Tantangan dalam Penerapan
Standarisasi Kurikulum: Seringkali, sekolah dihadapkan pada tuntutan untuk mengikuti kurikulum yang sudah baku, sehingga sulit untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan konteks budaya siswa.
Keterbatasan Sumber Daya: Tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang cukup untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
-
Perubahan Peran Guru: Guru perlu memiliki kompetensi yang memadai untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih aktif dan berpusat pada siswa.
Gagasan Sahlins memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi dunia pendidikan. Dengan memahami bahwa budaya membentuk cara kita berpikir dan bertindak, maka pendidikan dapat menjadi lebih relevan, bermakna, dan mampu menghasilkan individu yang kritis, kreatif, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial.
Gagasan Sahlins tentang pentingnya budaya dalam membentuk cara berpikir dan bertindak memiliki relevansi yang sangat tinggi dalam konteks pendidikan di Indonesia. Dengan keberagaman budaya yang sangat kaya, pendidikan di Indonesia seharusnya mampu mengakomodasi dan menghargai keragaman tersebut.
Beberapa contoh penerapan gagasan Sahlins dalam pendidikan di Indonesia antara lain:
Pembelajaran berbasis budaya lokal: Banyak sekolah di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, telah mengadopsi pendekatan pembelajaran yang berbasis pada budaya lokal. Misalnya, sekolah di daerah adat sering kali memasukkan nilai-nilai adat istiadat ke dalam daerah yang memiliki bahasa daerah yang kuat, mulai menggunakan bahasa daerah sebagai media pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran tertentu seperti bahasa dan sastra.
Proyek penelitian tentang budaya lokal: Siswa diajak untuk melakukan penelitian tentang budaya lokal mereka, seperti sejarah, seni, dan tradisi. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang budaya sendiri, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap budaya tersebut.
Perbandingan dengan Pendekatan Pembelajaran Lainnya
Pendekatan Sahlins dapat dianggap sebagai perluasan dari pendekatan konstruktivisme dan berbasis proyek. Sama seperti konstruktivisme, pendekatan Sahlins menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan sendiri. Namun, pendekatan Sahlins lebih menekankan pada pentingnya konteks budaya dalam proses pembelajaran.Â