Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah Biru yang Terluka ( 64 )

10 Maret 2015   15:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425976136690166683

Kulihat mereka segera pergi menyelinap, Warsih dan Teja tetap di sampingku.

“Aku sudah tidak bisa tunggu lama-lama, …keluar engka pangeran atau dia mati.” Aku lihat dia berdiri dan wajahnya mengarah ke panglima Panji.

Sehingga aku bisa melihatnya, dan tampak seorang wanita yang molek, rupawan, gemebyar, dengan badan yang apik, lumayan tinggi, ada pedang di tangannya yang berkilat, kulitnya merah kehijauan.

“Kepung istana ini, …ceepaat, jangan sampai pangeran lari keluar.” Perintahnya
Beberapa panglima dan senapati segera berlarian segera meninggalkan tempat itu.

Dia melihat kearah air kolam, buaya itu sudah disana dan kemudian dia berteriak lagi degan keras
“Aku tunggu engkau pangeran, …pangerannn keluaaar…” teriaknya lagi

:”Warsih engkau tahu tugasmu ?” aku beri dia beberapa petunjuk

“Saya akan membantu Warsih Puteri, sampai mati.” Teja berbisik padaku dengan tegas, kemudian di pandangnya Warsih yang mengangguk dengan senyum.
Ditangannya sudah ada dua pedang.

Mata Puteri Kencana mencari kian kemari, menoleh kesegala penjuru
“Ayo keluar pangeran yang ganteng, panglimamu sudah ketakutan.”

“Aku tidak pernah takut mati untuk membela Galuga.” Paman Panji berkata dengan beraninya
“Setan alas, apa katamu, tua bangka.” Teriak Puteri Kencana dengan geram
Kulihat dia mengayunkan pedangnya kearah paman Panji

“T-u-n-g-g-u , …mungkin aku yang kamu cari !!.” dengan cepat aku keluar dari persembunyianku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun