Selain itu, Howard juga mengidentifikasi berbagai spesies dan varietas awan berdasarkan bentuk, ukuran, dan susunannya.
Meskipun Howard tidak secara eksplisit menulis tentang konsep "mendung tak selalu berarti hujan", namun karyanya memberikan fondasi penting untuk memahami hubungan antara awan dan cuaca. Dengan mengklasifikasikan awan, Howard membantu kita untuk memahami bahwa tidak semua jenis awan memiliki potensi untuk menghasilkan hujan.
Tidak semua awan mengandung cukup uap air untuk menghasilkan hujan. Awan cirrus, misalnya, terlalu tipis dan tinggi untuk menghasilkan presipitasi.
Kondisi atmosfer yang stabil dapat menghambat pembentukan hujan, meskipun langit terlihat mendung.
Pembentukan hujan melibatkan proses yang kompleks, termasuk kondensasi, koalesensi, dan pertumbuhan kristal es. Tidak semua awan mengalami proses ini secara lengkap.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jenis awan memiliki peran yang berbeda dalam proses pembentukan hujan.
Awan cirrus
Awab cirrus adalah jenis awan tinggi yang terdiri dari kristal-kristal es. Bentuknya tipis, halus, dan menyerupai serat. Karena ketinggiannya yang sangat tinggi, awan cirrus biasanya tidak membawa hujan. Mengapa awan cirrus tidak langsung menyebabkan hujan?
Awan cirrus berada pada ketinggian yang sangat tinggi di atmosfer, di mana suhu sangat dingin. Kristal-kristal es di awan cirrus terlalu kecil dan ringan untuk jatuh sebagai hujan.
Awan cirrus mengandung sedikit sekali uap air dibandingkan dengan jenis awan lainnya.
Meskipun tidak langsung menyebabkan hujan, awan cirrus sering kali menjadi tanda awal dari perubahan cuaca. Munculnya awan cirrus dalam jumlah yang banyak bisa mengindikasikan adanya sistem cuaca yang lebih besar sedang mendekat, yang mungkin membawa hujan atau badai.