Kebiasaan kan masih pagi makan yang pedes-pedes. Sini buat aku aja. Kalo aku yang sakit nggak apa-apa, kalo kamu jangan ya.
Arabella seketika berkaca-kaca saat mengingat ucapan Nando beberapa hari yang lalu. Arabella menjauh dari orang-orang itu dan menyandarkan dirinya di tembok.
"Kenapa lo selalu ingetin gue buat jaga kesehatan kalau lo sendiri juga sakit, Nan?" gumamnya pelan. Satu bulir air mata perlahan jatuh di pipi Arabella. "Kalo lo sembuh nanti, gue bakalan baik sama lo, Nan."
Arabella langsung menyeka air matanya dan berniat kembali ke tempat duduknya tadi karena takut ayah dan ibunya akan mencarinya. Namun baru saja akan beranjak pergi, Arabella sontak menoleh saat salah seorang dokter yang menangani Nando tadi keluar dari ruangan.
Raut wajah dokter itu terlihat sedih. Sementara orang-orang yang berada di luar ruangan itu menanyakan bagaimana kondisi Nando di dalam. Dokter itu menghela napas pelan.
"Mohon keikhlasannya, ya, Nando sudah berpulang."
Tangis orang-orang itu langsung pecah. Sementara Arabella merasakan tenggorokannya seperti tercekat, seluruh tubuhnya terasa lemas. Kakinya seperti gemetar dan Arabella kembali menyandarkan tubuhnya di tembok. Tidak bisa menolak kenyataan lagi, Arabella pun mulai terisak.
Arabella tertunduk. Hati kecilnya merasakan kehilangan. Kehilangan Nando yang selama ini selalu memperhatikan keadaannya.
Kenapa lo pergi di saat gue sudah punya niatan baik sama lo, Nan?
* * *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H