Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian tentang Nilai dari Joel Robbins

14 Agustus 2024   09:48 Diperbarui: 14 Agustus 2024   13:55 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perubahan dan Nilai

Joel Robbins, dalam penelitiannya, memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana perubahan masyarakat, terutama yang didorong oleh modernisasi dan globalisasi, berdampak signifikan pada kondisi masyarakat adat. Dari gagasan perubahan ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dengan kajian tentang nilai bahwa ada destruksi sistem nilai dan keyakinan, yaitu perubahan sosial seringkali membawa nilai-nilai dan praktik baru yang bertentangan dengan sistem nilai dan keyakinan tradisional masyarakat adat. Hal ini dapat mengikis identitas budaya dan melemahkan kohesi sosial dalam komunitas adat.

Kritik Implisit Joel Robbins terhadap Pandangan Nilai Ahli Lain

Meskipun Joel Robbins tidak secara eksplisit mengkritik nama-nama ahli tertentu dalam kajian nilai, namun dari pendekatannya yang unik dan fokus pada konteks lokal, kita dapat menyimpulkan beberapa kritik implisit terhadap pandangan ahli lainnya.

Berikut adalah beberapa kritik yang dapat kita telusuri dari pendekatan Robbins:

  1. Kritik terhadap Universalisme Nilai:

  • Robbins cenderung lebih menekankan relativisme budaya, yaitu pandangan bahwa nilai-nilai bersifat relatif terhadap budaya masing-masing. Ini berbeda dengan pandangan universalis yang meyakini adanya nilai-nilai universal yang berlaku untuk semua manusia.

  • Kritik Implisit: Robbins mungkin mengkritik pandangan universalis karena terlalu menyederhanakan keragaman nilai-nilai manusia dan mengabaikan konteks budaya yang sangat beragam.

  1. Kritik terhadap Pendekatan Abstrak:

  • Robbins lebih tertarik pada konteks lokal dan praktik sehari-hari dalam memahami nilai-nilai. Ia mungkin mengkritik pendekatan yang terlalu abstrak atau filosofis yang mengabaikan dimensi sosial dan budaya dari nilai-nilai.

  • Kritik Implisit: Robbins mungkin berpendapat bahwa pendekatan yang terlalu abstrak sulit untuk menjelaskan bagaimana nilai-nilai bekerja dalam kehidupan nyata.

  1. Kritik terhadap Pendekatan Ahistoris:

  • Robbins menekankan pentingnya konteks sejarah dalam memahami perubahan nilai-nilai. Ia mungkin mengkritik pendekatan yang terlalu statis atau ahistoris yang mengabaikan bagaimana nilai-nilai berubah seiring waktu.

  • Kritik Implisit: Robbins berpendapat bahwa nilai-nilai bukanlah sesuatu yang tetap, tetapi selalu dalam proses pembentukan dan perubahan.

  1. Kritik terhadap Pendekatan Individualistik:

  • Robbins lebih fokus pada nilai-nilai kolektif yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Ia mungkin mengkritik pendekatan yang terlalu individualistik yang hanya melihat nilai-nilai sebagai konstruksi individu.

  • Kritik Implisit: Robbins berpendapat bahwa nilai-nilai sangat dipengaruhi oleh struktur sosial dan budaya yang lebih luas.

Intinya, kritik implisit Robbins terhadap ahli lain terletak pada:

  • Penekanan pada konteks: Robbins lebih menekankan pentingnya memahami nilai-nilai dalam konteks sosial, budaya, dan historis yang spesifik.

  • Relativisme budaya: Robbins cenderung lebih menerima keragaman nilai-nilai antar budaya dan menghindari generalisasi yang terlalu luas.

  • Fokus pada praktik: Robbins lebih tertarik pada bagaimana nilai-nilai diwujudkan dalam praktik sehari-hari daripada pada konsep-konsep abstrak tentang nilai.

Perlu diperhatikan bahwa kritik ini bersifat implisit dan tidak ditujukan kepada ahli tertentu. Robbins lebih menawarkan perspektif yang berbeda dan komplementer dalam kajian nilai.

Robbins, sebagai seorang antropolog, sangat menekankan pentingnya konteks dalam memahami fenomena sosial, termasuk nilai-nilai. Ia berargumen bahwa nilai-nilai tidak dapat dipahami secara terpisah dari konteks sosial, budaya, dan historis di mana nilai-nilai tersebut muncul dan berkembang.

Beberapa poin penting dalam pendekatan Robbins terhadap kajian nilai:

  • Nilai sebagai Konstruksi Sosial: Robbins melihat nilai sebagai konstruksi sosial yang dinamis. Nilai-nilai tidak statis, tetapi terus berubah dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan sosial dan budaya.

  • Nilai dan Kekuasaan: Robbins menghubungkan nilai-nilai dengan dinamika kekuasaan dalam masyarakat. Nilai-nilai seringkali digunakan oleh kelompok-kelompok yang berkuasa untuk melegitimasi kepentingan mereka dan mengontrol perilaku orang lain.

  • Nilai dan Identitas: Nilai-nilai merupakan bagian integral dari identitas individu dan kelompok. Mereka berfungsi untuk membedakan "kita" dari "mereka".

  • Nilai dan Perubahan Sosial: Robbins melihat nilai-nilai sebagai kekuatan pendorong dan penghambat perubahan sosial. Nilai-nilai yang sudah mapan dapat menjadi penghalang bagi perubahan, sementara nilai-nilai baru dapat muncul sebagai respons terhadap perubahan sosial.

Bagaimana Robbins Menganalisis Nilai dan Penerapannya?

Joel Robbins menganalisis nilai dengan berbagai upaya, seperti: 

  • Etnografi Mendalam: Robbins menggunakan metode etnografi untuk memahami nilai-nilai dari dalam perspektif masyarakat yang ditelitinya. Ia melakukan observasi partisipan, wawancara mendalam, dan analisis teks untuk mengungkap nilai-nilai yang tersembunyi.

  • Analisis Diskursif: Robbins menganalisis bagaimana nilai-nilai dikonstruksi dan diperdebatkan dalam wacana publik. Ia melihat bagaimana bahasa dan simbol digunakan untuk memaknai dan melegitimasi nilai-nilai tertentu.

  • Perbandingan Budaya: Robbins membandingkan nilai-nilai di berbagai budaya untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan. Ia juga melihat bagaimana nilai-nilai berubah seiring dengan kontak antar budaya.

Contoh Penerapan Pendekatan Robbins:

  • Kajian tentang Perubahan Agama: Robbins mungkin menganalisis bagaimana masuknya agama baru mengubah sistem nilai dalam suatu masyarakat. Ia akan melihat bagaimana nilai-nilai tradisional berbenturan dengan nilai-nilai yang dibawa oleh agama baru, dan bagaimana nilai-nilai baru ini diadaptasi dan diinterpretasi secara lokal.

  • Kajian tentang Konflik Sosial: Robbins dapat menganalisis bagaimana konflik sosial seringkali dipicu oleh perbedaan nilai-nilai. Ia akan melihat bagaimana nilai-nilai digunakan untuk membenarkan kekerasan dan diskriminasi.

Implikasi dari Pendekatan Robbins:

  • Memahami Konteks Lokal: Pendekatan Robbins menekankan pentingnya memahami konteks lokal dalam menganalisis nilai-nilai. Ini berarti kita harus menghindari generalisasi dan melihat nilai-nilai sebagai sesuatu yang unik dan spesifik bagi setiap masyarakat.

  • Menghindari Etnosentrisme: Pendekatan Robbins mendorong kita untuk menghindari etnosentrisme, yaitu kecenderungan untuk menilai budaya lain berdasarkan standar budaya sendiri.

  • Membangun Dialog Antar Budaya: Dengan memahami bahwa nilai-nilai adalah konstruksi sosial yang dinamis, kita dapat membangun dialog yang lebih produktif antar budaya.

Pendekatan Joel Robbins terhadap kajian nilai menawarkan perspektif yang sangat kaya dan nuansa. Dengan menekankan pentingnya konteks, kekuasaan, dan identitas, Robbins memberikan kita alat yang berguna untuk memahami bagaimana nilai-nilai terbentuk, berubah, dan memengaruhi kehidupan sosial.

Hubungan Pandangan Joel Robbins dengan pandangan ahli nilai lainnya

Joel Robbins vs. Immanuel Kant

  • Fokus: Kant lebih berfokus pada nilai-nilai moral yang bersifat universal dan rasional, sementara Robbins lebih menekankan pada nilai-nilai yang bersifat sosial dan kontekstual.

  • Metode: Kant menggunakan pendekatan deduktif, mencari prinsip-prinsip moral yang berlaku universal, sedangkan Robbins menggunakan pendekatan induktif, mempelajari nilai-nilai melalui observasi empiris.

  • Kritik Implisit: Robbins mungkin mengkritik Kant karena terlalu mengabstraksikan nilai-nilai moral dan kurang memperhatikan konteks budaya dan sosial.

Joel Robbins vs. Max Weber

  • Fokus: Baik Robbins maupun Weber tertarik pada hubungan antara agama dan nilai. Namun, Weber lebih menekankan pada pengaruh agama terhadap ekonomi dan sosial, sementara Robbins lebih fokus pada bagaimana agama membentuk identitas dan praktik sosial.

  • Metode: Weber menggunakan pendekatan historis-komparatif, membandingkan berbagai agama dan masyarakat, sedangkan Robbins menggunakan pendekatan etnografi, mempelajari secara mendalam satu masyarakat tertentu.

  • Kritik Implisit: Robbins mungkin mengkritik Weber karena terlalu menekankan pada aspek-aspek institusional agama dan kurang memperhatikan pengalaman individu dalam beragama.

Pandangan Joel Robbins dapat dilihat sebagai pelengkap bagi pandangan ahli nilai lainnya. Jika Kant dan Weber memberikan kerangka kerja yang lebih umum tentang nilai, maka Robbins memberikan kita alat untuk memahami bagaimana nilai-nilai bekerja dalam konteks sosial yang spesifik.

Perlu diperhatikan bahwa tidak ada satu pandangan yang benar secara mutlak. Setiap pandangan memiliki kelebihan dan kekurangan. Selain itu, pandangan-pandangan ini dapat saling melengkapi dan memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang nilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun