Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Kendala Nuansa Biru

2 Oktober 2015   14:31 Diperbarui: 2 Oktober 2015   14:59 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar: duniachybill.wordpress.com"][/caption]

Siti Swandari - no.57

 

Di mesin hitung tertera angka 275 ribu , aku keluarkan dompet .
Kasir itu berkata : “ Sudah dibayar .. bu “ , katanya menunjuk seseorang yang berdiri memandangku, dia tersenyum.

Kuperhatikan oh, … ternyata : “ Ratri ? ‘ , aku berteriak seolah tak percaya.
Kami berpelukan, dia sahabat dekat yang sudah lama tidak bertemu.

“Kamu tetap cantik seperti dahulu,..” katanya menggumam, senyum
Aku tertawa, kuperhatikan, Ratri - cantik elegan, anggun dan amat pasti dengan dirinya, itu yang banyak dikagumi orang.

: “ Lama gak ketemu, … sejak aku menikah , kamu terus diluar negeri ya ? “ , kupandang dia.
Dia menelan ludah , tunduk : “ Mmm , … ya , nerusin kuliah “ , dia menjawab seret.

“ Terus ,… berapa anakmu sekarang ? “, aku bertanya, dia tersenyum.
“ Kamu harus kerumahku , setelah segala urusanmu di Jakarta selesai , … janji ? “ , seolah memaksa, aku mengangguk.

* * *

Persahabatanku dengan Ratri sejak masih mahasiswi, kami lain fakultas tapi satu Universitas.
Aku di Sastra dan Ratri di Farmasi Universitas Negeri terkenal.
Dan di Pekan Olahraga Universitas kami berkenalan

Waktu itu aku dipercaya memperkuat team ping-pong fakultas kami
Di akhir event itu, kami harus berhadapan dengan team hebat fakultas farmasi.
Jadi aku harus berhadapan dengan Ratri Kusuma Dewi, bintang dari farmasi.
Sedikit lebih tua dari aku, cantik luarbiasa, cerdas, putri seorang konglomerat terkenal.

Dengan perjuangan alot, akhirnya aku bisa mengalahkan Ratri the star.

Tidak kecewa atau marah, malah memeluk aku, diiring sorak sorai dari penonton, dari fakultas masing.
Bahkan sorenya, dia mengirim bunga mawar indah dan coklat untukku.

Sejak saat itu kita bersahabat, akrab juga di pergaulan luar kampus .

* * *

Kuselesaikan menata baju dan buku-bukuku, oleh-oleh mainan untuk anakku.
Besok pagi, aku harus berangkat dengan flight pertama, kembali ke Surabaya.

Ada SMS dari Ratri, mengingatkan janjiku, bertandang kerumahnya, aku tersenyum

Mobil itu melaju kesebuah hunian elit yang nyaman.

: “ Aku ingin kau mau mendengar ceritaku, agar mengerti “ , katanya, aku mengangguk.

“ Aku sebenarnya belum menikah ! “ , dia berkata pasti.

“Kaget ya ? “ , ketika dilihatnya aku keheranan
“ Iya, tepat sekali, …, aku pernah disakiti, parah dan pedih sekali “ , katanya pendek.
“ Tapi itu salahku sendiri “ , dia bergumum pada dirinya.

Aku heran juga, seingatku dia tidak pernah terlibat dekat dengan pria.
Banyak pria coba mendekatinya, tapi dia tidak bergeming oleh cinta.

“ Pengin tahu orangnya ?, memandangku, menatap kedepan lagi..
“ Emangnya aku kenal ? “, aku tanya.
Ada senyum, tapi terlihat semburat kesedihan diwajahnya.

Dia mengangguk, kukernyitkan alis, menunggu dia bicara lagi

: “ Orang itu …. k-a-m-u, cantik “, dia menatapku tajam.
Aku kaget : “ Aaa -- ku ? “, betul-betul kaget aku dibuatnya.

Dia menghentikan mobilnya dijalan sepi dan menarik nafas dalam .

: “ Ya , k-a-m-u !. Aku mencintaimu sejak kita pertama bertemu dahulu – ingat kamu- , waktu pertandingan ping pong dahulu ? “ , dia tertunduk, nafasnya seperti memburu.

: “ Kamu heran ? , … iya, itulah aku,.. aku mencintaimu dengan tulus , …cobalah ingat-setiap peristiwa diantara kita waktu itu “, dia melirik aku.

Ya, kami sering bersama, meskipun beda fakultas, dia selalu ada didekatku., sahabat karibku.

” Tetapi aku pengecut, tidak berani mengatakan ini padamu , - ah, karena aku mengerti kau pasti menolak , iya kan ?” , dia seolah bertanya pada dirinya.

Secara tidak sadar aku mengangguk, kupandang dia..

“ Jangan kau kira aku tidak berusaha berpikir normal, realistis, … tetapi aku tidak bisa, tidak sanggup,…aku seperti melawan diriku sendiri “, dia tersenggal, kehabisan nafas..

“ Kau tahu, … waktu kau menikah, aku hampir mati rasanya, berhari aku menangis. Hampir gila aku rasanya – waktu itu aku coba bunuh diri ! “ dia termangu, air mata mengambang dimatanya.

Dia memandang jauh, menerawang, tertunduk dan menutup matanya.

“ Akhirnya aku dibawa ke UK, kuliah disana, - sambil berusaha menyembuhkan luka ini “ , dia mengusap matanya, butiran bening itu ikut tersapu..

Keadaan jadi hening, aku menghela nafas

“Itu rumahku, …” katanya
Kemudian kita memasuki sebuah rumah mewah, suasananya asri dan teduh.

Seorang wanita muda cantik menyambut kami : “ Ini Nana , … Mariana “, dia memperkenalkan, dan kami bersalaman.

Mariana menggenggam tanganku, kita saling pandang dan tersenyum, kemudian dia merangkul aku, terasa lembut dan akrab.

* * *

.Malam dikamat hotel, hapeku bergetar , dari Ratri, ingin bertemu
Pintu kubuka, dia sendiri : “ Mana Nana ? “ aku tanya, dia menggeleng

“ Aku ingin menyampaikan ini padamu, pribadi “ , dia membuka sebuah cenrana indah, isinya seperangkat perhiasan gemerlap.
:” Apa maksudnya ini ? “, tanyaku, dia maju mendekat, aku bergeser menjaga jarak.

“ Aku ingin memulai perjumpaan kita ini dengan sesuatu yang baru bagi kita “ , dia menatap mataku, aku pandangi dia .

“ Ratri , .. sudahlah. .. kita sudah memilih jalan masing2 “,aku kembalikan kotak itu

“ Tetapi aku amat mencintaimu , sejak dahulu, .. rasa itu tidak bisa hilang sampai sekarang, dan sampai … kapanpun “ , dia berbisik lirih mengiba .

” Ratri, aku sudah memilih jalan hidupku, - aku bahagia bersama keluargaku, …mmm, mengertilah, kau pasti ikut senang jika aku bahagia bukan ? “.

Kita saling pandang, kemudian dia tertunduk.

“ Tilpun aku ya, kalau ada sesuatu - aku pasti datang, kapan saja “ digenggam tanganku, aku mengangguk.

Memandangku, ada air mata pedih menggenang dimatanya.

:” Maafkan aku Ratri “. bisikku perlahan, dia menghela nafas panjang.

 

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community: http://www.kompasiana.com/fiksiana

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community: https://www.facebook.com/groups/175201439229892/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun