Pendidikan adalah sebuah proses, sekaligus sistem yang bermuara pada pencapaian kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai kualitas idaman. Untuk mewujudkan itu semua, Dr Zulmuqim menjelaskan bahwa dalam perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan Islam bertanggung jawab untuk mengarahkan kepada nilai-nilai Islami, di samping menggali, mempelajari dan mengembangkannya.Pada hakikatnya, semua ilmu pengetahuan adalah milik Allah dan datangnya juga dari Allah. Sehingga manusia sebagai hamba yang memiliki level tertinggi dalam peradaban, sudah seharusnya menjaga karakteristik dan nilai-nilai sebagai makhluk tertinggi.
Di era globalisasi saat ini untuk membenahi permasalahan yang cukup urgensi dalam  pendidikan islam dipondok pesantren dan madrasah juga harus dilihat dari karakteristik masing-masing lembaga pendidikan itu sendiri
Dalam meningkatkan pendidikan Islam di madrasah dan pesantren untuk mengidentifikasi problematika yang dihadapi harus memahami bagaimana mencari solusi pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.keduanya merupakan lembaga penyelenggara pendidikan di Indonesia yang diatur dan diakui oleh pemerintah. Secara historis kemunculan kedua lembaga tersebut mempunyai hubungan antara satu dengan lainnya sehingga mempunyai ciri khas masing masing.
Prolem Pesantren
Permasalahan pendidikan islam pada saat ini adalah sebuah penomena yang terjadi di kalangan umat islam Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal.
- Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya keberadaan lembaga pendidikan Islam secara Eksplisit ( jelas tanpa ambiguitas)
- Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
- Pendidikan Islam sebagai nilai (value) yakni ditemukannya nilai-nilai Islami dalam sistem pendidikan.
Walaupun demikian, pendidikan islam tidak luput dari problematika yang muncul di era global saat ini. Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Rendahnya mutu sarana dan prasarana di pesantren dapat diketahui dari paparan Nurcholish Madjid berikut ini:
- Pengaturan "tata kota" --Istilah ini dipinjam dari planologi kota-- pesantren memiliki ciri yang khas, yaitu letak masjid, asrama atau pondok, madrasah, kamar mandi, WC umum, perumahan pimpinan, dan lain-lain umumnya sporadis.
- Kamar-kamar asramanya sempit, terlalu pendek, jendela terlalu kecil, dan pengaturannya pun semrawut. Selain itu minim peralatan, seperti dipan, meja kursi, dan tempat untuk menyimpan pakaian.
- Jumlah kamar mandi dan kakus (WC) tidak sebanding dengan banyaknya jumlah santri yang ada. Atau malah ada pesantren yang tidak menyediakan fasilitas ini sehingga para santrinya mandi dan buang air di sungai. Kalaupun ada kondisinya tidak memenuhi syarat sistem sanitasi yang sehat.
- Madrasah atau ruang kelas yang digunakan tidak memenuhi persyaratan metodikdidaktik atau ilmu pendidikan yang semestinya, seperti ukuran yang terlalu sempit atau terlalu luas. Antara dua ruang kelas tidak dipisahkan oleh suatu penyekat, ataupun kalau ada penyekatnya tidak tahan suara sehingga gaduh. Perabotannnya yang berupa bangku, papan tulis, dan lain-lain juga kurang mencukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
- Tempat ibadah (masjid/musholla) pada umumnya keadaannya juga mengecewakan: kebersihan lantainya kurang terjaga
Solusi Pesantren
   Melihat dari problematika diatas ada beberapa solusi yang dapat diberikan. Meskipun dalam realita sekarang, semua problem yang dijabarkan diatas tidak berlaku lagi pada beberapa pesantren yang mulai membuka diri Karena mereka menyadari bahwa pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi.Â
Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis.Â
Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat.
   program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimodernisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya.
   Program pendidikan yang harus diperbaiki, diperbarui dan dibangun kembali tersebut, termasuklah perumusan ulang visi, tujuan, kurikulum, manajemen lembaga, metode dan strategi pendidikan, sarana prasarana, administrasi dan lain sebagainya. Tentunya perbaikan tersebut disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman, sehingga lulusan atau alumni dari pondok pesantren tersebut mampu membaur dan melebur di tengah-tengah masyarakat. Dan keberadaannya pun dirasakan oleh masyarakat, sehingga dia mampu memberikan corak keislaman dalam kehidupan.
Problem Madrasah
   Permasalahan dalam proses pendidikan Islam di madrasah dirasakan juga begitu komplek, diantaranya terkait kualitas pendidik dan non pendidiknya, kurikulum, sarana dan prasarana, dan pendanaan. Terkait kondisi pendidik dan non pendidiknya, pada madrasah negeri maupun swasta belum begitu mengembirakan. Karena masih ditemukannya kepala madrasah yang belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Juga karyawannya, masih belum dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, karena tidak didukung dengan professionalisme yang tinggi.
   Menyadari adanya sistem pendidikan nasional dan hak asasi anak untuk memilih bidang studi lanjutan dan lapangan kerja yang diinginkan, maka diusahakan agar anak-anak madrasah memperoleh kesempatan yang sama untuk memasuki perguruan Tinggi Umum. Demikian pula sebaliknya. Anak-anak dari jalur pendidikan umum memperoleh kesempatan yang sama untuk melanjutkan studi ke perguruan Tinggi Agama, seperti UIN. Hal ini diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) antara menteri pendidikan dan kebudayaan dengan menteri agama.
   Tetapi kenyataannya tetap menunjukkan adanya distingsi yang berbeda secara tajam. Anak-anak dari jalur pendidikan madrasah tidak mampu bersaing secara penuh dengan anak-anak dari sekolah umum dalam memasuki PTU. Demikian pula halnya dengan persoalan menggapai berbagai lapangan kerja. Sebaliknya anak-anak dari jalur pendidikan umum tidak mampu bersaing secara penuh dengan anak-anak madrasah dalam proses studi di IAIN dan meraih lapangan kerja keagamaan. Yang menyeleksi mereka adalah kompetensi mereka masing-masing.Â
Namun dalam tubuh madrasah itu sendiri, masih terdapat kesenjangan hak antara yang jurusan IPA, IPS dan IPK dari segi hak memilih untuk mendaftar keperguruan tinggi. Hal itu terlihat ketika anak yang dimadrasah jurusan keagamaan atau IPK, tidak akan pernah ada kesempatan untuk mengikuti SNMPTN. Yaitu peluang diterima diperguruan tinggi umum tanpa tes.Â
Karena kesempatan itu hanya dikhususkan untuk yang jurusan umum, yaitu jurusan IPA dan IPS. Sementara ketika peluang untuk mendaftar SPAN PTKIN, yaitu peluang diterima diperguruan tinggi agama Islam tanpa tes semua jurusan memiliki kesempatan untuk pengikuti pendaftaran tersebut. Baik jurusan IPA, IPS apalagi jurusan IPK
   Sedangkan untuk keberadaan kurikulum di madrasah masih terlihat belum fokus. Hal ini terlihat misalnya banyaknya materi yang diajarkan sementara waktunya tidak memadai atau bahkan overload pada tingkat Aliyah. Misalnya siswa yang ingin mendalami ilmu-ilmu keagamaan masih juga dibebani mata pelajaran lain yang tidak relevan dalam jumlah yang cukup banyak.Â
Sebaliknya siswa yang mengambil jurusan IPA harus pula dibebani dengan banyaknya mata pelajaran lain yang tidak berhubungan langsung. dalam kaca mata sebagian masyarakat, madrasah ini tidak terlalu jelas statusnya. Materi pelajaran umum mereka tidak sedalam di sekolah dan materi pelajaran agama mereka juga tidak sedalam di pesantren.Â
Meskipun untuk kondisi hari ini, sudah banyak ditemukannya lulusan madrasah yang mampu bersaing dengan lulusan sekolah umum dan pesantren. Di sisi lain, Penerapan satu kurikulum baru tidak dapat mendadak karena jauh sebelumnya sekolah yang bersangkutan sedang menggunakan kurikulum lama. Perubahan dari kurikulum lama ke kurikulum baru inilah yang sering menimbulkan masalah, karena perlu perangkat-perangkat dan visi baru untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kurikulum baru itu.
   Kemudian kondisi sarana dan prasarana di beberapa madrasah ada juga yang masih jauh dari harapan. Sejarah berdirinya madrasah biasanya penuh liku-liku, dirintis dengan menempati rumah pendirinya, kemudian menerima tanah wakaf, mendapat sumbangan masyarakat untuk membangun gedung, dan akhirnya terwujudlah bangunan sederhana. Selanjutnya terkait pendanaan, nampaknya dalam madrasah masih sangat terbatas. Kebanyakan madrasah masih mengandalkan BOS sehingga kegiatan dan fasilitasnya di bawah standar. Pengembangan kegiatan dan kelengkapan sarana tidak bisa dilakukan karena kendala ini.
Solusi Madrasah
   Untuk  mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan di atas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
- Solusi Sistematik
Solusi sistemik yakni solusi dengan mengubah sistem- sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. - Solusi Teknis
Solusi teknis yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan saranasarana pendidikan, dan sebagainya. Dengan kualitas yang baik, tenaga pendidik dan kependidikan mampu mengantarkan peserta didiknya menuju identitas
Beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi tantangan madrasah dan pesantren di era globalisasi ialah sebagai berikut;
- Mengembangkan tradisi murni di madrasah dan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, yaitu dengan adanya keselarasan antara keunggulan sistem sekolah umum dengan sistem pesantren.
- Mengaplikasikan setiap bagian kurikulum agar mampu berfungsi lebih maksimal, yaitu: komponen tujuan, komponen media, komponen materi komponen strategis, dan komponen evaluasi.
- Menyesuaikan profesionalitas guru.
- Meningkatkan pengelolaan.
- Menyediakan fasilitas sarana dan prasarana.
   Maka dari itu Madrasah dan persantren harus melakukan pembaharuan dan perubahan agar menciptakan generasi yang kuat, yang tangguh dan generasi yang memiliki pengetahuan yang luas baik dari bidang imtaq dan dari bidang iptek serta mampu mengembangkan pengetahuan yang berasal dari Al- Qur'an dan As sunah. Sehingga mampu menjadikan generasi yang tidak hanya sukses dalam masalah agama saja, akan tetapi mampu menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi.
Kesimpulan
- Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pelaksanaan pendidikan Islam di Pesantren dan Madrasah telah ada dari dahulunya. Kedua lembaga ini muncul dengan dilatar belakangi oleh kebutuhan yang berbeda antara satu sama lain. Dalam pelaksanaan pendidikan Islam kedua lembaga ini memiliki ciri khas atau corak yang berbeda antara satu  sama lain. Pesantren lebih dominan Ilmu agamanya, sekolah lebih dominan ilmu umumnya. Sementara madrasah berada di antara kedua hal tersebut.
- Problematika pendidikan Islam di Pesantren dan Madrasah pada dasarnya masing-masing lembaga memiliki problematika dalam melaksanakan pendidikan Islam-nya. Ada sebagian dari problematika tersebut yang sama, namun tidak sedikit pula yang berbeda, sesuai dengan distingsi dari masing-masing lembaga pendidikan tersebut.
  Solusi problematika pendidikan Islam di Pesantren dan Madrasah Secara umum solusi yang diberikan terhadap problematika yang dihadapi di Pesantren dan Madrasah terbagi 2 yaitu Solusi Sistematik dan Solusi Teknis.
   Tantangan dari globalisasi yang dihadapkan dengan lembaga pendidikan Islam diharapkan bisa menciptakan lulusan yang bisa menjalankan peran penting pada seluruh sektor dalam kehidupan bangsa baik itu dari sektor sosial, ekonomi, agama, ilmu pengetahuan, politik dan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H