Suami membuat sasaran tembak dengan menancapkan kayu, dan di atasnya di gantung kaleng susu bekas anakku, ada yang besar, sedang dan kecil.
Suamiku ternyata masih jago nembaknya, tidak pernah meleset, dia dahulu memang jagoan tembak di club.
Aku juga masih lumayan, ada yang melest, itupun selalu pelurunya nyerempet kaleng sasaran tembak dan kalengnya terpental.
Tumbuh juga rasa percaya diri . Tetapi terfikir juga, kalau malah senjata ini bisa di rebut, seperti senjata makan tuan jadinya, aku harus ekstra hati-hati.
Ah, tapi tidak setiap orang mengerti dan bisa menggunakan senjata seperti ini, ada pengunci dan pembukanya,… aku jadi tegar lagi.
Senjata ini aku simpan di lemari baju dikamar ku dan kukunci, kuncinya kusimpan di tempat yang hanya aku yang tahu.
Yang senapan angin aku taruh diatas lemari, sedangkan yang senjata api disimpan rapi dalam lemar, diatara gaun di gantungan dalam almari itu.
Senjata api laras panjang, merk Walther, kaliber 5,6 ini cukup berbahaya, dengan daya ledak yang cukup keras.
Bisa diisi dengan lima peluru sekaligus. Bisa ditembakkan berturutan, agak berat di sandang tapi terasa mantap sekali..
Aku rasanya akrab lagi bermain dengan bedil, dahulu waktu masih di Perbakin termasuk jagoan juga.
Beberapa hari terasa aman-aman saja, tidak terdengar tentang maling, hantu atau penodong di daerah sekitar sini
Aku mulai suka jalan-jalan lagi melihat sekeliling rumah, melihat aneka tanaman yang tumbuh begitu subur.
Pepaya buahnya banyak sekali bergantungan, ada beberapa yang mulai berleret kuning, tanda sudah tua hampir masak.