Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Berpintu Satu Nini Supinah yang Viral di Banjarnegara Butuh Perhatian

16 November 2019   22:33 Diperbarui: 16 November 2019   22:52 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari hari terahir ini, rumah nini Supinah warga RW 1 RT 1 desa Glempang Mandiraja Banjarnegara sedang viral menjadi pusat perhatian warga dunia maya setelah gambar kondisi rumah yang dihuni janda tua sebatang kara itu terunggah ke media sosial dan dibagikan ke beberapa grup seperti grup Forum Banjarnegara Maju. 

Meski dalam unggahan awal dan unggahan selanjutnya belum didukung data yang lebih akurat, namun rumah nini Supinah kadung mendapat banyak tanggapan warganet Banjarnegara kususnya warga desa Glempang. 

Publik banyak prihatin dengan kondisi rumah nini Supinah yang memang tidak layak huni. Bahkan ada sebagian yang sepontan punya gagasan untuk tergerak siap galang bantuan.

Oleh karena itu, untuk memastikan kondisi senyatanya berdasarkan data fakta yang ada, saya selaku LP3M ( Lembaga Perencana Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat) desa Glempang dan pegiat Jurnalis Warga bersama Bhabinkamtibmas desa Glempang, berinisiatif mengunjungi nini Supinah yang tinggal di perbatasan desa Glempang dengan desa Purwasaba kecamatan Mandiraja kabupaten Banjarnegara.

img-20191115-141918-5dd013c6d541df664e5b1da2.jpg
img-20191115-141918-5dd013c6d541df664e5b1da2.jpg
Jemuah siang, 15/11/2019, sekitar jam dua, saya bersama Serka (pol) Agung Ristanto Polsek Mandiraja yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas desa Glempang, menuju rumah nini Supinah. 

Berada di ujung utara desa Glempang. Jarak dari jalan raya Banjarnegara-Gombong sekitar 200 meter masuk ke timur jalan. Kami tiba di lokasi setelah bertanya kepada warga sekitar.

Hunian nini Supinah desa Glempang Banjarnegara
Hunian nini Supinah desa Glempang Banjarnegara
Tampak bangunan rumah tak beratap, menyisakan dinding bata dengan pintu dan jendela terbuka sisa digempur. Lantai semen dan di sudut kanan depan tampak bekas atap bambu teronggok roboh menyandar dinding.

Tapi yang lebih menarik perhatian adalah bangunan yang menempel di belakang rumah tak beratap. Beratap seng dan Bagian atas dinding tertutup baliho bekas untuk menahan angin dan tempias hujan. 

Ada pintu kayu berdaun pintu kayu berlobang disanggret atau dicagak kayu dan ditahan dengan batu. Suasana sepi. Seorang warga tetangga sebelah rumah menyampaikan kalau nini Supinah sedang mencuci pakaian di sumur sumber grumbul Palagunting agak jauh di arah timur rumah di tepi dusun.

"Biasanya nini Supinah sampai dua jam di sana. Pulang agak sore nanti," kata seorang warga yang menyambut kedatangan kami.

Setelah mengenalkan diri dan menyampaikan bahwa kami ingin melihat dan mengetahui kondisi langsung rumah nini Supinah, kami disilakan menuju rumah nini Mistem tetangga sebelah timur yang jaraknya hanya beberapa meter saja dari rumah nini Supinah.

Kami diterima dengan baik oleh nini Mistem dan anaknya.

Dengan ramah, serka Agung Ristanto berbincang menanyakan banyak hal mengenai kondisi nini Supinah.

img-20191115-135343-5dd00dc8d541df5329186c02.jpg
img-20191115-135343-5dd00dc8d541df5329186c02.jpg
img-20191115-141006-5dd00f9ed541df1e803128e4.jpg
img-20191115-141006-5dd00f9ed541df1e803128e4.jpg
Berdasarkan penuturan nini Mistem, diperoleh keterangan bahwa nini Supinah selama ini dikenal warga sebagai janda tua usia sekitar 70 tahun yang memiliki sedikit gangguan kejiwaan. Kadang dia ngomong sendiri dan agak sulit berkomunikasi dengan orang asing.

Meski demikian, nini Supinah ternyata banyak beraktifitas sebagaimana warga lainnya. Mencukupi kebutuhan saban hari dengan berjualan kayu bakar dan hasil tanam di kebun miliknya.

Nini Supinah sehari hari mengumpulkan kayu bakar di kebun miliknya lalu dijual ke pasar Purwasaba dan kepada warga sekitar yang membutuhkan. Dia juga berjualan beberapa hasil tanam di kebun miliknya seperti burus.

Selain hasil jualan kayu bakar dan hasil tanam kebun, untuk menyambung kebutuhan sehari hari, nini Supinah tiap bulan menerima bantuan sembako dari desa melalui program PKH.  Dia juga kerap mendapat kiriman sembako dan kebutuhan lain dari anak dan kerabatnya. Para tetangga sekitar juga perhatian dengan ikut memantau keadaan nini Supinah.

Sore itu kami tidak bertemu pak Roto ketua RT yang rumahnya tidak jauh di arah barat. Jika ketemu tentunya akan mendapat lebih banyak lagi gambaran mengenai keadaannya.

Nini Supinah masih punya beberapa saudara yang tinggal agak jauh dari rumahnya dan di desa tetangga. Ada satu saudara kandung  yang juga butuh perhatian kusus karena memiliki gangguan kejiwaan. Namanya Tohari. Tinggal agak jauh dari rumahnya.

Selain saudara kandung, nini Supinah juga punya seorang anak perempuan bernama Rubes istri Tori yang kini tinggal di RW 3 grumbul Karangendep.

Sehingga, meski memang hidup sebatang kara sendirian di rumahnya, nini Supinah masih kerap ditengok anak dan keluarganya.

Dia kerap ditawari tinggal bersama anaknya di Karangendep, namun nini Supinah selalu menolak dengan alasan merasa masih punya rumah yang sekarang ditempati.

Terkait rumah yang sekarang ditempati nini Supinah, berdasarkan penuturan nini Mistem, bangunan itu sudah bukan lagi di tanah pekarangan miliknya karena sudah sejak lama dijual kepada nini Mistem, tanah dan bangunannya yang sekarang berujud rumah tak beratap. Sekarang, tanah tersebut sudah bersertifikat atas nama Suwandi anak nini Mistem.

Hanya karena nini Supinah tidak lagi punya rumah di tanah miliknya, nini Mistem memberi kesempatan dan mengijinkan nini Supinah tinggal membangun hunian yang menempel di belakang rumah tak beratap.  Adapun penerangan lampu mendapat saluran listrik dari rumah pak Mulyadi tetangga barat rumah.

Itu semua atas dasar rasa kasihan dan kepedulian melihat kondisi nini Supinah janda tua sebatang kara yang tidak memiliki rumah layak huni.

Nini Supinah sebenarnya masih memiliki tanah kebun seluas sekitar 50 ubin di timur hunian sekarang dekat kuburan.

Jika suatu saat nini Supinah mendapat bantuan pembangunan rumah, nini Mistem berharap dibangun di tanah miliknya itu.

Sumber lain menyebutkan, masih ada sekitar 5 ubin tanah milik keluarga nini Supinah yang belum terjual di lokasi berdirinya hunian nini Supinah sekarang.

Setelah mendapatkan ijin dari keluarga nini Mistem dan didampingi seorang anaknya, kami menengok keadaan rumah hunian yang hari hari terahir ini mendapat sorotan warganet Banjarnegara.

Dan kami memang menyaksikan langsung suasana rumah yang cukup memrihatinkan dan masuk kategori rumah tidak layak huni.

img-20191115-141224-5dd01147097f36042a7b5bd2.jpg
img-20191115-141224-5dd01147097f36042a7b5bd2.jpg
Bangunan itu berada di ruang belakang bekas rumah lama yang tak beratap hanya berdinding setengah gempur.  Menempati tiga ruang. Ruang sisi barat ukuran 3x6 meter dibiarkan tak beratap dan digunakan untuk tempat mencuci sebagian perabotan.  

Tak ada sumur dan toilet. Air menggunakan ember penampung. Itulah kenapa nini Supinah selalu mencuci pakaian dengan berjalan cukup jauh di timur tepi dusun.

img-20191115-141229-5dd010cdd541df594d699b23.jpg
img-20191115-141229-5dd010cdd541df594d699b23.jpg
Ruang bagian tengah dengan ukuran sama digunakan untuk dapur pawon dan menyimpan tumpukkan kayu bakar. Jika lalai, titik ini sangat berisiko kebakaran karena pawon dan tumpukan kayu bakar sangat dekat. Ketika kami masuk, tampak simpanan kayu bakar nini Supinah mengumbuk tinggi.

img-20191115-141240-5dd01467097f361f7104d442.jpg
img-20191115-141240-5dd01467097f361f7104d442.jpg
Kemudian ruang ketiga di sisi timur digunakan untuk ruang tidur, ruang makan, dan tempat menaruh aneka perkakas rumah tangga dan dapur seperti piring gelas kusan tampah dan lainnya. 

Terdapat meja kayu tempat menaruh makanan. Tempat tidur dipan kayu kecil seukuran kasur kapuk kumal. Dinding sisi timur ditutup seng karena dinding bata di bagian ini sudah jebol.

img-20191115-141204-5dd012ced541df236478efc3.jpg
img-20191115-141204-5dd012ced541df236478efc3.jpg
img-20191115-141208-5dd01147d541df59e86aabb2.jpg
img-20191115-141208-5dd01147d541df59e86aabb2.jpg
Atap rumah hunian nini Supinah terbuat dari seng yang kelihatan masih cukup baik. Terdapat celah lebar memutar di antara atap dengan dinding bagian atas sehingga harus ditutupi baliho bekas. 

Meski demikian, oleh sebab cuaca dan jarang perawatan, bagian itu masih bolong bolong di beberapa tempat sehingga angin masih leluasa masuk dan hujan masih mungkin tempias masuk.

img-20191115-141211-5dd012b7097f36309821fe32.jpg
img-20191115-141211-5dd012b7097f36309821fe32.jpg
Kami hanya menengok sebentar bagian dalam hunian nini Supinah karena memang tak banyak yang kami lihat.

Ternyata hunian nini Supinah hanya memiliki satu pintu untuk masuk dan keluar.  Berada persis di ruang bagian tengah atau pintu itu langsung berhadapan dengan dapur pawon.

Rumah berpintu satu tak berjendela. Itulah hunian nini Supinah saat ini. Tidak ada toilet. Tidak ada ruang tamu. Yang ada hanya dapur dan tempat tidur dan tempat makan menyatu menjadi satu kesatuan hidup memrihatinkan nini Supinah.

Setelah mengecek langsung kondisi hunian dan kisah sepenggal kehidupan nini Supinah, serka (pol) Agung Ristanto menyampaikan keprihatinannya dan berharap ada jalan keluar untuk mengentaskan nini Supinah menuju kehidupan yang lebih layak.

"Melihat lokasi dan kondisi yang ada, memang sangat memrihatinkan. Namun nini Supinah masih memiliki keluarga dan anak. Jadi perlu kita koordinasi dengan pemerintah desa bagaimana sebaiknya. Apakah diikutkan dengan anak atau ada upaya lain." Demikian ungkap Serka Agung.

Bhabinkamtibmas desa Glempang itu juga berpesan dan berharap kepada masyarakat atau para pegiat Medsos untuk dapat memberi kesan yang baik, jangan asal membuat pernyataan yang tidak sesuai fakta senyatanya di lapangan sehingga tidak memunculkan simpang siur berita hoak.

Bagi pihak yang tergerak ingin membantu sebaiknya dapat berkoordinasi baik dengan pihak pihak terkait di desa.

Serka Agung juga berharap kepada warga sekitar dan ketua RT khususnya untuk terus memerhatikan dan menjaga keadaan rumah nini Supinah terutama jika hujan lebat.

img-20191115-141843-5dd01520d541df18fc3510c5.jpg
img-20191115-141843-5dd01520d541df18fc3510c5.jpg
Lalu kenapakah rumah hunian nini Supinah yang memrihatinkan tidak layak huni itu masih terlihat di desa Glempang Banjarnegara? Mengapa tidak atau belum tersentuh program RTLH atau Bedah Rumah.

Fakta di lapangan, masih ada rumah rumah warga desa Glempang yang masuk kategori tidak layak huni dari kalangan warga miskin. Namun tiap tahun secara bertahap terus dientaskan melalui program RTLH baik menggunakan dana dari atas maupun dana desa. Upaya itu dilakukan bertahap dan menggunakan skala prioritas.

Ketika konfirmasi ke pihak Pemdes Glempang melalui carik Anggit Purwanto, tiap kepala dusun sebenarnya sudah mendapat kewenangan untuk mengecek dan mendata seluruh rumah tinggal tidak layak huni kemudian diusulkan atau dilaporkan ke Pemdes untuk mendapat prioritas pembangunan penerima program RTLH. 

Syarat utama penerima program yang sekarang sedang populer ini, warga calon sasaran sudah masuk data base pusat yang dikeluarkan BPS atau Badan Pusat Statistik. 

Dan warga penerima adalah pemilik rumah di tanah pribadi bukan menumpang atau sewa pakai. Warga juga sudah secara administrasi kependudukan terdata sebagai penduduk desa Glempang dibuktikan dengan kartu keluarga dan KTP atau surat keterangan lain yang berlaku.

Menariknya, meski warga sudah terpenuhi beberapa syarat administrasi kependudukan dan kepemilikan rumah, ternyata kerap muncul kasus warga yang diusulkan dusun tidak dapat menerima program RTLH karena belum tercantum dalam data base BPS pusat. Sehingga menjadi kendala bagi Pemdes untuk memenuhi harapan dan usulan RTLH.

Secara terpisah, konfirmasi dengan Imam Supangat kepala dusun 1, untuk wilayah Rt 1, dirinya sudah berupaya mengusulkan nini Supinah sebagai calon penerima bantuan RTLH. Namun karena setatus kepemilikan tanah yang sekarang ditempati masih menyimpan persoalan keluarga, kepala dusun kesulitan menindaklanjuti lebih jauh lagi dan untuk Rt 1, mengusulkan rumah warga di selatan nini Supinah, namun tidak masuk dalam skala prioritas oleh Pemdes.

Desa menurut carik Anggit Purwanto, selalu berusaha mengentaskan persoalan warga termasuk keberadaan rumah tidak layak huni sebagaimana hunian nini Supinah. Namun semua harus dilakukan menggunakan tata aturan yang berlaku dan skala prioritas.

Terkait keadaan nini Supinah, Pemdes Glempang sebenarnya bisa mencari solusi mengentaskannya dengan membangun rumah layak huni di lahan miliknya.  

Sebagaimana yang pernah dilakukan Pemdes Glempang, membangun rumah untuk seorang warga dengan kondisi terganggu jiwanya di dusun 5 pegunungan Karangtunon.

Dengan demikian, nini Supinah bisa memiliki rumah milik sendiri yang layak huni tidak menumpang lagi, bisa melanjutkan hidup masa tua dengan tambah bahagia. Punya rumah dengan ruangan lengkap. 

Ada dapur, tempat tidur, ruang makan, dan ruang tamu tempat menyambut para tamu dan tetangga dusun serta sanak kerabat yang berkunjung di saat saat tertentu atau di hari lebaran, menikmati hidup secara layak sebagai keluarga besar warga desa Glempang.

LP3M desa Glempang akan mendorong dan berkoordinasi dengan pemangku wilayah dan Pemdes untuk mengambil langkah terbaik bagaimana mengentaskan kondisi nini Supinah.

Tentunya juga sangat diharapkan dukungan guyub rukun berbagai pihak untuk peduli dan berempati dengan nini Supinah.

Maka, ungkapan keprihatinan akun Mbah Tower, 'Tidak Bisa Ngomong, Hanya Pengin Membantu', semoga bisa menggugah semua untuk lebih peduli terhadap nasib prihatin warga di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun