Mohon tunggu...
Siti Syachrani
Siti Syachrani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sumatera Utara

Saya ada seorang Mahasiswi dari jurusan Pendidikan Matematika UIN Sumatera Utara. Keseharian saya ialah berkuliah dari pagi sampai sore, kecuali hari minggu. Cita-cita saya ialah ingin menjadi seorang dosen dan saya memiliki hobi yaitu menyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengidentifikasi Beberapa Model Pembelajaran yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Berpikir Komputasi

4 Juli 2022   21:00 Diperbarui: 4 Juli 2022   21:04 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siti Syachrani
UIN Sumatera Utara, Jl William Iskandar Ps. V, Medan Estate, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara 20371
Email: syachranisiti@gmail.com

Abstrak

Keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran di kelas sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran merupakan kerangka kerja yang menunjukkan pola sistematis dalam melakukan proses belajar mengajar untuk membantu peserta didik mencapai tujuan yang ditetapkan. 

Berikut ini beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu: Contextual Teaching Learning (CTL), Discovery Learning, Quantum Teaching and Learning, Problem Based Learning, Problem Based Learning, Team Assisted Individualization, Student Team Achivement Divisions, Flipped Classroom, Generative Learning, Problem Posing, Think-Pair-Share dan Numbered Head Together. 

Selain model pembelajaran, berpikir komputasi juga merupakan salah satu hal yang menjadi penyebab keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran. Sehingga penulis tertarik untuk membahas model pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir komputasi.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Berpikir Komputasi, Peserta Didik, Pendidik, Pemecahan Masalah.

Abstrak

The success and smoothness of the learning process in the classroom is strongly influenced by the learning model used. The learning model is a framework that shows a systematic pattern in carrying out the teaching and learning process to help students achieve the goals set. 

The following are some learning models that can be applied in the learning process, namely: Contextual Teaching Learning (CTL), Discovery Learning, Quantum Teaching and Learning, Problem Based Learning, Problem Based Learning, Team Assisted Individualization, Student Team Achievement Divisions, Flipped Classroom, Generative Learning, Problem Posing, Think-Pair-Share and Numbered Heads Together. In addition to learning models, computational thinking is also one of the things that causes the success and smoothness of the learning process. So the authors are interested in discussing learning models that can improve computational thinking.

Keywords: Learning Model, Computational Thinking, Students, Educators, Problem Solving.

PENDAHULUAN

Suatu kegiatan yang melibatkan berbagai macam komponen termasuk peserta didik, pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan adalah sesuatu yang dikatakan dengan pembelajaran. 

Dalam proses pembelajaran pada perkuliahan, komponen yang sangat berpengaruh adalah seorang pendidik/dosen yang memiliki tanggung jawab serta menjadi tolak ukur dalam pencapaian keberhasilan pendidikan. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, pendidik harus memperhatikan beberapa komponen dalam sistem pembelajaran, yaitu: menyusun rencana pembelajaran, mempersiapkan materi atau bahan yang hendak diajarkan, menyiapkan media atau alat yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran dan merancang metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas maupun para mahasiswa atau peserta didik.

Seorang peserta didik atau mahasiswa dituntut agar memiliki kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah, memiliki kreatifitas dalam menyelesaikan persoalan dan memiliki kreatifitas dalam mencari solusi. 

Secara umum kemampuan tersebut dapat kita katakan sebagai kemampuan berpikir komputasi, dimana berpikir komputasi juga merupakan suatu kemampuan berpikir peserta didik atau seseorang dalam menyelesaikan persoalan secara logis dan teratur. 

Berpikir komputasi akan sangat dibutuhkan oleh setiap kalangan khususnya bagi para peserta didik yang sedang menempuh pendidikan dan diharuskan memiliki kreatifitas dalam berpikir karena aktivitas seorang peserta didik adalah menyelesaikan persoalan-persoalan baru dalam materi pelajarannya. 

Peserta didik harus terus dapat mengasah kemampuan berpikir komputasinya agar memiliki kemudahan dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya pada proses pembelajaran. Maka dari itu, dalam meningkatkan kemampuan berpikir komputasi bagi peserta didik ialah dengan menerapkan beberapa model pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan beberapa jurnal penelitian yang relevan, ditemukan adanya permasalahan rendahnya tingkat kemampuan berfikir komputasi para peserta didik. 

Salah satu penelitian quasi experimental pada jurnal yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa Melalui Multimedia Interaktif Berbasis Model Quantum Teaching and Learning” di temukan minimnya kemampuan berfikir komputasi para peserta didik kelas X TKJ 1 SMK Pasundan 1 Kota Bandung. 

Penelitian yang dilakukan pada sekolah tersebut ialah dengan cara memberikan pretest dan posttest hanya pada satu kelompok peserta didik saja, dikarenakan penelitian ini tanpa menggunakan kelompok pembanding atau kelompok kontrol.

Buku-buku dan jurnal-jurnal relevan dengan pembahasan yang ingin dibahas penulis tentang model pembelajaran sebagai dasar atau sumber data yang dipakai dalam tulisan ini. Dalam proses pengumpulan data, penulis memilah banyak sumber data yang berupa buku, artikel, maupun jurnal tentang model pembelajaran mata kuliah algoritma pemrograman. 

Setelah menemukan berbagai sumber data buku, jurnal dan artikel yang sesuai dengan tema yang diinginkan, selanjutkan penulis memahami dan menganalisa isi bacaan dari masing-masing buku jurnal maupun artikel tersebut. Kemudian, penulis melakukan penyaringan data yang akan digunakan dalam menulis artikel tentang model pembelajaran ini. 

Setelah melakukan penyaringan, kemudian penulis membuat kriteria dari masing-masing judul jurnal dimana terdapat kata model pembelajaran dan berfikir komputasi. Data-data yang diperoleh dari proses penyaringan selanjutnya dikembangkan menjadi tulisan tentang model pembelajaran. 

Penelitian ini dilakukan agar dapat membantu untuk lebih mengetahui atau mengenali model pembelajaran yang digunakan pendidik dalam memingkatkan kemampuan berfikir komputasi bagi peserta didik. Diharapkan pemahaman tentang adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan manfaat yang positif bagi pembaca.

PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran

Kata model berasal dari Bahasa Inggris modle, yang memiliki arti bentuk atau konteks sebuah rancangan atau sistem. Sedangkan dalam Bahasa Yunani, Methodos menjadi asal kata “model” yang mempunyai arti “cara/jalan yang ditempuh”. 

Menjadi alat bantu dalam mencapai tujuan yang diinginkan merupakan terciptanya suatu model yang harus dipahami oleh semua pendidik di bidang ilmu pengetahuan apapun, karena model yang dipilih seorang pendidik akan mempengaruhi tingkat keberhasilan proses belajar dan mengajar yang terjadi di dalam kelas. Pada KBBI (2008) dijelaskan tentang model sebagai cara yang teratur dengan harapan ketika melakukan sebuah kegiatan tujuan yang diinginkan dicapai dengan lebih mudah. 

Dalam buku Monitoring dan Evaluasi Pembelajaran dalam Pembelajaran yang ditulis oleh Arifuddin Kasaming, mengutip pendapat dari Harjanto bahwa konteks ideal yang digunakan menjadi dasar atau tumpuan dalam melaksanakan suatu aktivitas merupakan arti dari model.           

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (20) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiyono (1999) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru secara teratur dan tersusun dalam desain instruksional untuk dapat menciptakan kegiatan belajar secara aktif yang menekankan pada ketersediaan sumber belajar. 

Pembelajaran menurut Corey (2003) merupakan suatu kegiatan yang disengaja dalam mengelola lingkungan seseorang untuk memungkinkan ia dapat berpartisipasi dan memberikan respon terhadap situasi tertentu.

Komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar tercapainta tujuan pembelajaran merupakan pengertian secara umum dari model pembelajaran. Joyce, Weil dan Calhoun (2013) mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan sebuah penjelasan disekitar kegiatan pembelajaran, terdiri dari perilaku dari pendidik mempraktikkan proses belajar mengajar sehingga kegunaan dari sebuah model dapat diaplikasikan secara maksimal, mulai dari perencanaan pembelajaran, kurikulum, sampai pada bahan, materi dan alat bantu multimedia lainnya.

Menurut Udin (2006) mengatakan model pembelajaran ialah rancangan ideal yang memperlihatkan tata cara yang runtut dalam merangkap kegiatan belajar yang dapat membantu dalam mencapai tujuan yang ditentukan, kemudian berkedudukan memberi petunjuk bagi pengguna rencana untuk menyiapkan dan memenuhi kegiatan proses belajar mengajar. Menurut Trianto (2013) menyatakan model pembelajaran merupakan sebuah rancangan serta sistem yang dipakai untuk petunjuk dalam merancang proses belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran merujuk kepada pencadangan program pembelajaran, seperti objek-objek bimbingan, langkah-langkah dalam aktivitas belajar mengajar, suasana pembelajaran serta pengendalian kelas. Jadi pengertian model pembelajaran ialah proses yang dicadangkan untuk petunjuk dalam memperoleh maksud proses belajar mengajar yang termuat didalamnya rencana, subjek, sarana dan alat.

Menurut Arend (2018) ada dua alasan penting dalam memilih pengertian model pembelajaran. Pertama, pengertian model mempunyai arti yang mendalam dibandingkan dengan metode, strategi, teknik, dan pendekatan. Kedua, kedudukan model dapat menjadi dasar pembahasan yang penting, apakah yang dibahas tentang proses pengajaran di kelas atau aplikasi mengarahkan peserta didik. Metode pembelajaran adalah konteks sempurna yang memperjelas tata cara terencana (teratur) dalam penyusunan aktivitas (pengalaman) menggali ilmu untuk mendapatkan target belajar (kompetensi belajar). Sedangkan defenisi model pembelajaran menurut Good dan Travers (2001), bahwa model pembelajaran adalah gambaran perihal yang berpola, 5 dalam wujud penjelasan, matematis, ilustratif, atau simbol lain. Menurut Indrawati (2009) bahwa ia menguraikan model pembelajaran sebagai suatu rancangan membimbing yang menunjukkan sistem pembelajaran tertentu, pada sistem pembelajaran yang dimaksud dapat diketahui aktivitas para peserta didik ketika melaksanakan syarat pembelajaran atau timbulnya belajar pada peserta didik yang disebabkan oleh koordinasi lingkungan. Dapat kita definisikan bahwa kerangka kerja yang menunjukkan pola sistematis dalam melakukan proses belajar mengajar untuk membantu peserta didik mencapai tujuan yang ditetapkan adalah pengertian dari model pembelajaran.
            Berikut ini beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir komputasi, yaitu:

  • Contextual Teaching Learning (CTL)
    Model pembelajaran ini merupakan rencana pembelajaran yang memfokuskan pada sistem keikutsertaan peserta didik secara komprehensif agar mendapatkan materi yang dipelajari dan dapat mengaitkan pada kehidupannya.
    Langkah-langkah penerapan pembelajaran Contectual Teaching Learning sebagai berikut:
  • Pendidik menumbuhkan pandangan bahwa peserta didik akan menggali ilmu secara lebih mendalam dengan cara bekrja atau bertindak sendiri dan membangun sendiri pemahamannya serta keahliannya.
  • Kegiatan inquiri untuk semua topic dilakukan sejauh mungkin.
  • Pendidik menumbuhkan semangat keingin tahuan peserta didik melalui keaktifan mereka dalam bertanya.
  • Pendidik enampilkan contoh yang mudah dipahami dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Pendidik melaksanakan evaluasi atau penilaian.

Model pembelajaran Contectual Teaching Learning ini memiliki kelebihan yaitu, kegiatan pembelajaran lebih produktif karena para peserta didik dituntut untuk dapat membangun sendiri pemahamannya dan juga dapat meningkatkan rasa keberanian yang ada pada diri peserta didik karena mereka dibimbing untuk aktif dalam bertanya serta mengemukakan pendapatnya sendiri. Sedangkan untuk kekurangan dari model pembelajaran ini ialah sangat terlihat jelas antara peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dan peserta didik yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata, hal tersebut dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata.

  • Discovery Learning
    Model pembelajaran ini mengarahkan peserta didik untuk menemukan atau menyelidiki sendiri pemecahan masalah maupun pengetahuan yang disampaikan dalam pembelajaran. Sehingga dapat melatih keterampilan berpikir kritis dan keterampilan untuk mengemukakan argument-argumen yang dimiliki peserta didik. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Discovery Learning yaitu:
  • Kegiatan proses pembelajaran dimulai dengan persiapan pemecahan masalah peserta didik dengan membaca buku ataupun mengajukan pertanyaan.
  • Pendidik mengarahkan peserta didik untuk mengidentifikasi masalah atau bahan pelajaran.
  • Pendidik mengkoordinir peserta didik untuk mengumpulkan data-data yang relevan.
  • Menafsirkan data yang diperoleh dari para peserta didik.
  • Mengangkat sebuah kesimpulan atau ketetapan dari semua dari pemecahan masalah yang telah dibahas.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran Discovery Learning ini ialah membantu pemikiran peserta didik menjadi lebih terarah dan sistematis serta dapat menguatkan ingatan peserta didik karena mereka telah mengumpulkan data-data sekaligus mengidentifikasinya. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini ialah menyita banyak waktu yang disebabkan oleh pengumpulan data atau informasi, terlebih lagi para peserta didik memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda.

  • Quantum Teaching and Learning
    Model pembelajaran Quantum Teaching and Learning ini merupakan model pembelajaran yang menciptakan rasa kenyamanan, ketenangan ataupun ketentraman serta suasana kebersamaan yang menyenangkan dalam kegiatan belajar. Lebih tepatnya model pembelajaran ini berpusat pada hubungan interaksi peserta didik dengan pendidik maupun lingkungan kelasnya.
    Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Quantum Teaching and Learning yaitu:
  • Pendidik harus dapat menciptakan rasa ketertarikan dan penasaran peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan.
  • Pendidik mampu memberikan kegiatan yang melibatkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan, sehingga pengetahuan tersebut semakin mereka kuasai.
  • Pendidik memberikan evaluasi atau ulangan terhadap apa yang telah mereka pelajari.
  • Pendidik mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh peserta didik.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran Quantum Teaching and Learning ini ialah dapat menciptakan rasa antusiasme bagi peserta didik, memberikan kenyamanan terhadap peserta didik dan peserta didikpun merasa senang dalam proses pembelajaran serta peserta didik bebas dalam berekspresi juga menciptakan kepercayaan pada dirinya. Sedangkan untuk kelemahan dari model pembelajaran ini ialah pendidik harus memiliki persiapan yang matang dan dibantu oleh fasilitas pembelajaran yang memenuhi, apabila pendidik tidak memiliki persiapan yang matang maka akan susah baginya untuk dapat mengontrol para peserta didik.

  • Problem Based Learning
    Model pembelajaran ini menekankan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk didalamnya kemampuan berpikir kritis. Maka peserta didik diharapkan mampu menggali dan menemukan sendiri pemecahan masalah yang dibahas dalam proses pembelajaran dikelas. Peran pndidik pada model pembalajaran ini hanya sebagai tempat untuk diskusi dan pemberi motivasi.
    Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu:
  • Pendidik mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.
  • Pendidik dapat mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
  • Pendidik dapat membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
  • Peserta didik mengembangkan pemikiran dan menyajikan hasil pemikiran.
  • Peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Model pembelajaran Problem Based Learning ini memiliki kelebihan, yaitu melatih keterampilan berpikir peserta didik dan melatih kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalahnya sendiri serta mendorong peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini ialah apabila peserta didik tidak mempunyai minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang digali sulit untuk dipecahkan, maka peserta didik akan merasa enggan untuk mencobanya.

  • Team Assisted Individualization
    Model pembelajaran Team Assisted Individualization ini merupakan model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik secara individual untuk mempelajari materi yang telah dipersiapkan oleh guru, kemudian hasil belajar individualnya di diskusikan kepada anggota kelompok mereka.
    Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization yaitu:
  • Pendidik memberikan tes yang dapat mengukur masing-masing kemampuan para peserta didik.
  • Pendidik membentuk kelompok berdasarkan hasil tes kemampuan, dimana peserta didik yang memiliki nilai tinggi akan dikelompokkan dengan peserta didik yang memiliki nilai yang rendah.
  • Pendidik memberikan tugas dan masing-masing peserta didik menyelesaikan tugas tersebut secara individual.
  • Masing-masing peserta didik saling mengoreksi hasil tugas yang telah mereka kerjakan dan mendiskusikannya.
  • Pendidik memberikan tes kembali untuk mengambil nilai kelompok.
  • Pendidik memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap hasil kerja para peserta didik.

Kelebihan dari model pembelajaran Team Assisted Individualization ini ialah siswa yang memiliki tingkat kemampuan pemahaman yang rendah akan terbantu oleh temannya yang memiliki tingkat kemampuan pemahaman yang tinggi, mengembangkan kemampuan yang dimiliki peserta didik dan menimbulkan rasa kerja sama pada peserta didik serta meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan untuk kelemahan pada model pembelajaran ini, yaitu ada kemungkinan peserta didik yang memiliki kemampuan pemahaman yang rendah akan bergantung pada temannya yang pandai dan juga ada kemungkinan bahwa yang bekerja dalam kelompok hanyalah peserta didik yang memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi.

  • Student Team Achivement Divisions
    Model pembelajaran Student Team Achivement Divisions merupakan model pembelajaran yang dibentuk dalam suatu kelompok yang terdiri dari berbagai macam kemampuan yang dimiliki peserta didik agar dapat memacu kerja sama peserta didik serta membantu ataupun mendorong satu sama lain.
    Adapun langkah-langkah model pembelajaran Student Team Achivement Divisions ini yaitu:
  • Pendidik membagi kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang.
  • Pendidik menjelaskan kepada peserta didik cara membangun kelompok agar tercipta kerja sama yang baik.
  • Pendidik memberikan atau menyajikan materi kepada siswa.
  • Peserta didik mulai diberikan tugas kemudian mengerjakannya dan dibimbing juga dengan pendidik.
  • Pendidik menilai hasil diskusi kelompok dan meminta mereka untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
  • Pendidik memberikan apresiasi terhadap hasil kerja mereka.

Kelebihan dari model pembelajaran Student Team Achivement Divisions ini yaitu dapat membangun interaksi dan rasa kepedulian antar sesama dan juga dapat membangun rasa kepercayaan diri peserta didik. Sementara untuk kelemahan pada model pembelajaran ini ialah apabila peserta didik memiliki jumlah yang lumayan banyak, pendidik akan sedikit kesulitan dalam memperhatikan peserta didik dan model pembelajaran ini juga dapat menyita waktu yang cukup banyak dalam mempersiapkan pembelajaran.

  • Flipped Classroom
    Model pembelajaran Flipped Classroom ini adalah model pembelajaran dimana peserta didik sebelum belajar di kelas harus terlebih dahulu mempelajari materi dari rumah sesuai dengan rencana pembelajaran yang diberitahukan oleh pendidik. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Flipped Classroom ini yaitu
  • Pendidik memberitahukan tujuan pembelajaran dan silabus kepada perserta didik.
  • Pendidik membagikan materi dan tugas.
  • Pendidik membimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan diskusi.
  • Pendidik memberikan tes untuk mengetahui atau memperoleh tingkat pemahaman para peserta didik.
  • Pendidik memberikan penguatan atas materi yang diberikan.

Kelebihan dari model pembelajaran Flipped Classroom ini yaitu melatih kemandirian peserta didik karena mereka akan mempelajari bahan terlebih dahulu serta membentuk peserta didik menjadi peserta didik yang aktif karena didorong oleh keingintahuan mereka yang tinggi. Sedangkan untuk kekurangan model pembelajaran ini yaitu dapat menambah beban bagi peserta didik karena peserta didik harus mempelajari materi itu terlebih dahulu secara mandiri, tentu saja tidak semua peserta didik mampu melakukannya.

  • Generative Learning
    Model Pembelajaran Generative Learning ini dirancang dengan memadukan perkembangan psikologis pembelajaran manusia, keahlian manusia, pengolahan penjelasan, dan korelasi perlakuan kecerdasan. Maksud dari model pembelajaran ini yaitu gagasan tidak merupakan suatu konsumen stagnan dari informasi. Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Generative Learning ini yaitu:
  • Pendidik mengarahkan peserta didik untuk membaca referensi sesuai topik terlebih dahulu.
  • Pendidik atau dosen menginformasikan motivasi pembelajaran kepada peserta didik.
  • Peserta didik melaksanakan kegiatan praktikum dan dosen membimbingnya.
  • Pendidik mambantu mahasiswa dan mendiskusikan hasil kegiatan praktikum.

Kelebihan dari model pembelajaran Generative Learning ini yaitu mahasiswa berperan dan berpartisipasi dengan aktif dalam pembelajaran, sehingga mahasiswa dibentuk untuk dapat menghasilkan pemecahan masalahnya sendiri. Sedangkan untuk kekurangan pada model pembelajaran ini yaitu suasana kelas atau forum belajar bias saja tidak kondusif atau tidak terkontrol dikarenakan adanya perbedaan pendapat antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya, sehingga suasana kelas menjadi ribut.

  • Problem Posing
    Model pembelajaran Problem Posing ini memfokuskan pada persoalan dalam memecahkan masalah, informasi tidak hanya dari pendidik, maka dari itu peserta didik diharapkan untuk aktif dan peserta didik juga dituntut untuk memperoleh pengetahuannya sendiri melalui informasi atau sumber mereka sebelumnya.
    Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Problem Posing yaitu:
  • Pendidik mempersiapkan pembelajaran dan menjelaskan tujuan pembelajarannya.
  • Pendidik menjelaskan materi pembelajarannya kemudian meberikan contoh soal.
  • Pendidik mempersilahkan peserta didik untuk menanyakan suatu hal terkait materi yang belum ia pahami.
  • Peserta didik diberikan kesempatan untuk membuat soal sendiri sebanyak mungkin terkait dengan materi yang sedang dipelajari dan dipresentasikan ke depan kelas.
  • Peserta didik menyelesaikan soal yang ia buat sendiri.
  • Pendidik memberikaan latihan kepada peserta didik.

Kelebihan dari model pembelajaran ini ialah meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalahnya secara mandiri dan menguatkan pemahamannya secara mandiri. Sedangkan untuk kekurangan dari model pembelajaran ini ialah menjadi menakutkan bagi anam yang memiliki kemampuan biasa karena model pembelajaran ini memiliki keharusan agar peserta didik membuat soal dan jawaban sendiri.

  • Think-Pair-Share
    Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan model pembelajaran yang mempengaruhi interaksi peserta didik dan meningkatkan rasa kerja sama antar peserta didik. Model pembelajaran ini mengarahkan peserta didik untuk berfikir, berpasangan dan berbagi.
    Langkah-langkah penerapan model pembelajaran ini yaitu:
  • Pendidik memberikan suatu pertanyaan yang berkaitan dengan materi dan meminta peserta didik untuk memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan.
  • Kemudian pendidik mengarahkan peserta didik agar berpasangan atau berkelompok untuk mendiskusikan hasil atau jawaban yang telah mereka peroleh.
  • Pendidik mengarahkan setiap pasangan agar membagikan jawaban atau hasil mereka keseluruh kelas.

Kelebihan dari model pembelajaran Think-Pair-Share ini ialah dapat meningkatkan partisipasi belajar peserta didik dan meningkatkan interaksi serta kedekatan emosional dengan teman sebangku karna dalam model pembelajaran ini hanya diperlukan satu pasangan saja (dua orang peserta didik). Adapun kelemahan dari model pembelajaran ini ialah apabila ada perdebatan atau perselisihan, maka tidak ada penengahnya.

  • Numbered Head Together
    Model pembelajaran Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang lebih mengutamakan pada kegiatan peserta didik dalam mencari, mengerjakan dan mengutarakan sebuah pengetahuan atau informasi untuk mereka presentasikan ke depan kelas.
    Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Numbered Head Together ini, yaitu:
  • Pendidik merancang materi untuk pembelajaran.
  • Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari keberagaman latar belakang yang berbeda.
  • Pendidik memberikan suatu permasalahan pada tiap kelompok agar mereka mempelajari dan mencari solusinya.
  • Pendidik menyebutkan nomor atau nama kelompok untuk mendengarkan hasil atau jawaban dari diskusi kelompok mereka.
  • Pendidik bersama peserta didik menyimpulkan jawaban dari tiap kelompok.

Kelebihan dari model pembelajaran Numbered Head Together ialah menumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya diri peserta didik serta menjadikan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan untuk kekurangan dari model pembelajaran ini ialah menyita waktu yang cukup banyak juga dapat membuat peserta didik menjadi panik pada saat pemanggilan nama kelompok untuk menjelaskan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya.

B. Berpikir Komputasi

          Pertama kali berpikir komputasi (Computational Thinking) dipaparkan oleh Seymour Papert (1993) dan kemudian pada tahun 2006 dipelopori oleh Jeannette Wing. Berpikir komputasi dapat dikatakan sebagai cara untuk menemukan pemecahan masalah. Tujuan dari berpikir komputasi ialah untuk menyelesaikan masalah, bukan hanya pada masalah tentang ilmu komputer, tetapi juga dalam menyelesaikan berbagai masalah. Menurut Samir, berpikir komputasi merupakan strategi dalam memecahkan masalah dengan teknik yang dipakai oleh software engineer dalam penulisan program. Dalam beberapa defenisi tersebut didapatkan sebuah gambaran bahwa berpikir komputasi adalah suatu cara berpikir analitik, pendekatan berpikir matematis yang biasanya mungkin digunakan dalam pemecahan sebuah masalah, pendekatan berpikir menggunakan teknik secara umum yang memungkinkan menyusun dan mengevaluasi bentuk yang besar dan kompleks yang ada di kehidupan nyata, juga pendekatan berpikir saintifik secara umum dalam mempelajari kemampuan komputasi, pikiran, kecerdasan dan karakter manusia. Pada berpikir komputasi tidak harus berpikir layaknya computer, tetapi berpikir komputasi seseorang diminta untuk (1) merumuskan masalah ke dalam bentuk permasalahan komputasi dan (2) Mengurutkan penyelesaian komputasi yang baik (pada bentuk algoritma) atau memaparkan alasan tidak didapati penyelesaian yang sesuai.
       Hodges menyebutkan bahwa dalam berpikir komputasi terdapat beberapa karakteristik yang bisa digunakan sebagai tumpuan pemahaman, yaitu:

  • Merumuskan permasalahan dengan memakai program computer atau aplikasinya untuk menyelesaikan masalah;
  • Mengkaji dan menyusun data secara logis;
  • Menentukan apakah suatu hal yang rinci dalam sebuah permasalahan harus dipertimbangkan atau harus diabaikan;
  • Sebuah pola atau model disajikan dengan data;
  • Mengidentifikasi dan mengimplementasi kemungkinan solusi dari suatu masalah dengan peggunaan kombinasi yang efektif dan efisien sesuai dengan tahapan yang tepat dan sumber daya yang dipunya;
  • Mengirimkan tahapan solusi pemecahan masalah yang sudah ditemukan ke dalam berbagai permasalahan serupa di tempat lainnya.

Sedangkan Wing memaparkan karakteristik berpikir komputasi yaitu:

  • Layaknya ilmuan computer, berpikir memerlukan kemampuan berpikir pada banyak level abstraksi dan beberapa cara berpikir yang lebih dari hanya keterampilan untuk memprogram suatu computer.
  • Berpikir komputasi merupakan hal yang harus diketahui oleh setiap individu dalam rangka menempuh era digital.
  • Memadukan berpikir matematis, logis dan mekanis.
  • Menyampaikan konsep komputasi pada pemecahan masalah, pengelolaan kehidupan sehari-hari, menguatkan komunikasi dalam interaksi terhadap orang sekitar.

Berpikir komputasi merupakan suatu cara dalam mendalami dan menyelesaikan permasalahan kompleks dengan memakai cara dan konsep ilmu computer seperti pengenalan pola, dekomposisi, abstraksi juga algoritma dilihat beberapa ahli merupakan salah satu kemampuan yang banyak menunjang dimensi pendidikan pada abad 21. Dalam berpikir komputasi, peserta didik dituntun untuk mempunyai kemampuan kreatif, berpikir kritis, komunikatif dan kemampuan berkolaborasi dalam penyelesaian permasalahan. Bukan hanya itu, berpikir komputasi juga melatih pemahaman matematis, logis, mekanis yang dihubungkan dengan pengetahuan modern mengenai digitalisasi, teknologi, ataupun komputerisasi dan juga dapat menempah karakter yang berpikiran terbuka, toleran, percaya diri serta peka terhadap situasi dan lingkungan sekitar. Sebab, pendidik harus menempah individu yang mampu menghadapi persoalan zaman serta mempunyai keahlian yang dapat digunakan pada persaingan nyata industrialisasi dan globalisasi.

Barr dan Stephenson menyatakan bahwa, pembelajaran berpikir komputasi menimbulkan kemampuan yaitu:

  • Menyusun solusi permasalahan dengan menggunakan otomasi, abstraksi, algoritma, pengumpulan dan analisis data;
  • Pelaksanaan perancangan pemrograman yang tepat;
  • Penilaian;
  • Menganalisis model, simulasi dan sistem;
  • Mempertimbangkan komukasi dan praktik;
  • Memilih dalam menggunakan kosakata;
  • Inovasi dan eksplorasi;
  • Memecahkan masalah dengan cara berkelompok;
  • Menerapkan beraneka ragam strategi belajar.

KESIMPULAN

Model pembelajaran merupakan kerangka kerja yang menunjukkan pola sistematis dalam melakukan proses belajar mengajar untuk membantu peserta didik mencapai tujuan yang ditetapkan. Berpikir komputasi adalah suatu cara berpikir analitik, pendekatan berpikir matematis yang biasanya mungkin digunakan dalam pemecahan sebuah masalah, pendekatan berpikir menggunakan teknik secara umum yang memungkinkan menyusun dan mengevaluasi bentuk yang besar dan kompleks yang ada di kehidupan nyata, juga pendekatan berpikir saintifik secara umum dalam mempelajari kemampuan komputasi, pikiran, kecerdasan dan karakter manusia. Berdasarkan pembahasan dari beberapa jurnal tentang model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir komputasi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization adalah model pembelajaran yang memiliki peningkatan kemampuan berpikir komputasi paling besar dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, yaitu sebesar 97,87%. Peningkatan kemampuan berpikir komputasi pada model pembelajaran ini dikarenakan adanya kerja sama antar individu dalam proses pembelajaran.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, M. (2020). Pemikiran Komputasi (Computational Thinking) dalam Pemecahan Masalah. DIRASAH, 3(1), 112-126.

Apriyanto. (2016). Pengembangan Prototipe Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD. Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 1(3), 347-359.

Ardiyanto, D dkk. (2016). Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Team Assisted Individualization (TAI) Dan Student Teams Achivement Divisions (STAD) Dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Komputasi Matematika Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ) Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 4(5), 510-524.

Astriyani, A. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem Possing. Jurnal Pendidikan Matematika & Matematika, 2(1), 23-30.

Buchori, A. (2012). Pengembangan Media E-Learning Pada Mata Kuliah Komputasi I Di Perguruan Tinggi. JMP, 4(1), 147-159.

Griselda, V. (2021). Peningkatan Computational Thinking Guru Dalam Menghadapi Blended Learning. Jurnal Pendidikan Sains dan Komputer, 1(1), 56-61.

Hasanah, U dan Ahmadi. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantuan Media Komputasi Hyperchem Pada Materi Hidrokarbon. Hydrogen, 3(2), 309-312.

Ihsan, H dkk. (2021). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Terintegrasi Keterampilan Berpikir Komputasi yang Valid dan Reliabel pada Sekolah Menengah Pertama. LP2MUNM, 214-222.

Maharani, S dkk. (2020). Computational Thinking (Pemecahan Masalah di Abad ke-21). Madiun: Wade Group. 

Malik, S dkk. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa Melalui Multimedia Interaktif Berbasis Model Quantum Teaching and Learning. Universitas Pendidikan Indonesia.

Nugraha, A dan Hertanto. (2014). Upaya Meningkatkan Kualitas Kuliah Teknik Komputasi Melalui Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching Learning. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 22(1), 20-28.

Nurdin, E  dkk. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair and Share Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 11(2), 1-7.

Octavia, Shilpy. (2020). Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Budi Utama.

Richardo, R. (2020). Berpikir Komputasi Dalam Pembelajaran Matematika. LITERASI, 11(1), 50-56.

Setiawan, E dkk. (2019). Eksperimentasi Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Komputasi Matematika Siswa Kelas X SMK Kristen 1 Surakarta pada Materi Matriks Ditinjau dari Kemampuan Awal Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM), 3(4), 411-423.

Susanti, W. (2021). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Dan Mandiri Pada Mata Kuliah Algoritma Dan Pemrograman. Yogyakarta: Samudra Biru.

Wahyudin dkk. (2021). Pengaruh Pembelajaran Melalui Unplugged Berbasis Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Komputasi. PINTER, 5(2).

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun