ku jadi iba pada pemuda itu. Ia sudah menemukan buku yang ia mau, tetapi ternyata ada bagian buku yang tidak lengkap.
Aku membaca potongan kertas itu.
Aku sulit terbaca
Karena tak ada yang bisa memahami ku
Meskipun sudah dibaca
Kakek membuyarkan lamunan ku. "Ayo masuk!"
"Tapi Kek, bagaimana dengan ini?" tanyaku sambil memperlihatkan potongan kertas itu.
"Buku usang itu sudah menemukan tuannya!"Â ucap Kakek sambil tersenyum.
"Meskipun isi bukunya tidak lengkap?! Apakah pemuda itu tidak akan marah dan menyesal?" tanyaku lagi.
Kakek membukakan pintu. Meminta aku masuk kembali ke dalam toko. Lalu kakek berseru sambil tersenyum padaku, "Menerima ketidaksempurnaan itu satu paket dengan mencintai."
Aku mengangguk. Lalu menyimpan potongan kertas itu ke dalam laci. Barangkali suatu saat nanti pemuda itu akan mencari atau bahkan mempertanyakan ketidaksempurnaan buku itu.
Tapi tidak dengan Kakek. Kakek tidak sependapat denganku. Kakek menarik potongan kertas itu, lalu membuangnya ke tempat sampah. "Jika memang mencintai, maka potongan kertas ini tidak ada artinya. Biarkan dia melengkapi ketidaksempurnaan itu."
Kakek berlalu begitu saja. Sedangkan aku hanya bisa mematung untuk mencerna ucapan kakek sang pemilik Toko Buku Ajaib.