Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kebaikan dari Rasa Tulus dan Percaya

29 Juli 2022   12:16 Diperbarui: 13 Agustus 2022   06:24 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya kawan-kawan siswa laki-laki yang baru keluar dari sekolah turut mendekat. Ada sekitar 5 siswa bermotor, kata Bulik. Mereka berkerumun dan memberi ide kepada Bulik.

"Gini aja, Bu. Ibu pakai motor saya. Kita ketemuan di bengkel. Motor ibu biar saya bawa, ntar dibantu dorong sama kawan saya sampai sana. Biar cepet, ini sudah sore, Bu. Ya?" Bujukan tersebut meluluhkan hati Bulik melihat ketulusan dan kepercayaan mereka.

Bulik menerima kunci motor siswa tersebut dan men-stater kendaraan. Siswa laki-laki yang bertukar motor dengan Bulik, menaiki motor mogok. Dibantu salah satu kawannya yang juga bermotor, motor mogok di dorong dengan cara salah satu kakinya mendorong dari belakang dengan cara berpijak di footstep.

Jadilah mereka berlima berkendara beriringan menuju bengkel yang dituju, mengiringi motor mogok. "Malah duluan anak-anak yang nyampe bengkel," Bulik bercerita sambil tersenyum mengenang mereka. "Gak ngerti sopo jenenge, arek-arek apik." (Gak ngerti siapa namanya, anak-anak baik).

Bulik mengucapkan terima kasih, mereka pun berlalu dan pamit. Ternyata setelah dicek oleh tukang bengkel, busi motor sudah aus dan harus diganti baru.

***

Sepanjang Bulik bercerita, saya mengucap MasyaAllah berulang-ulang, sebagai wujud ekspresi bahwa segala sesuatu yang terjadi tersebut adalah karena kehendak-Nya.

"Ya, Allah, Bulik, baik banget tuh anak! Segitunya lho percaya sama Bulik, sampai mau nyerahkan motornya untuk ganti ngantar anakku sampai ke rumah. Lha apa gak khawatir motornya gak balik, misalnya?" Saya sampai terharu dan takjub. Hari gini masih ada anak remaja yang peduli dan perhatian seperti itu kepada orang asing di tengah jalan.

"Nggeh duko, mboten ngertos kulo. Mungkin mesakno kalih kulo, yak-e," Bulik tertawa polos. (Ya nggak tahu, ndak paham saya. Mungkin kasihan sama saya, kayaknya).

Saya mengucap syukur, terharu atas kebaikan hati anak-anak tersebut kepada Bulik. Rasa tulus dan kepercayaan mereka mendasari perbuatan baik yang tidak ditunda-tunda. Di saat remaja lain kadang cuek dengan keadaan, masih ada yang tergerak hati untuk menolong. Hal kecil tapi sungguh luar biasa bagi kami.

"Semua itu juga karena kamu orang baik, Bulik. Selama ini sering nolong orang, nolong keluarga kami dengan caramu kerja dan menjaga kepercayaan. Allah punya cara untuk menolongmu saat seperti itu. Doakan anak kita juga ringan tangan menolong orang lain kayak cowok-cowok tadi yang kamu ceritakan." Bulik hanya senyum-senyum sambil terus menyetrika, dan saya segera menutup pintu kamar, bergera menuliskan kisah ini dengan hati yang masih diliputi ketakjuban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun