Mohon tunggu...
Siva Nurfariza
Siva Nurfariza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang introvert dengan hobi membaca juga menulis. Mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mysha dan Mirae

18 Oktober 2022   17:48 Diperbarui: 18 Oktober 2022   17:49 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di depan gerbang, teman-teman Mirae yang hanya dianggap sebagai kacung oleh Mirae itu menunggu dengan harap-harap cemas. Merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Tapi demi menuruti keinginan Mirae, mereka patuh. Jelas seperti ada ancaman kuat di balik semua kepatuhan mereka. Yang tidak mungkin mereka bantah.

"Aaaaa!!"

Saat mereka tengah berbincang-bincang membahas sesuatu, tiba-tiba terdengar suara teriakkan yang memekakkan telinga dari dalam. Mereka berlima berlari dengan kecepatan penuh ke dalam rumah. Tapi aneh, saat mereka masuk suasana di dalam rumah itu kembali hening. Mereka mulai memanggil sebuah nama.

"Myshaaa Lo di manaa? Shaa jawab kita!" Berkali-kali mereka memanggil, tetapi tak terdengar sedikitpun sahutan dari sang empunya nama.

Suara langkah kaki dari anak tangga membuat mereka berlima serentak menoleh dan mendapati seseorang dengan memegang pisau berlumuran darah. Seketika rumah yang tadinya hening itu dipenuhi jeritan yang menggema derap kaki yang berlarian itu membuatnya semakin gadih. Orang itu berlari mengejar mereka dengan tawa menyeramkan dan pisau yang diacungkan. 

"Mirae tolong sadar. Kita teman Lo, dan Lo harus segera ditangani." Sambil berlari salah satu mereka berteriak berharap Mirae tersadar. Tapi nyatanya tak mempan. Membunuh mereka satu-persatu dengan perasaan bahagia yang selama ini terpendam.

Ya, Mirae seorang psikopat yang sedari kecil sangat senang melihat darah bahkan meminumnya. Selama ini tak terlihat karena orangtuanya yang kaya raya menutupi dengan rapih dan lima orang itu yang sebenarnya dibayar oleh orangtuanya itu membantu menjaga Mirae. Meski takut tapi bayaran yang menggiurkan itu membuat mereka terlena. Kiranya mudah hanya dengan menjaga Mirae agar tak pernah melihat dan mencium aroma darah. Dan kini mereka menanggung akibatnya. Mereka diujung ambang kematian. Menyusul Mysha si gadis malang yang menjadi korban Mirae tadi. Semua kesakitan dan kesepian yang dialami Mysha ternyata belum cukup. Ternyata takdir kematiannya ada di tangan musuhnya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun