Film ini terkesan hanya menggaris bawahi bahwa perempuan yang menutup tubuhnya jauh lebih baik dibandingkan dengan perempuan yang terbuka. Terutama pada saat Fatimah memberi perumpamaan tentang permen yang dibungkus dengan permen yang tidak dibungkus. Mungkin memang itu adalah perumpamaan yang paling sederhana agar mudah dipahami. Tapi perumpamaan itu rasanya terlalu hambar.
Seharusnya film ini mampu menyuguhkan tontotan yang kualitasnya lebih mumpuni. Perfilm-man Indonesia dengan tema religi sepertinya sudah jenuh dengan cerita beda agama yang dibumbui cinta segitiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H