"Waduhh, tempeku anyep maneh"Â (Waduhh, tempeku dingin lagi)
Ucap ayahku sembari memegang-megang tempenya yang berada di atas rak-rak bambu mulai dingin padahal sudah diselimuti dengan koran double dengan maksud untuk menjaganya tetap hangat.Â
Di musim hujan seperti ini, menjadi musim yang cukup rawan membuat tempe gagal produksi. Cuaca yang dingin menjadikan tempe membutuhkan ragi yang cukup banyak. Untuk memudahkan dalam proses fermentasinya.Â
Sudah 21 tahun ayahku menekuni usaha menjadi pengrajin tempe. Usaha yang berjalan turun-temurun dari bapak mertuanya. Bapak panggilanku pada kakekku, menekuni usaha menjadi pengrajin tempe berawal dari mertuanya juga mulai dari tahun 70-an. Ya bisa dibilang, keluarga ibuku mayoritas pengrajin tempe.Â
Keluarga ibuku terutama ayahku masih menggunakan cara tradisional saat mengolah tempe. Bapak menjadi pengrajin tempe kacang dan tempe kedelai. Berbeda dengan ayahku yang hanya menjadi pengrajin tempe kacang dan mengambil tempe gembus dari suplier.Â
Olahan tempe yang turun-temurun ini merupakan jenis olahan tempe khas Malang, Jawa Timur. Mungkin banyak dari kita yang hanya mengetahui tempe ya tempe kedelai.Â
Tapi nyatanya tempe banyak jenisnya. Terutama jenis tempe yang ada di Kota Malang. Ada tempe kedelai yang berbahan dasar kacang kedelai, yang biasa kita makan untuk dijadikan tumis kecap. Tempe menjes atau tempe gembus yang berbahan dasar dari ampas tahu. Yang umumnya menjadi favorit semua orang untuk dijadikan gorengan.Â
Ada salah satu tempe yang jarang sekali orang ketahui yaitu tempe kacang, yang berbahan dasar kacang tanah dan kacang kedelai. Banyak orang yang salah menyebut tempe kacang adalah tempe menjes. Lebih jelasnya itu berbeda, menjes ya menjes. Kacang ya kacang, ungkap ayahku.Â
Biasanya kita mengolah tempe kacang untuk dijadikan gorengan ataupun dijadikan bahan utama sayur santan pedas. Kalo saya sendiri, lebih suka tempe kacang dijadikan bahan tambahan untuk nasi goreng. Coba deh, pasti enak. Hehe
Tempe kacang biasa disebut dengan tempe bungkil. Bungkil sendiri berasal dari kacang tanah mentah yang telah dikupas kulitnya, kemudian di press (ditekan) dengan alat khusus. Â
Tujuannya untuk mengeluarkan minyak dari kacang tanah. Pada bagian ini minyak kacang ditampung dan dimanfaatkan menjadi minyak goreng. Setelah kacang dipress dalam cetakan berbentuk lingkaran, barulah jadi bungkil kacang. Bungkil kacang ini yang menjadi bahan utama tempe kacang.Â
Dulu ayahku masih menggunakan bahan tambahan untuk adonan tempe kacang. Seperti pepaya muda atau nangka muda. Dengan maksud untuk memberikan cita rasa yang berbeda.Â
Namun, lambat laun mencari pemasok pepaya muda dan nangka muda cukup sulit. Dan membuat ayahku memproduksi tempe kacang murni hanya bercampur kedelai.Â
Dua puluh satu tahun menekuni dunia pertempe.an, membuat ayahku selalu was-was jika bertemu lawan lawasnya yaitu musim hujan. Di musim hujan, rawan sekali membuat tempe gagal produksi. Karna cuaca yang dingin membuat tempe menjadi dingin pula dan mengalami gangguan saat proses fermentasi.Â
Tempe sendiri tak bisa jika berada di cuaca yang terlalu dingin ataupun terlalu panas. Tempe menginginkan cuaca yang sedang-sedang saja. Sekilas, isi hati semua tempe.Â
Jika ayahku hampir mengalami gagal produksi tempe kacangnya, biasanya beliau akan mengolah lagi tempe tersebut. Dengan garis bawah, masih belum benar-benar gagal.Â
Dan terlihat masih bisa diolah lagi. Untuk ditambah raginya. Sebab yang menjaga tempe tetap stabil dan jadi, bisa karna faktor pemberian raginya. Ragi yang digunakan untuk tempe kacang berbentuk kepingan seperti uang koin. Ragi tempe kacang mengandung kapang R. oryzae dan R. oligosporus.Â
Hitungan pemberian ragi tempe kacang berbeda setiap jam nya. Jika proses peragian pukul 17.00 menggunakan 36x2 keping ragi. Dan setiap pertambahan setengah jam, tambah 2 ragi juga. Karna semakin bertambah jam, otomatis cuaca akan semakin dingin dan hal tersebut sangat memengaruhi proses fermentasinya. Terutama kami tinggal di Kedungkandang, Malang. Yang masih tergolong daerah yang dingin ditambah dengan musim hujan seperti ini.Â
Berbeda lagi dengan tempe gembus, tempe yang ayahku ambil langsung dari suplier setelah proses peragian. Jika mengalami gagal produksi, sudah tidak bisa diolah lagi menjadi tempe baru.Â
Daerah yang terlalu panas juga bisa membuat tempe kacang membusuk dan gagal produksi. Lalu, kalo kita ingin makan tempe kacang di Arab Saudi bisa nggak sih?? Eitss, jelas bisa dong. Ayahku pernah menerima orderan tempe kacang untuk dibawa ke Arab Saudi. Bukannya tempe kacang akan membusuk kalo di daerah yang terlalu panas??Â
Nahh, cara ayahku mengatasinya. Menjemur tempe kacang yang sudah jadi hingga kering seperti keripik dengan potongan persegi panjang. Proses penjemuran tersebut dilakukan selama 3 hari.Â
Setelah itu baru tempe kacang dapat dibawa ke Negara yang terkenal dengan panasnya yang tinggi. Lalu cara makannya gimana kalo kering gitu?? Caranya hampir sama dengan membuat mie gelas. Tempe yang kering tadi, kita rendam dengan air panas sampai mengembang. Barulah bisa kita olah.Â
Tak heran jika sedikit demi sedikit aku memahami juga dunia pertempe.an sebab ayah yang selalu mengajak aku dan adik-adikku membantunya.Â
Melihat kenyataan tempe kacang jarang sekali ditemui, terutama hanya bapak-bapak berumur yang masih memproduksinya secara manual. Ya terutama keluarga ibuku dan ayahku yang biasa menjual tempenya di Pasar Kebalen, Pasar Blimbing, dan Pasar Madyopuro, Malang.Â
Sudah kita ketahui bersama, tempe kedelai sudah go internasional. Mungkin gk ya tempe kacang go internasional juga? Tapi gk ada yang gak mungkin kan ya.Â
Yang penting anak-anak ayah kudu tetap meneruskan usaha turun-temurun ini. Apa itu berarti calon suamiku nanti harus menuruskannya seperti yang dilakukan ayahku? Hehe.. pikiranku terlalu jauh.Â
Semoga tulisan ini bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H