Mohon tunggu...
Siti Mawaddah
Siti Mawaddah Mohon Tunggu... lainnya -

Siswi Kelas VII B Damora, Lhokseumawe, Aceh, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Pipit yang Menghilang

17 Juni 2017   22:46 Diperbarui: 17 Juni 2017   22:52 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            “Negeri?! Kau bilang hutan seperti itu negeri?”

            “Tentu saja, hutan itu bagian dari negeri kami, terletak di sekeliling negeri, menjadi benteng, membuat negeri kami aman dan tersembunyi dari luar sana”, jelas Pipo.

            “Benarkah? Aku baru tau bahwa ada negeri di balik hutan ini. Kalau begitu aku akan mengantarmu”

            “Terima kasih”, seru Pipo riang.

            “Kalau begitu, besok kita mulai perjalanannya, malam ini kita bermalam dulu disini”

            “Oke”

            Maka malam itu, Pipo bermalam bersama anak perempuan tujuh tahun tersebut. Namun, keduanya tidak bisa tidur. Pipo terus memikirkan istri dan anak-anaknya. Sementara si anak sibuk memikirkan petualangannya besok. Alhasil, mereka tidak tidur dan malah berbincang-bincang. Mereka berbicara panjang lebar mengenai Orimage. Awalnya, anak perempuan tujuh tahun itu tidak percaya dengan perkataan Pipo. Pikirnya, tidak mungkin ada negeri di balik hutan itu. Tidak mungkin ada peradaban binatang disana. Tapi, bukankah itu sama tidak masuk akalnya dengan pipit yang bisa berbicara? Maka, mau tidak mau dia percaya dengan hal tersebut. Bahkan dia semakin bersemangat untuk pergi ke Orimage.

            Keesokan harinya, mereka memulai perjalanan memasuki hutan. Itu perjalanan yang berat bagi anak perempuan berumur tujuh tahun. Mereka beberapa kali bertemu dengan hewan-hewan yang dikenal buas seperti harimau, ular, dan singa. Anak perempuan itu semula takut, tapi ternyata hewan-hewan itu ramah kepadanya.

            Selama di perjalanan, anak perempuan itu mengumpulkan beberapa dedaunan langka, sekaligus mencari obat yang bisa menyembuhkan sayap Pipo. Lambat laun sayap Pipo mulai sembuh dan dapat digerakkan. Tepat di fajar hari keenam, mereka telah keluar dari hutan dan tiba di pinggir negeri. Anak perempuan itu seketika terpana melihat pemandangan di depannya. Sangat indah. Pohon-pohon dihuni oleh berbagai hewan, mulai dari burung, tupai, musang, bahkan ular. Semuanya hidup berdampingan. Sementara di kejauhan, matahari mulai terbit. Atap-atap rumah yang berasal dari kulit-kulit buah memantulkan sinar matahari, menghasilkan cahaya tipis berwarna-warni di seluruh negeri.

            Pipit segera terbang menuju rumahnya dan anak perempuan itu mengikutinya. Sementara itu, di rumah Tupi, Popo baru tiba dan segera mengetuk pintu rumahnya.

            Tok tok tok, “Assalamualaikum Tupi”, seru Popo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun