Mohon tunggu...
Siswo Pro
Siswo Pro Mohon Tunggu... Nyangkul -

Aku anak gembala tapi tak punya kambing, kebo apalagi ayam dan bebek...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berandal Menggoda si Jilbab

20 Februari 2014   03:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ibu tidak mau tahu! Ibu tidak mau, nanti begitu putranya Pak Ridwan datang siap melamar Sarah, malah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan!”

“Astagfirullah, nyebut Ibu! Kok doanya jelek begitu! Lagipula, memangnya Bapak sudah setuju dengan perjodohan Sarah dan putra Pak Ridwan itu? Kita saja tidak tahu yang mana orangnya, kok main setuju saja. Kita harus pertimbangkan perasaan Sarah juga, Bu!”sekarang suara Bapak mulai meninggi.

Di kamarnya, Sarah menghela napas. Kembali diingatkan akan perjodohan sepihak antara dirinya dan putra Pak Ridwan, teman lama sekaligus mantan pimpinan Ibu di sebuah BUMN sewaktu Ibu masih bekerja.

“Apa lagi yang perlu dipertimbangkan, Pak? Si Firdaus, putra Pak Ridwan itu sekolah di luar negeri, Amerika, Pak! Pinter, saleh, ganteng pastinya!”

“Emangnya Ibu sudah pernah ketemu sama Firdaus itu?”

“Ya, belum pernah sih, tapi kan Pak Ridwan ga mungkin bohong sama Ibu! Apalagi istrinya Pak Ridwan itu kalau bercerita tentang putranya selalu baik,”

“Ya jelas dong, Bu! Ibu juga kalau bicara tentang Sarah kan selalu yang baik-baik saja, mana ada orang tua yang menjelek-jelekkan anaknya sendiri. Ah, Ibu ini ada-ada saja! Pokoknya, kecuali si Firdaus itu datang bersama orang tuanya untuk melamar Sarah secara serius, maka sampai saat itu Sarah bebas mau kemana saja dan menentukan pilihannya!” Bapak mengultimatum seraya ngeloyor ke kamar mandi mengambil wudhu. Adzan maghrib sudah terdengar. Dan hati Sarah kembali tergetar mendengar lantunan adzan nan indah dari suara seorang lelaki yang belakangan ini kerap menghiasi mimpinya.

###############

Sarah turun dari angkot dengan terburu-buru membawa beberapa kantong belanjaan di tangannya. Setengah berlari ia menuju ke rumah. Ibu sudah memperingatkan untuk tidak pulang kesorean karena malam ini keluarga Pak Ridwan termasuk Firdaus yang baru pulang dari Amerika itu akan datang berkunjung.

Kalau boleh memilih, Sarah sebenarnya enggan pulang. Ia tak mau dijodohkan dengan orang yang tak dikenalnya. Ia sayang pada Ibu, tapi terkadang Ibu terlalu memaksakan kehendaknya. Dan Sarah tak mau jadi anak yang melawan orang tua. Ibu sudah cukup berjuang keras membiayai sekolahnya ketika Bapak harus pensiun lebih cepat karena pengurangan pegawai di kantornya. Paling tidak, Bapak masih di pihaknya dan memberinya kebebasan untuk menolak bila ia memang tak sreg dengan Firdaus.

“Butuh bantuan?” sebuah suara menyapanya dari samping.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun