Sesampainya di jakarta dia banyak bertemu dengan teman-teman seumuran bahkan lebih dewasa dari Slamet , hingga sikap menyendiri dan pendiam Slamet sudah mulai berkurang.
Slamet mengenyam pendidikan di Pendidikan Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) hingga meraih sebuah ijazah navigasi laut setelah menjadi lulusan peringkat pertama dengan nilai terbaik. Atas prestasi yang berhasil ia torehkan, Slamet Riyadi kemudian menjadi navigator kapal kayu yang berlayar antar pulau di Nusantara.
Slamet belum pulang kembali ke tempat asal setelah kelulusan dan karir nya.
Suatu malam slamet serta pemuda lainnya akan pergi menuju stasiun Gambir untuk bersuara dengan bergerak secara bersembunyi dengan harapan bisa mengusir Jepang suatu saat nanti.
Harapan itu belum pasti adanya hingga suatu hari dimana terjadinya perang dunia ke II antara sekutu dengan jepang , jepang mengakui kekalahan tersebut , slamet mengetahui bahwa adanya kekalahan pada Jepang sehingga dia mengambil kesempatan waktu tersebut dengan mengumpulkan rekan-rekan pelaut untuk mengangkat senjata.
"mari kita lakukan yang terbaik apapun yang terjadi saling membantu dan bekerja sama" ucap slamet pada rekannya.Â
Slamet beserta rekannya berhasil membawa kabur kapal milik Jepang serta menggalang kekuatan dari para prajurit indonesia yang sebelumnya tergabung dalam kesatuan militer Dai Nippon.
Disitulah slamet menjadi buronan para polisi militer Jepang ( kei pei tai ) namun bagaimana pun cara yang dilakukan para polisi jepang Slamet Riyadi tidak bisa ditangkap.
"cari Slamet hingga tertangkap" ucap salah satu komandan Jepang.
"siap pak" anggota tentara Jepang
Selama mereka mencari slamet di jakarta , slamet kembali menuju solo untuk bertemu orang tua serta membantu perjuangan rakyat disana agar meraih kembali kota tersebut dari tangan Jepang.