Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah Biru yang Terluka ( 58 )

15 Februari 2015   02:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tombak yang melayang aku tangkap, kemudian melihat apa yang terjadi dibelakangku

Kilatan pedang paman Maruta masih bergetar, darah masih berceceran.
Samdera Laksa limbung dan badannya bersimbah darah, terlihat  juga banyak panah yang menancap ditubuhnya di bidik para senapati panah dari Galuga.

“Dasar cecunguk, pengecut, …dia mau menyerang dari belakang Puteri.”

Kata paman Maruta dengan geram, wajahnya masih kelihatan garang.
“Terima kasih paman Maruta dan semua senapati,…” aku berseru

Aku kemudian berjalan kedepan istana diiringi Nini Sedah dan paman Maruta, Nyai Gandhes memeluk aku.

“Terima kasih Nyai.” Aku berbisik lirih, aku tahu pasti di saat terakhir tadi, Nyai Gandhes membantuku dengan tenaga dalamnya, sehingga Samudera Laksa waktu kutendang bisa terhempas jatuh bergulingan.

Nyai Gandhes hanya tersenyum saja.
Puteri Kuning, pangeran Biru segera memeluk aku, kubalas pelukan mereka erat juga.

“Puteri, sebaiknya puteri istirahat dahulu di kamar. Biar ditunggu oleh puteri Kuning --- pangeran Biru disini dahulu “ kata Nyai Gandhes pada pangeran yang akan ikut aku dan Kuning masuk kedalam istana.

Nyai Gandhes melerai semua ponggawa yang mau mengurung  dan menyerang prajurit Kemayang yang kelihatan kebingungan.
Seorang senapat perempuan Kemayang menghadap Nyai Gandhes dan nyai mengiyakan permintaannya.

Aku melihat prajurit Kemayang membawa Samudera Laksa berderap kekapal perang Kemayang yang sandar di pelabuhan Galuga

Pasukan Galuga segera di siapkan, paman Maruta langsung lari ke pasukan dari Barat dibawah pimpinannya dan tampak memberi perintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun