Tak terasa air mataku menetes. Mataku terasa basah, dan aku tidak dapat melakukan apapun selain menahan rasa rindu.
Sudah sebulan kami tidak berkomunikasi, karena ponsel Ibu terpaksa dijual untuk membayar biaya les adikku. Iya, adikku saat ini sudah lulus dari SMA dan melakukan banyak persiapan untuk mengikuti UTBK. Tentunya, sederet persiapan itu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Gaji dari pekerjaan ku hanya cukup untuk membiayai kebutuhanku sehari-hari. Sisanya, aku tabung karena Ibu yang memintanya begitu.
"Kamu gak perlu kirim uang lagi, ya. Ibu masih bisa bekerja untuk biaya sekolah adikmu. Kamu harus sisihkan pendapatanmu di rekening yang terpisah. Suatu saat kamu pasti membutuhkannya."
Kalau Ibu sudah memberikan saran, aku tidak boleh menolaknya. Saran dari Ibu sudah seperti perintah bagiku. Berbagai cara telah kulakukan untuk dapat memberikan sesuatu buat Ibu. Entah baju, tas, sepatu, bahkan skincare agar Ibu mau merawat kesehatan kulitnya.
Tetapi, berkali-kali juga aku dikecewakan oleh Ibu. Semua barang pemberianku, dengan sengaja dihadiahkan pada sepupu atau bibiku di kampung. Kata Ibu, "Mereka lebih membutuhkan hadiah dari kamu. Mereka senang dan berterimakasih sama kamu."
Aku selalu geram ketika mengingatnya.
Kenapa Ibu berbohong?
Kenapa Ibu selalu mendahulukan orang lain padahal Ibu lebih membutuhkannya?
Kenapa Ibu selalu menolak pemberianku dengan seribu alasan?
Aku kecewa ketika pemberianku tidak bermanfaat untuk Ibu. Aku kesal dan marah pada diriku yang tidak pernah bisa memahami pemikiran Ibu.