Keputusan pembelian impulsif terjadi secara mendadak, dimana konsumen tidak memerlukan banyak pertimbangan untuk melakukan pembelian. Proses keputusan dapat dilakukan dengan cepat tanpa pencarian informasi dan pertimbangan khusus, dengan merek menjadi dasar pembanding produk. Perlu dicatat bahwa konsumen pada tipe keputusan ini relatif tidak menghadapi biaya peralihan yang tinggi jika memilih produk lain.
Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan menurut Engel dkk (1994, 31-31) dan Lamb (2001, 188) dalam Astuti & Amanda (2020, 86-89) dibagi menjadi lima diantaranya:
Pengenalan kebutuhan
Proses pembelian konsumen dimulai dengan pengakuan kebutuhan atau permasalahan yang dapat muncul akibat rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal terjadi ketika kebutuhan umum, misalnya rasa lapar atau haus, telah mencapai tingkat tertentu dan memicu tindakan. Sementara itu, rangsangan eksternal dapat timbul dari berbagai sumber, termasuk menonton iklan atau melihat produk baru yang dimiliki oleh orang lain, seperti tetangga. (Astuti & Amanda, 2020, 86)
Seorang siswa yang baru lulus sekolah menengah pertama sebagian besar pasti ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dipasaran terdapat berbagai jenis sekolah menengah keatas selain sekolah menengah negeri ada juga sekolah menengah swasta, ada sekolah berbasis pada science, agama atau kejuruan.
Pencarian kebutuhan
Setelah konsumen merasa terpanggil oleh kebutuhannya, mereka akan termotivasi untuk mencari informasi lebih lanjut. Individu menjadi lebih sensitif terhadap informasi terkait produk, mendorong mereka untuk aktif mencari informasi tambahan. Hal ini bisa melibatkan bertanya kepada teman, mengunjungi toko untuk menyelidiki, atau menjelajahi internet untuk membandingkan spesifikasi dan harga barang. (Astuti & Amanda, 2020, 87)
Ketika siswa dan orang tua sedang mencari sekolah yang cocok maka mereka mencari informasi dari berbagai sumber mengenai sekolah yang menjadi opsi untuk sang anak.
Evaluasi alternatif
Evaluasi umumnya mencerminkan keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perilaku pembelian. Keyakinan merujuk pada pandangan seseorang tentang suatu hal, sedangkan keyakinan mereka terhadap produk atau merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Selain keyakinan, sikap juga memiliki peran yang tak kalah penting. Sikap mencakup evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang bersifat menguntungkan atau tidak menguntungkan, dan hal tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama terhadap suatu objek atau gagasan tertentu, sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2007). (Astuti & Amanda, 2020, 87)
Setelah mendapatkan informasi dari beberapa sekolah yang cocok maka siswa dan orang tua mulai menyeleksi pilihan dengan cara membanding-bandingkan keunggulan setiap sekolah.