“Jangan nekad puteri, istanamu sudah terkepung .”
Puteri Kencana kelihatan geram dan menoleh kiri-kanan dengan bingung.
Pangeran Biru dan Kuning mengajakku keluar dari istana dikawal oleh beberapa panglima dan senapati Galuga.
Kita segera berlarian menembus istana itu mencari jalan keluar, mengikuti panglima Dargo
Diluar kita di hadang oleh pasukan Kemayang yang dengan beraninya menyerang kita dan pertempuran tidak bisa di hindarkan lagi.
Kita terdesak masuk lagi kedalam istana, rupanya Narendra dengan pasukannya, dibantu oleh panglima Prasanca yang meghalangi kita untuk keluar dari istana.
Dengan beringasnya Narendra menyerang pangeran Biru dan Kuning. Kulihat Gayatri juga membantu dengan dua puterinya disertai dengan kemarahan yang hebat mececar Kuning.
Aku lihat Panglima Lasmi juga menyerang balik tidak kalah ganasnya dibantu para senapatinya.
“Hei Puspita, aku lawanmu.” Aku menoleh, dihadapanku ada seorang wanita muda membawa dua pedang menyerang aku dengan membabi-buta.
Wajahnya cantik dan baju yang di pakai bertabur hiasan dan permata yang seperti berlebihan.
Warsih langsung menghadang beberapa senapati Kemayang yang akan mengeroyok aku.
Teja juga ternyata seorang petarung yang tangguh, meskipun badannya agak tambun, tapi sabetan pedangnya cukup mengerikan.
“Aku puteri Mustika. Engkau yang telah membunuh ayahandaku panglima Samudera Laksa. Kamu harus mati ditanganku.” Dan dia menerjang dengan murka yang membuta.