Rupanya kawan-kawan siswa laki-laki yang baru keluar dari sekolah turut mendekat. Ada sekitar 5 siswa bermotor, kata Bulik. Mereka berkerumun dan memberi ide kepada Bulik.
"Gini aja, Bu. Ibu pakai motor saya. Kita ketemuan di bengkel. Motor ibu biar saya bawa, ntar dibantu dorong sama kawan saya sampai sana. Biar cepet, ini sudah sore, Bu. Ya?" Bujukan tersebut meluluhkan hati Bulik melihat ketulusan dan kepercayaan mereka.
Bulik menerima kunci motor siswa tersebut dan men-stater kendaraan. Siswa laki-laki yang bertukar motor dengan Bulik, menaiki motor mogok. Dibantu salah satu kawannya yang juga bermotor, motor mogok di dorong dengan cara salah satu kakinya mendorong dari belakang dengan cara berpijak di footstep.
Jadilah mereka berlima berkendara beriringan menuju bengkel yang dituju, mengiringi motor mogok. "Malah duluan anak-anak yang nyampe bengkel," Bulik bercerita sambil tersenyum mengenang mereka. "Gak ngerti sopo jenenge, arek-arek apik." (Gak ngerti siapa namanya, anak-anak baik).
Bulik mengucapkan terima kasih, mereka pun berlalu dan pamit. Ternyata setelah dicek oleh tukang bengkel, busi motor sudah aus dan harus diganti baru.
***
Sepanjang Bulik bercerita, saya mengucap MasyaAllah berulang-ulang, sebagai wujud ekspresi bahwa segala sesuatu yang terjadi tersebut adalah karena kehendak-Nya.
"Ya, Allah, Bulik, baik banget tuh anak! Segitunya lho percaya sama Bulik, sampai mau nyerahkan motornya untuk ganti ngantar anakku sampai ke rumah. Lha apa gak khawatir motornya gak balik, misalnya?" Saya sampai terharu dan takjub. Hari gini masih ada anak remaja yang peduli dan perhatian seperti itu kepada orang asing di tengah jalan.
"Nggeh duko, mboten ngertos kulo. Mungkin mesakno kalih kulo, yak-e," Bulik tertawa polos. (Ya nggak tahu, ndak paham saya. Mungkin kasihan sama saya, kayaknya).
Saya mengucap syukur, terharu atas kebaikan hati anak-anak tersebut kepada Bulik. Rasa tulus dan kepercayaan mereka mendasari perbuatan baik yang tidak ditunda-tunda. Di saat remaja lain kadang cuek dengan keadaan, masih ada yang tergerak hati untuk menolong. Hal kecil tapi sungguh luar biasa bagi kami.
"Semua itu juga karena kamu orang baik, Bulik. Selama ini sering nolong orang, nolong keluarga kami dengan caramu kerja dan menjaga kepercayaan. Allah punya cara untuk menolongmu saat seperti itu. Doakan anak kita juga ringan tangan menolong orang lain kayak cowok-cowok tadi yang kamu ceritakan." Bulik hanya senyum-senyum sambil terus menyetrika, dan saya segera menutup pintu kamar, bergera menuliskan kisah ini dengan hati yang masih diliputi ketakjuban.