Di luar cuacanya cerah. Seorang gadis yang masih berada di atas kasur itu mengintip ke luar jendela dari balik gorden yang hampir tidak pernah terbuka sejak papanya tiada. Tiba-tiba suara dering telepon memekik nyaring membuatnya kaget. Gadis itu bergegas mencari di mana posisi ponselnya dengan mencari sumber suara. 'ketemu.'
"Kabar Mysha baik, ma." Jawab Mysha saat suara di seberang telepon menanyakan keadaannya.
"Uang untuk bulan ini sudah mama transfer ke rekening kamu, ya."Â
"Hm." Mysha hanya bergumam menanggapinya. Bukan itu yang mau ia bicarakan. 'Mama kapan pulang?' Mysha ingin menanyakan itu namun tidak jadi saat mamanya tiba-tiba berkata, "bulan ini mama belum bisa pulang, ya. Mungkin bulan depan?"Â
Lihatlah, bahkan mamanya sendiri ragu akan jawabannya. Jadi untuk apa mengharapkan mamanya akan segera kembali pulang? Kembali bersamanya menjalani hari seperti ibu dan anak pada umumnya. Iya benar, Mysha seorang gadis broken home, papanya meninggal tepat saat ia masuk kelas 1 SMP sehingga sudah berjalan selama 6 tahun sampai ia naik kelas 3 SMA, hal itu yang menyebabkan mamanya pergi mencari kerja di luar negeri demi anak semata wayangnya itu.
Padahal sungguh, Mysha lebih memilih hidup sederhana daripada berjauhan dengan mamanya, satu-satunya support system baginya. Tapi Mysha tak pernah mengatakannya. Ia yakin betul itu salah satu cara mamanya mengungkapkan rasa sayang beliau untuknya. 'Karena mama tidak boleh tahu'.
"Iya, ma nggak apa-apa. Mysha bisa jaga diri baik-baik." Mysha menenangkan sang mama yang nada suaranya terdengar khawatir.Â
"Ya sudah, mama matiin dulu ya sambungan teleponnya. Mama masih ada kerjaan," sahut sang mama buru-buru. Mysha menghela napas. Mengiakan dengan lesu. Lantas sambungan telepon akhirnya terputus.
Sedih? Sepi? Jelas saja Mysha merasakan hal itu. Tapi dibandingkan menangis, Mysha punya cara lain untuk melampiaskannya.
Merasa sepi. Mysha turun dari kasur menuju meja belajarnya yang berantakan. Diambilnya sebuah cutter favoritnya yang masih tersisa noda darah yang warnanya sudah berubah coklat. Bergantian Mysha menatap cutter dan pergelangan tangan penuh bekas lukanya dengan tatapan kosong, kemudian menyeringai lebar.Â
Sret!