Tetapi sate dan lontong sudah kadung tersedia dimeja.
Jadi apa boleh buat, harus segera disantap.
"Nanti saya antar pulangnya bu, saya sedia payung besar, ..." kata buk Ropi'ah sambil memandang langit yang tiba-tiba murka.
Seorang pembeli datang dengan payung yang tampak basah kuyup, segera disambut oleh buk Ropi'ah.
" Bapak, ... adoo, kapan datangnya pak, mari silahkan, ... silahkan loh pak, mau dahar seperti biasa ya pak ?" sapanya ramah.
" Baru tadi pagi saya datang buk, sudah kangen sama sate ayamnya. Iya seperti biasa, paruhan hati dan daging, sambelnya yang banyak. Â Lha ini tadi kehujanan dideket situ, kok tiba2 hujan ya ..."
Rupanya seorang bapak paruh baya, segera duduk dan memandang sekeliling yang sepi. Memandangku dan mengangguk,
 kubalas dan kuteruskan menikmati hidangan didepanku.
Hujan makin menderu deras, anginpun bertiup kian kencang, aku lihat tempat duduk bapak itu tempias kena angin dan hujan yang membadai diluar sana, dia bingung, tengok kiri kanan.
Buk Ropi'ah segera datang bersama anaknya, bicara sejenak, menunjuk ketempatku serta minta izin padaku untuk berbagi tempat dengan bapak itu, aku mengangguk setuju, karena melihat situasi yang runyam ini.
Lalu beliau segera mengangkat pesanannya kemejaku dibantu buk Ropi'ah, aku pandangi mereka, sambil tetap menikmati sateku.