Sepulang kantor sering aku lihat dia memeriksa dan memperbaiki jendela atau pintu yang kurang benar di bantu pak Pardi.
Sebenarnya semua pintu jendela sudah di pasang tralis yang kuat kokoh dan pasti sulit di buka atau di congkel dari luar. Mur pengikat yang dipasang di jendela juga banyak sekali.
Yang juga menggelisahkan, jika malam hari, semua juga selalu was-was, ketakutan,deg-deg-an, dan terkaget –kaget.
Jengkelnya jika si hantu disitu bikin ulah dan berbuat usil lagi terhadap pembantu, Warsih atau eyang yang sudah sepuh.
Kadang mereka menampakkan diri ditempat gelap, sehingga pasti membuat kaget dan ketakutan.
Anehnya, sampai sejauh itu “sang penunggu” rumah atau apa yang disebut hantu belum pernah menyapaku
Sering suami menawari aku untuk pindah mencari rumah kontrakan saja dikota
Jadi rasanya enak di dalam kota, ramai lebih nyaman dan aman.
Dan entah kenapa aku selalu menggeleng.
Jauh di dalam hati, rasanya aku malah seperti punya tantangan untuk bisa mengetahui semua masalah tetek-bengek ini dengan benar..
Siang itu Mi bercerita jika pak Burhan, bapak tua penunggu kebun disebelah rumah kemalingan
:” Bersih bu, semua digondol, termasuk bahan makanan, ada satu dos mie di bawa juga, jadi dia gak punya lauk. ” aku geleng-geleng.
Sulit mencari satu dos mie instant ditempat terpencil seperti itu, soalnya tidak ada yang jual di dekat daerah situ, harus kekota yang jauh.