dan kelamin wanita, sebagai simbol kewanitaan dan perlambang kesuburan dan dimaknai sebagai penghormatan terhadap kedudukan perempuan. Dalam sebuah catatan, disebutkan bahwa Mamuli ini melambangkan wanita sebagai 'pemberi kehidupan'. Tentunya bukan bermaksud menyetarakan wanita dengan Tuhan, melainkan bahwa pada diri seorang wanita terdapat sebuah energi feminin yang besar yang memungkinkannya menjadi Ibu dan sanggup mengasuh 'kehidupan' generasi selanjutnya. Jika diperhatikan, bentuk Mamuli ini memiliki bentuk seperti huruf Omega, alfabet Yunani terakhir. 

Lelaki menunggang kuda membawa tombak memiliki arti kepala keluarga sebagai pencari nafkah. 

Lelaki menunggang kuda, dibelakangnya membonceng anaknya. Bisa diartikan sebagai regenerasi, generasi yang lebih senior mengajari atau mewariskan ilmu pada generasi berikutnya. Ayah membimbing anak lelakinya. Mengajarinya menunggang kuda. Menyertakannya dalam perburuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun