"Ye, lo kayak gak tau si Lendra aja."
Setelah tiba di meja Lendra dan kawanannya, perempuan itu menatap bingung ke arah kursi yang kosong. Hanya satu, sedangkan mereka berdua. Lendra yang seolah paham, langsung mengedipkan mata pada Pijar dan Alan. Kedua temannya saling berpandangan, kemudian bangkit dengan kasar.Â
"Tenang aja, lo gak bakalan makan berdiri, Cantik." Lendra mempersilakan perempuan itu untuk duduk.Â
Tak jauh dari mereka terdengar bisikan-bisikan. Siapa lagi kalau bukan barisan pacar Lendra.Â
"Selalu teman yang jadi korbannya! Dasar buaya darat!" cecar Pijar setelah berjarak dua meter.
"Mereka gak apa-apa?" tanya perempuan itu.Â
Lendra tersenyum. " Gak usah dipikirin, mereka emang gitu orangnya. Mau betah-betah duduk di sini padahal udah lama selesai makan." Entah dari mana alasan itu tiba, padahal jelas-jelas mereka belum makan apa pun sejak tadi.Â
"By the way nama lo siapa? Gue Bhalendra, panggil aja Lendra." Lelaki itu mengulurkan tangan.
"Gue Cyra." Mereka pun berjabat agak lama, tentunya Lendra yang menggenggam tangannya. Dasar modus!
Perbincangan mereka berlanjut setelah Cyra selesai makan. Lendra akhirnya mendapatkan informasi kalau Cyra siswi kelas X pindahan dari London. Pantas saja wajahnya bening.Â
"Berarti gue senior lo, dong. Gue kelas XI," ujar Lendra dengan senyuman manis.Â