Dia terus mengejarku dengan beringas dan kita sampai di kolam tengah istana.
Pedangnya berkelebet dengan dahsyat, betul juga kata orang , dia seorang petarung pedang yang mumpuni.
Pedangku di sabetnya sehingga patah jadi dua, dia terus mengejarku dan terus menyabet dengan sabetan yang dahsyat secara bertubi
Aku keteteran hingga terpeleset jatuh, hanya tameng senjataku dan dia terus menyerangku, menggiring aku kedekat kolam.
Aku pegangi tameng itu dengan dua tanganku dan kemudian dengan sekuat tenaga aku berkelit dan tabrak serta dorong dia dari belakang.
Dia terhenyak, terpelanting , sempat menarik bajuku dan kita tercebur kedalam kolam berdua.
Dia berusaha memukulku, aku pegang tangannya dan satu tendangan keras menohok di perutnya, dia mengaduh, pegangan kebajuku robek , tapi lepas dari tangannya.
Dan buaya besar itu, si Rete, yang kelaparan meluncur dengan cepat kearah kita.
Aku cepat berenang ketepi dan dengan sekali loncat sudah keluar dari kolam, terguling-guling.
.
Puteri Kencana kaget dan berteriak keras minta tolong, melihat buaya yang meluncur kearahnya.
Beberapa senapati berusaha menolongnya, tetapi karena panik melihat buaya yang makin mendekat dia malah terpeleset dan kecebur lagi dalam kolam.
Beberapa orang berusaha menolong , dia makin panik. Dan gerakannya yang kalang-kabut, makin membuat buaya itu penasaran, bernafsu untuk menyerang.