Tak heran jika sedikit demi sedikit aku memahami juga dunia pertempe.an sebab ayah yang selalu mengajak aku dan adik-adikku membantunya.Â
Melihat kenyataan tempe kacang jarang sekali ditemui, terutama hanya bapak-bapak berumur yang masih memproduksinya secara manual. Ya terutama keluarga ibuku dan ayahku yang biasa menjual tempenya di Pasar Kebalen, Pasar Blimbing, dan Pasar Madyopuro, Malang.Â
Sudah kita ketahui bersama, tempe kedelai sudah go internasional. Mungkin gk ya tempe kacang go internasional juga? Tapi gk ada yang gak mungkin kan ya.Â
Yang penting anak-anak ayah kudu tetap meneruskan usaha turun-temurun ini. Apa itu berarti calon suamiku nanti harus menuruskannya seperti yang dilakukan ayahku? Hehe.. pikiranku terlalu jauh.Â
Semoga tulisan ini bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H