Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah Biru yang Terluka ( 64 )

10 Maret 2015   15:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425976136690166683

Aku memandang keatas, istana ini tinggi sekali dan banyak ukiran dan hiasan amat indah yang  serba gemerlap dan berkilauan .

Kita cepat masuk sambil merapatkan diri, aku melepas cambukku, kupegang dengan erat, ditangan kiri ada pedang yang biasa aku pakai.

Kita mengendap dan aku berlari melintasi ruangan, tiba-tiba “ B-e-r-h-e-n-t-i  !!”

Kita semua menoleh, aku segera sudah siapkan pecut dan pedangku.
Tetapi Warsih langsung memburu dan siap menghadang dan menyerang, tiba-tiba dia berhenti, dan tertegun

“War-sih..”
“Kakang Te-ja…” kulihat mereka saling melepaskan pedangnya dan kemudian saling berpelukan dengan erat.

Aku melihat sekeliling, tetap waspada, tapi sepertinya sepi sekali

“Puteri, ini kakang Teja.” Sosok pria tambun itu dikenalkan padaku
“Ini abangmu Warsih ?” tanyaku

“Saya calon suaminya Warsih, Puteri.” Katanya mantap
Diapun di kenalkan dengan Puteri Kuning.
“Aku selalu menunggumu Warsih.” Tiba-tiba dia memberi tanda dengan tangannya, ada pendatang.

Dia langsung menemui seorang senapati Kemayang, yang berteriak dari jauh
“Aman disitu Teja ?”

“Aman senapati.” Jawab Teja, dia seolah malah menghalangi senapati itu mau berjalan kearah tempat kita dengan badannya yang gempal.

Kita cepat menyelinap, untungnya istana ini penuh dengan pernak-pernik hiasan, beberapa kain sutera berseliweran bergantungan di mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun