"Ayah sudah pulang ternyata, Bulik, jadi bisa jemput aku. Bulik gimana?"
"Ndak apa-apa, Bulik dorong pelan-pelan sampai ketemu bengkel. Dah, kamu jangan kemana-mana. Tunggu di situ aja, biar Ayah gak susah nyari kamu, ya." Bulik berlalu dan memastikan putri saya duduk di tempat biasa untuk penjemputan dekat sekolah.
Dari pintu keluar sekolah menuju jalan besar, pengendara melalui satu jalur jalanan yang lebarnya tak seberapa, pas untuk lalu lalang mobil dan motor. Baru beberapa meter mendorong motor, seorang siswa laki-laki bermotor menghampirinya.
"Kenapa motornya, Bu?" Sapanya dengan santun
"Ndak tahu, Nak. Tiba-tiba mogok."
"Habis bensin, kah?" Tanyanya sembari mematikan kendaraan dan memarkirkan ke tepi.
"Gak kok, bensin masih penuh. Ini mau ke bengkel aja."
"Waduh, Bu. Bengkelnya lumayan jauh kalau didorong begini."Â
"Gak apa-apa, pelan-pelan kan nanti sampai," Bulik menjawab optimis.
"Gini aja, Bu. Ibu pake motor saya, antar si Anak Ibu ke rumah," kata siswa laki-laki sembari menyerahkan kunci motornya. "Motor Ibu saya bawakan ke bengkel," sambungnya sembari memberi petunjuk bengkel terdekat dari sekolah.
"Wah, jangan Nak! Ibu gak berani bawa motor orang. Lagian anak cewek yang Ibu mau jemput, sudah janjian dijemput ayahnya," Bulik menolak dengan tersenyum.