Rasanya baru Ahad lalu saya dan suami menghadiri dua undangan resepsi pernikahan, eh, sekarang sudah hari Jumat. Besok Sabtu dan lusa Ahad lagi. Hmm, begitu cepat waktu bergulir ya. Akhir pekan ada undangan lagi, kah?
"Memang kenapa? Mau makan gratisan?" Ledek suami.Â
Aish, bukan masalah gratisan atau bayar. Tapi menemukan menu kuliner yang unik dari si empunya hajatan adalah sesuatu yang membuat saya ikutan bahagia. Moso' sing seneng mung penganten?
Bukan masalah untung-rugi sudah memberi sumbangan berupa amplopan berisi sejumlah uang dengan nominal tertentu, itu mah sudah diniatkan untuk kado mempelai. Kadang menghadiri undangan sunatan atau pernikahan, kami pun menikmati hidangan sekedarnya saja. Bukan aji mumpung.
***
Jujurly, saya memang pecinta makanan berkuah. Seperti bakso, soto, sup dan rawon. Menikmati kuah yang hangat, dengan aroma uap masakan yang khas, menggugah selera makan di antara hidangan lainnya.
Berbeda dengan selera suami yang lebih suka 'garingan', beliau lebih menyukai jenis makanan seperti pecel, gado-gado, urap, dan sayur tumisan.
Saya juga suka, sih. Tapi kalau diminta memilih, ya lebih memilih yang berkuah, lah. (Ish, yang suruh milih juga siapa ya? Haha)
Nah, saat menghadiri dua undangan pernikahan, di tempat pertama yang kami hadiri, tercium aroma wangi dan lezat dari area kerumunan tamu. Saya sudah bisa menebaknya! Daging yang digoreng dengan margarin itu menguar ke seantero ruangan.Â
Ya, Anda pun sudah bisa menebaknya, Pembaca. Apalagi kalau bukan Kambing Guling!