"Hahaha iya Laila, nanti jangan-jangan kamu dikira anaknya beruang. Sudah gendut, putih lagi!" sahut Aden, kakak sulungnya yang walau laki-laki tetapi cerewet. Bapak Ibu mereka tertawa sehingga Laila langsung pura-pura cemberut.
“Enak saja aku gendut, cuma 55 kg! Kak Aden tuh, malahan 65 kg!” sambar Laila sambil menjulurkan lidah.
“Yee... tahu dari mana?!” sungut Aden tetapi sambil tertawa. Bapak Ibu mereka makin tertawa sambil menggeleng-geleng.
***
Siang harinya ketika Bapak Joni sedang istirahat makan siang di kantor, tiba-tiba dia teringat mimpi Ella. Kemudian dia menceritakannya pada beberapa rekan kerjanya yang sedang makan bersama di kantin kantor. Rekan-rekannya tertawa terkekeh-kekeh. Akan tetapi ada salah seorang yang sejurus kemudian tiba-tiba berhenti tertawa.
“Oiya Pak Jon, belakangan ini istri saya di rumah suka membuat repot. Dia hobi sekali mengumpulkan jelantah. Rumah kami jadi agak penuh di ruang garasi sebab dia letakkan botol-botol jelantah.”
“Betulkah Tino?” sahut Pak Joni. “Apa alasan istrimu melakukan itu?”
“Dia bilang ingin mengirimkannya ke Lampung, Pak. Ada teman kuliahnya dulu yang sekarang domisili di sana menceritakan kalau dia bisa menjual jelantahnya dengan harga 9.000 rupiah per kg. Makanya dia tidak lagi membuang-buang jelantah.”
Pak Joni terkejut. Demikian pula rekan-rekannya tertegun mendengar cerita Tino, pegawai baru di kantor tersebut.
“Tapi saya tidak tahu Pak, temannya itu menjual pada siapa, hehee...” cepat-cepat dia menambahkan supaya tidak ditodong pertanyaan dari rekan-rekannya.
“Informasi yang bagus sekali Tino. Kalau bisa nanti istrimu diminta untuk memberikan kabar tersebut kepada istri saya ya.” pinta Pak Joni. “Barangkali dia akan senang sekali mendengarnya,”