Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kebaikan dari Rasa Tulus dan Percaya

29 Juli 2022   12:16 Diperbarui: 13 Agustus 2022   06:24 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://blora.pikiran-rakyat.com/nasional

Hujan turun hampir seharian dari subuh hingga sore hari di Kota Tepian Mahakam kemarin. Asisten Rumah Tangga (ART) tetap setia mengantar anak gadis saya berangkat sekolah dengan mengenakan jas hujan mengendarai roda dua. Usai itu kembali ke rumah saya, menjemput dan mengantar menuju tempat mengajar mengaji.

Saat usai mengajar jelang siang, hari masih gerimis. Bulik -demikian saya memanggil ART yang sudah kerja hampir 13 tahun di keluarga-  menjemput dan mengantar saya pulang ke rumah. Tetiba motor sedikit tersendat ketika menaiki tanjakan.

"Motormu kenapa, Bulik?"

Baca juga: Sepatu Sang Juara

"Mboten ngertos. Mangke kulo cek." Bulik santai dan tenang. (Ndak tahu. Nanti saya cek)

Sesampai di rumah, beliau izin kembali pulang ke rumahnya karena ada keperluan lain. Saya mengiyakan saja, mengingatkan untuk berhati-hati di jalan.

Baca juga: "Kok, Awet Banget Bulik Kerja denganmu, Mbak?"

Sore hari, saat sedang mengajar mengaji anak-anak di rumah, tiba-tiba anak gadis saya menelpon. Suami yang baru pulang dari dinas luar kota membantu saya menjawab panggilannya. 

Putri saya mengabarkan bahwa Bulik sudah menjemput di sekolah tetapi tetiba motornya mogok. Suami meminta anak kami untuk menunggu dan berjanji segera menjemputnya. 

Barulah pagi ini saya mendapatkan kisah mengharukan dari Bulik atas kejadian yang dia alami.

***

Anak gadis saya sedikit cemas, bagaimana nanti bulik pulang mendorong motornya yang mogok dari sekolah menuju rumahnya. Itu sangat jauh lebih dari empat kilometer. Lagian cuaca masih bergelayut mendung, lumayan gerimis mereda.

"Ayah sudah pulang ternyata, Bulik, jadi bisa jemput aku. Bulik gimana?"

"Ndak apa-apa, Bulik dorong pelan-pelan sampai ketemu bengkel. Dah, kamu jangan kemana-mana. Tunggu di situ aja, biar Ayah gak susah nyari kamu, ya." Bulik berlalu dan memastikan putri saya duduk di tempat biasa untuk penjemputan dekat sekolah.

Dari pintu keluar sekolah menuju jalan besar, pengendara melalui satu jalur jalanan yang lebarnya tak seberapa, pas untuk lalu lalang mobil dan motor. Baru beberapa meter mendorong motor, seorang siswa laki-laki bermotor menghampirinya.

"Kenapa motornya, Bu?" Sapanya dengan santun

"Ndak tahu, Nak. Tiba-tiba mogok."

"Habis bensin, kah?" Tanyanya sembari mematikan kendaraan dan memarkirkan ke tepi.

"Gak kok, bensin masih penuh. Ini mau ke bengkel aja."

"Waduh, Bu. Bengkelnya lumayan jauh kalau didorong begini." 

"Gak apa-apa, pelan-pelan kan nanti sampai," Bulik menjawab optimis.

"Gini aja, Bu. Ibu pake motor saya, antar si Anak Ibu ke rumah," kata siswa laki-laki sembari menyerahkan kunci motornya. "Motor Ibu saya bawakan ke bengkel," sambungnya sembari memberi petunjuk bengkel terdekat dari sekolah.

"Wah, jangan Nak! Ibu gak berani bawa motor orang. Lagian anak cewek yang Ibu mau jemput, sudah janjian dijemput ayahnya," Bulik menolak dengan tersenyum.

Rupanya kawan-kawan siswa laki-laki yang baru keluar dari sekolah turut mendekat. Ada sekitar 5 siswa bermotor, kata Bulik. Mereka berkerumun dan memberi ide kepada Bulik.

"Gini aja, Bu. Ibu pakai motor saya. Kita ketemuan di bengkel. Motor ibu biar saya bawa, ntar dibantu dorong sama kawan saya sampai sana. Biar cepet, ini sudah sore, Bu. Ya?" Bujukan tersebut meluluhkan hati Bulik melihat ketulusan dan kepercayaan mereka.

Bulik menerima kunci motor siswa tersebut dan men-stater kendaraan. Siswa laki-laki yang bertukar motor dengan Bulik, menaiki motor mogok. Dibantu salah satu kawannya yang juga bermotor, motor mogok di dorong dengan cara salah satu kakinya mendorong dari belakang dengan cara berpijak di footstep.

Jadilah mereka berlima berkendara beriringan menuju bengkel yang dituju, mengiringi motor mogok. "Malah duluan anak-anak yang nyampe bengkel," Bulik bercerita sambil tersenyum mengenang mereka. "Gak ngerti sopo jenenge, arek-arek apik." (Gak ngerti siapa namanya, anak-anak baik).

Bulik mengucapkan terima kasih, mereka pun berlalu dan pamit. Ternyata setelah dicek oleh tukang bengkel, busi motor sudah aus dan harus diganti baru.

***

Sepanjang Bulik bercerita, saya mengucap MasyaAllah berulang-ulang, sebagai wujud ekspresi bahwa segala sesuatu yang terjadi tersebut adalah karena kehendak-Nya.

"Ya, Allah, Bulik, baik banget tuh anak! Segitunya lho percaya sama Bulik, sampai mau nyerahkan motornya untuk ganti ngantar anakku sampai ke rumah. Lha apa gak khawatir motornya gak balik, misalnya?" Saya sampai terharu dan takjub. Hari gini masih ada anak remaja yang peduli dan perhatian seperti itu kepada orang asing di tengah jalan.

"Nggeh duko, mboten ngertos kulo. Mungkin mesakno kalih kulo, yak-e," Bulik tertawa polos. (Ya nggak tahu, ndak paham saya. Mungkin kasihan sama saya, kayaknya).

Saya mengucap syukur, terharu atas kebaikan hati anak-anak tersebut kepada Bulik. Rasa tulus dan kepercayaan mereka mendasari perbuatan baik yang tidak ditunda-tunda. Di saat remaja lain kadang cuek dengan keadaan, masih ada yang tergerak hati untuk menolong. Hal kecil tapi sungguh luar biasa bagi kami.

"Semua itu juga karena kamu orang baik, Bulik. Selama ini sering nolong orang, nolong keluarga kami dengan caramu kerja dan menjaga kepercayaan. Allah punya cara untuk menolongmu saat seperti itu. Doakan anak kita juga ringan tangan menolong orang lain kayak cowok-cowok tadi yang kamu ceritakan." Bulik hanya senyum-senyum sambil terus menyetrika, dan saya segera menutup pintu kamar, bergera menuliskan kisah ini dengan hati yang masih diliputi ketakjuban.

***

Sebuah cerita yang mengharukan buat saya. Perubahan itu pasti karena zaman itu berubah. Cara mendidik anak pun harus menyesuaikan zamannya. Namun menebar kebajikan itu harga mati. Berbuat baik janganlah di tunda-tunda. 

Saya yakin, anak-anak berlomba berbuat kebajikan selagi ada yang bisa dilakukan saat itu juga. Allah datangkan caranya di depan mata dengan kejadian motor mogok. Keikhlasan, rasa tulus dan percaya, meliputi hati mereka untuk langsung menolong tanpa pamrih. 

Terima kasih ya, anak-anak sekalian. Pahala terbaik untuk kalian atas kebaikan ini. Salam hormat untuk ayah bunda dan para guru yang mendidikmu dengan budi pekerti baik.

***

Catatan tambahan:

Peristiwa tersebut ternyata disaksikan oleh suami dari wali kelas anak saya. Saat artikel ini ditayangkan, beliau membenarkan ada kejadian tersebut berdasarkan cerita dari suaminya.

Rupanya ada pula yang turut menyaksikan. Bahkan salah satu orang tua dari siswa penolong tersebut membubuhkan komentar bahwa satu diantaranya adalah anak beliau.

Belakangan hari setelah artikel ini saya unggah dan berbagi kisah kepada walikelas, rupanya tulisan kisah kebajikan ini mendapat respon baik dari kepala sekolah untuk menyebarkannya ke grup perpesanan.

Anak gadis saya mengatakan bahwa pada kesempatan apel pagi, Kepala Sekolah membacakan artikel ini dihadapan siswa dan guru, selanjutnya memanggil tiga siswa yang terlibat langsung menolong ART saya. Beliau berjanji akan memberikan apresiasi berupa sertifikat kebajikan atas perbuatan baik menolong sesama.

Mohon doanya kepada para pembaca, agar saya pun bisa berkesempatan langsung bertemu dengan anak-anak remaja yang baik hati tersebut. Aamiin.

***

Artikel 85 - 2022

#Tulisanke-385
#BlogCompetitionMettasik

#KebajikanMettasik
#MaybankFinance
#KomunitasPenulisMettasik
#DiarySiskaArtati
#NulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun