Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Merindu Cahaya de Amstel", Romantisme Spiritual Journey

19 November 2023   06:30 Diperbarui: 19 November 2023   06:48 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkatnya, Kamala juga menjadi kenal dan akrab dengan Nicho. Kamala secara terang-terangan mengatakan kepada Khadija bahwa ia menyukai Nicho. Namun Nicho terus berupaya untuk mendapatkan perhatian dari Khadija. Sedangkan Khadija menjaga perasaan Kamala dan mencoba menganggap Nicho hanya sebatas teman karena perbedayaan keyakinan diantara mereka.

Merindu Cahaya de Amstel (2022). (Sumber: Unlimited Production via kompas.com) 
Merindu Cahaya de Amstel (2022). (Sumber: Unlimited Production via kompas.com) 

Alur cerita dari film ini sebenarnya sudah cukup klise. Menceritakan cinta segitiga dan cinta beda agama. Namun Amanda Rawles berhasil menghidupkan cerita. Sepertinya jika bukan Amanda Rawles, film ini tidak akan memberi kesan apa-apa. Amanda Rawles berhasil mencerminkan seorang muslimah yang semestinya. Ia sopan, ramah, lembut dan yang paling sering disorot adalah selalu tersenyum.

Penonton akan dibuat takjub dengan penampilannya yang super duper mirip orang bule Eropa, apalagi saat adegan tanpa hijab. Aksen bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh bahasa Belanda juga berhasil ia ucapkan dengan rapi. Amanda Rawles paling cemerlang dalam film ini.

Sepanjang menonton film, penonton akan dimanjakan dengan suguhan latar Belanda yang indah. Suasana perkotaan, suasana jalanan dan tempat-tempat umum yang begitu khas. Tambahannya penonton bisa jalan-jalan di Belanda lewat film ini. Namun sangat disayangkan, ada beberapa adegan yang terlalu ngeblur. Entah disengaja atau bagaimana, tetapi filter yang terlalu ngeblur membuat muka halus Amanda Rawles semakin mulus lagi. Wajah cantiknya yang bak Barbie berhijab hampir tak terlihat lekukan wajahnya. Sangat disayangkan dan cukup menganggu mata saat menonton beberapa adegan.

Mulanya film ini begitu menarik dan natural. Meski latar belakang para tokoh terkesan dipaksakan agar dominan menggunakan bahasa Indonesia, tetapi semuanya masih berjalan mulus di menit-menit awal. Pertemuan antar tokoh yang tanpa sengaja begitu terlihat natural. Terutama saat adegan makan siang bersama di sebuah kafe. Mereka asyik memberikan guyonan satu sama lain yang sesekali mengundang tawa penonton. Sangat disayangkan saat memasuki konflik cerita, semuanya serba nanggung.

Spiritual Journey tidak hanya tentang Khadija ataupun Nicho, tetapi juga Kamala yang sudah terlahir menjadi muslim namun masih belum taat pada Tuhannya. Kamala memang seorang muslim yang tidak pernah melakukan hal-hal di luar norma budaya timur. Ia tidak meminum alkohol, dugem dan gonta-ganti pacar. Kamala adalah gambaran masyarakat yang beragama Islam di KTP dan anak baik yang tidak terjerumus pergaulan bebas, tapi lalai mengerjakan sholat.

Anehnya, Nicho berpendapat bahwa Kamala sama saja seperti wanita Eropa lainnya yang memilih hidup bebas. Kamala memang tidak menutup diri, namun apakah ia bisa disamakan dengan wanita Eropa? Ia masih menjungjung tinggi budaya timur dengan tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. Nicho menjadi sosok yang terlalu dangkal menyimpulkan seseorang. Hanya karena ia mengenal Khadija seorang muslimah yang taat. Lambat laun, Kamala juga mulai berhijab dan kembali menjalankan ibadah sholat setelah kehilangan Ibunya. Ia juga tetap mengejar cinta Nicho meskipun adanya perbedaan agama.

Spiritual journey Nicho jauh lebih terarah meski klise. Ia mencintai seorang muslim sehingga memutuskan masuk Islam. Namun Khadija tidak mau jika itu yang menjadi alasan Nicho memeluk agamanya. Nicho akhirnya menggali lebih dalam tentang Islam dan dibantu oleh Joko.

Sayang sekali karena perjalanan spiritual Khadija yang menjadi inti cerita begitu nanggung dan tidak memberi kesan kepada penonton. Penggambaran masa lalu dan keyakinan saat ia memutuskan mememluk agama Islam hanya digambarkan sekilas. Seolah-olah film ini memang tidak ingin menjadikannya sebagai tema utama.

Padahal film ini akan mengundang banyak simpati dari penonton jika ditekan pada adegan-adegan seperti saat Khadija yakin bahwa Islam adalah agama yang menyelamatkan hidupnya dan saat kisahnya banyak menginspirasi orang-orang Eropa. Khadija akhirnya mengiyakan tawaran Nicho agar kisahnya dimuat di media. Namun yang dimuat hanya cerita mengenai masa lalu Khadija lalu ia tolong oleh seorang muslim dan seorang muslim itulah yang membimbing dia. Lalu apa yang berkesan bagi orang-orang Eropa setelah mengetahui kisah Khadija? Terlalu nanggung dan dangkal penggambaran adegannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun