Awan yang mengandung baik tetesan air super dingin (air cair di bawah titik beku) dan kristal es.
Uap air lebih mudah menyublim (berubah langsung dari gas menjadi padat) pada permukaan kristal es dibandingkan pada permukaan tetesan air.
Kristal es terus tumbuh dengan menyerap uap air dari tetesan air super dingin, yang akhirnya menguap.
Ketika kristal es tumbuh cukup besar, mereka jatuh melalui udara. Jika udara di bawah awan cukup hangat, kristal es akan mencair dan menjadi hujan. Jika udara cukup dingin, kristal es akan tetap beku dan menjadi salju.
Bergeron dan "Mendung Tak Selalu Berarti Hujan"
Meskipun Tor Bergeron tidak secara eksplisit menulis tentang konsep "mendung tak selalu berarti hujan", namun teorinya memberikan pemahaman yang sangat mendalam tentang proses pembentukan presipitasi. Teori Bergeron membantu kita memahami mengapa:
Tidak semua awan menghasilkan hujan dan hanya awan yang mengandung campuran tetesan air super dingin dan kristal es yang memiliki potensi untuk menghasilkan hujan atau salju melalui proses Bergeron.
Intensitas hujan dapat bervariasi. Intensitas hujan atau salju tergantung pada jumlah kristal es yang terbentuk dan kecepatan pertumbuhannya.
Jenis presipitasi (hujan atau salju) tergantung pada suhu udara.Suhu udara di bawah awan menentukan apakah kristal es akan mencair menjadi hujan atau tetap beku sebagai salju.
Teori Bergeron memberikan penjelasan yang komprehensif tentang bagaimana hujan dan salju terbentuk. Teori ini telah menjadi dasar bagi pemahaman kita tentang meteorologi modern dan digunakan dalam model-model iklim untuk memprediksi cuaca.
Pentingnya Memahami Teori Bergeron. Dengan memahami teori Bergeron, kita dapat: