Mohon tunggu...
SITUSVIRAL303
SITUSVIRAL303 Mohon Tunggu... Freelancer - just an ordinary person
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

youre doing better thasn you think you are

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelang Keajaiban

9 Desember 2023   16:25 Diperbarui: 9 Desember 2023   17:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini buat kamu"ucapnya sembari memberikan sebuah gelang manik-manik.

"Kamu buat sendiri?"tanyaku

"Iya dong. Bagus kan? Kamu suka ngga?" tanyanya. Aku hanya menjawab dengan anggukan kecil bersama senyum lebar diwajahku.

Aku Aliya, anak tunggal dari pasangan  Letjen TNI Rudi Suwanto, M.A dan Iptu Susan Ramonita, SH. Yap, ayah saya seorang anggota TNI dan ibu saya seorang anggota POLRI. Meskipun aku adalah anak tunggal, aku selalu dituntut untuk mandiri. Didikan ayah dan ibuku tentu sangat keras, namun aku cukup dekat dengan mereka.

"Non Aliya... Sini turun makanan sudah siap non" panggil bu Tarsih.

Selama ayah dan ibu bekerja , yang menemani aku dirumah adalah bu Tarsih dan anaknya Dion. Bu Tarsih adalah ART dirumahku, bu Tarsih bekerja dengan ayah dan ibuku sudah cukup lama bahkan jauh sebelum ayah dan ibuku menikah, bu Tarsih sudah bekerja dirumah ibuku dari masa dia gadis. Kami menganggap bu Tarsih sudah seperti keluarga sendiri.

"Halooo ibuuuu..... masak apa nih hari ini" ucapku

"Biasa non, kesukaan non nasi goreng kampung pakai ayam goreng serundeng" jawab bu Tarsih
"Gimana bu kabar Dion disana? Soalnya aku chat dia ngga ada balasan" tanyaku

"Baik non, Dion disana baik. Cuman memang katanya dia lagi sibuk banget ngurusin kuliahannya katanya jadwalnya makin padat" jawabnya

Aku dan Dion berteman sudah dari kecil, karena bu Tarsih dan suaminya ikut tinggal bersama kami. Dion lebih tua dariku 3 tahun, aku dan Dion pun sekolah di sekolah yang sama. Setelah lulus sekolah , aku dan Dion masuk ke Universitas yang berbeda. Dion melanjutkan kuliahnya di University of Heidelberg di Jerman dengan program beasiswa dan aku masuk di Universitas Pelita Harapan jurusan Hospitality. Aku dan Dion memiliki kepribadian yang terbalik , Dion anak yang suka belajar dan sangat tertutup sementara aku adalah anak yang sangat mudah bergaul dan sangat tidak suka belajar.

Sejak Dion berangkat untuk melanjutkan perkuliahannya diluar negri , aku sudah sangat jarang sekali berkomunikasi dengannya. Selain karena perbedaan jam , kegiatan kami masing-masing juga sangat menguras waktu. Karena itulah aku hanya sesekali bisa mendapatkan kabar tentangnya melalui bu Tarsih.

"kriiinngggg... kriiinggggg..." bunyi telfon berdering
"Halo , kenapa tan?" jawabku 

"Al, besok malam ada acara reuni nih. Datang ya nanti aku kirim alamat dan jam nya" jawab Tania

"Okee.. siapa aja yang dateng?" tanyaku

"Rame , semua anak-anak sekelas kita dulu pas SMA pada dateng kok" jawabnya

"Okelah, sampai ketemu besok ya.. byee.." jawabku sembari menutup telfon

Keesokan harinya , cafe tempat kami mengadakan acara sangat ramai dipenuhi teman-teman masa SMA ku dulu. Kami saling menyapa , bertukar cerita , tertawa bersama. Suasana tiba-tiba menjadi hening saat Tania berdiri dan meminta perhatian kami semua.

"Temen-temen, mohon perhatiannya sebentar ya.. Hari ini ada satu tamu spesial kita yang sudah lama tidak terdengar kabarnya dan pastinya sudah sangat kita rindukan" ujarnya menggunakan microphone diatas panggung. Semua orang berbisik-bisik bertanya siapa tamu spesial yang dimaksud oleh Tania
"Tenang, tenang.. semua pasti pada kepo kan? kita panggil langsung tamu kita ya dimulai hitung mundurnya 3....... 2...... 1....... berikan tepuk tangan yang paling meriah untuk teman kita Dion......" teriaknya diatas panggung.
Aku tertegun , tak menyangka bahwa Dion akan hadir di acara tersebut karena bu Tarsih pun tidak ada menyampaikan apapun padaku. 

"Hai Aliya, lama banget kita ngga ketemu ya?" ucapnya diatas panggung sambil menatap ke arahku. Disambut dengan sorak-sorai semua teman yang hadir di acara tersebut

"Sini dong Aliya naik keatas panggung" timpal Tania. Seolah tak percaya , aku berjalan menuju atas panggung sambil fokus menatap Dion yang terus tersenyum ke arahku.

Air mataku tak terbendung lagi, 6 tahun aku sudah tidak pernah berkomunikasi langsung dengannya hanya bisa mengetahui kegiatannya dari postingan media sosialnya yang itupun tak banyak. Aku langsung memeluknya sambil menangis, semua orang diacara tersebut bertepuk tangan. Acara berjalan dengan baik malam itu dan setelah selesai, kami pun memutuskan untuk pulang.

"Lu pulang bareng gue nggak?" tanyaku pada Dion

"Bareng dong, mau sama siapa lagi gue pulang kalau bukan sama lu? kan rumah kita sama" jawabnya sambil tertawa kecil

"Nih lu yang bawa mobil" jawabku malu sambil memberikannya kunci mobil. Entah apa yang aku rasakan, rasanya aneh aku sangat bahagia bisa bertemu dengan Dion kembali namun terasa sedih memikirkan jika dia kembali ke Jerman lagi. Jantungku berdetak tidak karuan, entah perasaan macam apa ini.

"Lii..? are you okay?" tanya nya memecah keheningan didalam mobil.

"Okay kok, kenapa yon?" tanyaku kembali

"Gapapa kok, gue liat lu diem aja daritadi. Terpaku sama kegantengan gue ya? ganteng kan gue sekarang?" tanyanya menggoda

"Diihh.. apaan lu pede banget" jawabku malu, tak berani menatap dirinya. Aku hanya fokus melihat ke jendela kanan mobil.

"Gelangnya nyaman banget ya? sampai warnanya udah pudar pun masih dipakai lii" ujarnya sambil menarik tanganku yang mengenakan gelang
"Ihh apaan sih lu , pulang-pulang makin rese" jawabku sedikit salah tingkah sambil menarik kembali tanganku

"Lu suka sama gelangnya atau sama orang yang ngasih li?" tanyanya dengan nada serius

"Apaan dah, gue cuman suka gelangnya. Lagian Nando kan cuman temen masa kecil kita doang. Kenapa sih tiba-tiba bahas itu?" tanyaku sedikit kesal

"Jujur aja deh, lu suka kan sama Nando?" tanya nya

"Gue udah bilang gue cuman suka gelangnya, dan Nando cuman temen doang. Kenapasih ? aneh banget" jawabku ketus

"Gelang itu gue yang bikin li, gue minta Nando yang ngasih ke lu. Gue suka sama lu udah dari dulu tapi gue ngga berani buat ngungkapin perasaan gue karena gue sadar diri gue cuman anak dari seorang pembantu"ujarnya. Seketika suasana menjadi hening , aku tidak menjawab apapun dan Dion juga tidak mengatakan apapun lagi sepanjang perjalanan. 

Sesampainya dirumah , Ayah, Ibu , bu Tarsih , dan pak Tono menyambut kedatangan kami dengan penuh sukacita.

"Gimana yon? Aliya udah oke?" tanya ayah pada Dion

"Belum om, Aliya diem aja" jawabnya sambil menatap ke arahku

Aku menjadi bingung, apa yang dimaksud oleh ayah dan apakah semua ini sudah dipersiapkan dari awal?

"Sayangku, sebenernya acara reuni itu ide dari Dion. Dion sudah menghubungi kami dari seminggu yang lalu , Dion sudah menyampaikan niat baiknya kepada kami dan kami semua menyetujuinya" ucap mama sambil mengelus kepalaku

"Maksudnya gimana bu?" tanyaku benar-benar bingung dengan semuanya

"Dari sebelum Dion berangkat ke Jerman Dion sudah jujur pada ibu dan ayah bahwa Dion memiliki perasaan ke kamu. Dion pergi ke Jerman untuk menuntut ilmu dan untuk membuktikan dirinya bisa menjadi laki-laki yang pantas untuk kamu" jawab mama lembut

Aku hanya menangis , menangis bahagia. Selama ini yang aku pikirkan hanya aku lah yang memiliki rasa terhadap Dion , ternyata diam-diam Dion juga merasakan hal yang sama.

"Aliya juga sayang bu sama Dion bahkan dari kami masih kecil. Itulah kenapa Aliya sampai saat ini belum pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun" jawabku sambil sesenggukan, disambut dengan gelak tawa dari mereka semua.

Malam itu menjadi malam yang sangat indah dan tidak akan pernah aku lupakan. Gelang manik-manik yang sudah memudar warnanya ternyata gelang buatan dari orang yang selama ini aku sayangi, pantas berat hati untuk membuang gelang itu. Selain karena warna manik-manik nya merupakan warna favoriteku. Sungguh gelang ajaib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun