"Atukmu bilang agar sekotak emas itu harus dikembalikan. Karena Atuk juga tidak menyukai pemuda itu, Nduk. Ia lebih suka dengan Bapakmu." Senyum Ibu mengembang. Pipinya merona, matanya berbinar di keremangan malam.
"Apa yang membuat Atuk suka dan lebih memilih Bapak?"Â
"Karena Bapakmu santun, sopan, bicaranya halus, lembut, tertata. Layaknya pemuda Jawa yang alus gitu, Nduk. Juga karena berpendidikan. Terlihat dari cara bertutur dan isi obrolan bersama Atukmu."Â
Aku mengangguk kecil.
***
Dan aku masih mengingat ceritamu, Bu.Â
Bagaimana kemudian Allaah memudahkan jalan bagi Nyai untuk mengembalikan kotak berisi perhiasan emas kepada pemuda asal para pelaut. Pemuda itu pun menerima kembali tanpa protes dan keberatan lainnya.
Demikian pula saat Nyai meminta Ibu agar mengundang pemuda Jawa itu datang kembali ke rumah panggung untuk mendapatkan jawaban atas pinangannya. Semua berjalan lancar hingga akhirnya akad pernikahan itu berlangsung hikmad dan meriah.
Lalu saat tugas di Kepulauan Melayu telah usai, pemuda Jawa itu memboyong istrinya ke tempat asal, bertemu dan berkumpul.kembali bersama keluarga besarnya.
"Itulah pertama kalinya, Ibu merantau, keluar dari pulau tempat asal Ibu bersama dengan suami pilihan atas restu Nyai dan Atukmu, Nduk."
***