Dia mengangguk, kukernyitkan alis, menunggu dia bicara lagi
: “ Orang itu …. k-a-m-u, cantik “, dia menatapku tajam.
Aku kaget : “ Aaa -- ku ? “, betul-betul kaget aku dibuatnya.
Dia menghentikan mobilnya dijalan sepi dan menarik nafas dalam .
: “ Ya , k-a-m-u !. Aku mencintaimu sejak kita pertama bertemu dahulu – ingat kamu- , waktu pertandingan ping pong dahulu ? “ , dia tertunduk, nafasnya seperti memburu.
: “ Kamu heran ? , … iya, itulah aku,.. aku mencintaimu dengan tulus , …cobalah ingat-setiap peristiwa diantara kita waktu itu “, dia melirik aku.
Ya, kami sering bersama, meskipun beda fakultas, dia selalu ada didekatku., sahabat karibku.
” Tetapi aku pengecut, tidak berani mengatakan ini padamu , - ah, karena aku mengerti kau pasti menolak , iya kan ?” , dia seolah bertanya pada dirinya.
Secara tidak sadar aku mengangguk, kupandang dia..
“ Jangan kau kira aku tidak berusaha berpikir normal, realistis, … tetapi aku tidak bisa, tidak sanggup,…aku seperti melawan diriku sendiri “, dia tersenggal, kehabisan nafas..
“ Kau tahu, … waktu kau menikah, aku hampir mati rasanya, berhari aku menangis. Hampir gila aku rasanya – waktu itu aku coba bunuh diri ! “ dia termangu, air mata mengambang dimatanya.
Dia memandang jauh, menerawang, tertunduk dan menutup matanya.