[caption id="attachment_372340" align="aligncenter" width="390" caption="Sumbrt Gambar: mutiarasukma.net"][/caption]
Bagian ke Enam Puluh Empat : MEMBURU CINTA SANG PANGERAN (2)
Aku memandang sekitar, semuanya kehujanan, puteri Kuning tampak juga basah kuyup.
Panglima Wulung dan beberapa senapati yang mengawalnya segera mendekati, untuk memberi peneduh, tetapi malah di suruhnya pergi
Puteri Kuning rupanya juga menikmati guyuran hujan yang deras dan berbasah-basah seperti itu.
“Kuning, engkau kesini ?” dia tersenyum, membasuh mukanya yang kuyup dan tampak sedikit kedinginan.
“Aku malah bingung dan gelisah Puteri di istana. Aku mohon ijin Nyai Gandhes dan beliau mengijinkan aku pergi.”
“Bagaimana keadaan Nyai, apa sudah sembuh ?” Kuning mengangguk
“Sudah sehat, rencananya akan menyusul bersama Nini Sedah., paman Rahasta dan yang lain.” Kata Kuning.
“Lalu siapa yang menjaga istana ?”
“Ada paman Maruta dan jawara yang lain. Senapati dan Prajurit paman Rahasta juga banyak yang ditugaskan di sana, membantu prajurit istana.”
Kulihat kemudian paman Andaga dan panglima Lasmi bersama pasukannya menyebar kearah kanan dan kiri istana itu.
Kita kemudian terus berjalan dan didepan kelihatan pintu gerbang yang amat besar megah, terlihat samar karena diguyur hujan lebat.
Dan disekeliling pintu gerbang itu banyak prajurit Kemayang dengan senjata lengkap berjaga-jaga di pos penjagaan yang tersedia
Ada satu dua yang bercanda, tidak merasa bahaya yang sudah demikian dekat, mungkin karena lebat dan guyuran hujan serta halilintar yang begitu dahsyat.
Panglima Dargo memberi tanda, mengangkat tangannya dan kita berhenti semua.
Panglima Dargo dengan ketiga jawara sepuh kemudian bersimpuh dan melakukan ritual, seperti menyebarkan sesuatu kesekitar.