Prasasti Mula Malurung 1255M dikeluarkan oleh maharaja Tumapel Nararya Seminingrat atau Wisnuwardhana untuk meneguhkan kembali anugerah yang sebelumnya dikeluarkan tokoh bernama Bhatara Parameswara Sri Sakalayawadwipa Naranathadiguru.
Prof. Slamet Muljana mengidentifikasi Bhatara Parameswara sebagai Mahisa Wonga Teleng, putra sulung pasangan Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi Ken Arok dan Ken Dedes.
Prasasti Mula Malurung terdiri dari 12 lempeng prasasti tembaga ukuran 32,5x10 cm yang tertulis pada kedua sisi tiap lempeng kecuali pada lempeng pertama yang memuat 7 baris. Lempeng 1,3,5,7,8,9,10,11, dan 12 ditemukan di Kediri Jatim pada 1975. Sementara lempeng 2,4,6 ditemukan pada 2001 di Kediri.
Prasasti Mula Malurung 1255M berisi penetapan anugerah yang diberikan kepada Sang Pranaraja berupa sima perdikan desa Mula dan Malurung yang terletak di utara kota kerajaan Daha. Pada waktu itu kerajaan Daha ditempati Sri Kertanagara, putra sulung atau putra mahkota nararya Seminingrat.
Berdasarkan berita Prasasti Mula Malurung 1255M lempeng 2a, anugerah dikeluarkan maharaja Tumapel Seminingrat atau Wisnuwardhana dengan penulisan gelar nararyya seminingrat sri yawadwipa samastaraja diwisesanindita sangramaparakrama digwijayaniwaryyawiryyasnahanamottunggadewa prakasita sminingrat namalanchana.
Perintah raja selanjutnya diterima oleh rakryan mahamentri hino, rakryan mahamentri sirikan dan rakryan mahamentri halu, lalu menurun pada para tanda rakryan ring pakirakiran, sang pamegat I tirwan puspapata dang acarya jayanga, sang pamegat I kandamuhi puspapata dang acarya marmmanatha, sang pamegat I manghuri puspapata dang acarya agraja.
Meski penetapan anugerah yang termuat dalam Prasasti Mula Malurung 1255M secara resmi berasal dari maharaja Tumapel Nararya Seminingrat, pada pelaksanaannya dilakukan oleh Raja Daha Sri Kertanagara.
Itu karena desa Mula dan Malurung berada di wilayah Daha dan yang memberi anugerah sebelumnya kepada Sang Pranaraja adalah Bhatara Parameswara, paman dan mertua Nararya Seminingrat, yang pernah menjadi maharaja Daha.
Penetapan anugerah yang tertulis dalam prasasti Mula Malurung 1255M merupakan perintah nararya Seminingrat terbaca juga dari lempeng pertama yang menulis nararya Seminingrat makamukya Sri kertanagara.
Makamukya sama dengan makamangalya yang artinya bahwa kedudukan Sri Kertanagara di keraton Daha dalam bimbingan dan pengawasan Nararya Seminingrat.
Selain anugerah untuk Sang Pranaraja, Prasasti Mula Malurung 1255M juga memuat anugerah sima swatantra untuk para pejabat penting di wilayah kekuasaan kerajaan Tumapel atau Singasari.
Prasasti Mula Malurung 1255M juga memuat berita penempatan seluruh anggota keluarga dan kerabat terdekat maharaja Seminingrat di keraton atau negara masing masing.
Prasasti Mula Malurung 1255M sudah pernah dibahas prof. Slamet Muljana dalam buku Negarakertagama dan Tafsir Sejarahnya. Hanya pembahasannya belum lengkap karena baru menampilkan lempeng prasasti yang ditemukan tahun 1975. Lempeng 2,4, dan 6, belum sempat dibahas prof. Slamet Muljana.
Transkrip seluruh lempeng Prasasti Mula Malurung 1255M telah ditampilkan dalam penelitian Titi S.Nastiti tahun 2009. Merujuk pada Boechari [Prasasti koleksi museum Nasional jilid I, 1985] dan Richadiana Kartakusuma [Prasasti Mula Malurung koleksi puslit Arkeologi [C.82]: Tinjauan Awal Atas Pahatan Prasasti Prasasti Mula malurung, Prasasti lempeng ke-4 dan 6 tahun 2002.
Tanpa mengurangi rasa hormat, saya pribadi memiliki sedikit perbedaan penafsiran dengan Richadiana Kartakusuma , terutama pada lempeng 6b dan 7a soal identifikasi tokoh bernama SANG APANJI ADHIMURTI, SRI HARSAWIJAYA, dan RAKRYAN KULUPKUDA.
Penulisan Richadiana Kartakusuma:
sira sri harsawijaya parnnah pahulunan dai nira nararyya smi ning rat, inandelaken munggwing ratnakanaka sinhasana nkaneng bhumi janggala. putranira sang apanji dimurtti, rakryan kulupkuda, ipe de nira nararyya smi ning rat inandelaken prahajyan nkaneng nagara madhura, rikala san apanjyadhimurtti mare tumapel.
Terjemahannya:
//Sri harsawijaya kapernah pahulunan atau keponakan dari nararya seminingrat ditempatkan di singasana ratna di bumi janggala//
//Putra sang apanji adhimurti, rakryan kulupkuda, ipar dari nararya seminingrat ditempatkan sebagai raja di nagara madura, ketika sang apanji adhimurti datang ke tumapel//
Menurut saya, Sang Apanji Adhimurti identik dengan Narasingamurti atau Mahisa Cempaka, adik sepupu Seminingrat atau Wisnuwardhana atau Ranggawuni.
Jika benar Sang Apanji Adhimurti adalah Narashingamurti, maka tokoh bernama Rakryan Kulupkuda tidak tepat dianggap sebagai ipe atau ipar atau saudara dari istri Nararya Seminingrat sekaligus sebagai putra Sang Apanji Adhimurti.
Berdasarkan pemenggalan yang dilakukan Richadiana Kartakusuma yang ditampilkanm Titi S. Nastiti, rakryan Kulupkuda dalam saat bersamaan berkedudukan sebagai putra sang apanji adimurti dan sebagai ipar nararya Seminingrat.
Menurut saya, terjadi kekurang telitian dalam memenggal kalimat pada lempeng 6b dan 7a.
Itu berdasar identifikasi saya bahwa tokoh bernama Sang Apanji Adhimurti identik dengan Narasingamurti atau Mahisa Cempaka, adik sepupu Wisnuwardhana atau Ranggawuni atau Nararya Seminingrat.
Saya berpendapat, yang menjadi putra Sang Apanji Adhimurti atau Narasingamurti atau Mahisa Cempaka adalah tokoh bernama Sri Harsawijaya yang ditempatkan di Bhumi Janggala.
Sementara yang menjadi ipe atau ipar Nararya Seminingrat adalah Rakryan Kulupkuda raja di Nagara Madura.
Karena permaisuri Naraarya Seminingrat adalah saudara dari Sang apanji Adhimurti atau Narasingamurti atau mahisa cempaka, maka Rakryan Kulupkuda dipastikan sebagai saudara kandung dari Narasingamurti.
Narasingamurti dan Rakryan Kulupkuda adalah saudara sepupu sekaligus ipe atau ipar dari Nararya Seminingrat.
Rakryan Kulupkuda diberitakan menjadi raja di Madura bertepatan dengan kedatangan Sang Apanji Adhimurti di Tumapel.
 Itu sangat klop dengan berita Negarakertagama dan Serat pararaton yang mengabarkan bahwa Narasingamurti memerintah bersama Wisnuwardhana di Tumapel, keduanya serupa sepasang naga dalam satu liang.
Jadi ditafsirkan bahwa penempatan Rakryan Kulupkuda di Nagara Madura bertepatan dengan tahun ketika Narasingamurti pindah dari Daha ke Tumapel. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1254M atau setahun sebelum keluarnya Prasasti Mula malurung 1255M.
Sementara yang menjadi putra Sang Adhimurti adalah Sri Harsawijaya.
Dalam kidung Harsawijaya, raden Wijaya pendiri Majapahit punya nama Harsawijaya.
Raden Wijaya adalah putra Dyah Lembu Tal.
Apakah Sri Harsawijaya nama lain dari Dyah lembu tal ayah raden Wijaya?
Kemungkinan kuat Sri Harsawijaya adalah nama lain dari ayah raden Wijaya.
Nama Sri Harsawijaya kemudian menjadi nama raden Wijaya. Alias raden Wijaya punya nama yang nunggak semi dengan ayahnya.
Sri Harsawijaya adalah keponakan nararya Seminingrat karena tokoh itu adalah putra dari Narasingamurti, adik sepupu Seminingrat.
Maka jika dilakukan pemenggalan, kiranya yang lebih mendekati kecocokan adalah seperti ini:
//sira sri harsawijaya parnnah pahulunan dai nira nararyya smi ning rat inandelaken munggwing ratnakanaka sinhasana nkaneng bhumi janggala putranira sang apanji dimurtti // rakryan kulupkuda ipe de nira nararyya smi ning rat inandelaken prahajyan nkaneng nagara madhura rikala san apanjyadhimurtti mare tumapel //
Terjemahan versi SIWI SANG:
//Sri harsawijaya kapernah pahulunan atau keponakan dari nararya seminingrat ditempatkan di singasana ratna di bumi janggala, merupakan putra sang apanji adhimurti // rakryan kulupkuda, ipar dari nararya seminingrat ditempatkan sebagai raja di nagara madura, ketika sang apanji adhimurti datang ke tumapel//
Berdasarkan naskah Babad Tanah Jawi dan naskah koleksi pangeran Wangsakerta Cirebon, ayah Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit berasal dari Sunda yaitu Rakyan Jayadharma yang menikahi Dyah Lembu Tal. Jadi menurut versi ini, Dyah lembu Tal dianggap sebagai tokoh perempuan atau ibu Raden Wijaya.
Sebagian banyak penulis sejarah Majapahit juga mengacu pada pendapat Dyah lembu Tal ibu raden Wijaya.
Sementara Siwi Sang dalam buku tafsir sejarah GIRINDRA: Pararaja Tumapel Majapahit [2013], mengacu pada penafsiran prof Slamet Muljana berpendapat bahwa Dyah lembu Tal adalah tokoh laki, putra Narasingamurti atau ayah Raden Wijaya.
Hanya Siwi Sang dan juga prof Slamet Muljana belum menafsirkan Dyah lembu Tal sebagai seorang raja, melainkan berposisi sebagai salah seorang panglima perang jaman maharaja Kertanagara berdasarkan penyebutan Sang Perwira Yudha untuk Dyah Lembu Tal dalam kakawin Negarakertagama.
Meski demikian, penafsiran soal peran Dyah Lembu Tal masih berkembang dan terbuka peluang penafsiran baru.
Jika benar Sri Harsawijaya yang menjadi raja di Bhumi Janggala adalah Dyah lembu Tal putra Narasingamurti, kemungkinan besar pada masa pemerintahan Sri kertanagara di Singasari, kedudukan Sri Harsawijaya di Bhumi Janggala [belum diketahui letak nagara yang ditempati Sri Harsawijaya], menjadi penopang utama angkatan perang kerajaan Singasari. Hingga kemudian Prapanca dalam kakawin Decawarnanna atau negarakertagama memuji putra Narasingamurti itu sebagai Sang Perwira Yudha atau sosok yang gagah berani dalam medan perang.
Adanya identifikasi baru dari Prasasti Mula Malurung 1255M terkait tokoh bernama Sri Harsawijaya, semoga semakin membuka kesejarahan Dyah Lembu Tal, putra Sang Narasingamurti.
Demikianlah, historiografi atau penulisan sejarah tidak berahir tanda titik.
---------
SIWI SANG
23/3/2016
Transkrip Prasasti Mula Malurung 1255M dapat dilihat di:
http://www.siwisangnusantara.web.id/2016/03/prasasti-mula-malurung-1255m.html
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H