Beliau tetap menyambut dengan ramah. Beliau bersyukur, vaksin yang disediakan tidak terbuang, karena kami tetap datang.
Aiih, kembali saya deg-deg-an, Pembaca. Saya 'kan benci jarum suntik. Pikiran sudah berusaha tenang dan ikhlas mau disuntik, tapi saya tetap gemetaran.Â
Dan beneran! Mungkin karena hal itu, hasil tensi saya lumayan tinggi ya. Biasanya di angka 120/100 atau 130/110, ini malah 164/92! Padahal kalau lagi tensi rendah, saya pernah 90/60 lho! Hanya bisa tiduran di kasur!
Bu Dokter menghibur dengan tawa renyahnya, agar saya tidak terlalu tegang. Saya yang pertama kali dapat suntikan vaksin booster. Saya sodorkan lengan kiri, lalu Bu Dokter bersiap melalukan injeksi.Â
Aih! Meski kata orang, disuntik itu rasanya bagai digigit semut, tetap saja saya merasa sakit dan ngilu.Â
Saya meringis menahan nyeri dan selesai sudah bagian saya. Lalu, giliran suami dan anak.
Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Kami juga menyerahkan fotocopy identitas diri kepada Bu Dokter sebagai kelengkapan administrasi untuk input data.
***
Usai vaksin booster, kami tidak mengalami hal-hal yang dikhawatirkan. Bu Dokter menyarankan, apabila bekas suntikan terasa ngilu atau pegal, bisa dikompres dengan air dingin.
Benar saja, kami bertiga mengalami ngilu yang luar biasa keesokan harinya. Saya pun mengompres dengan air dingin sebanyak 4 kali dalam sehari di area seputar bekas suntikan.Â
Selasa pagi ini sudah mulai berkurang pegalnya, dan tangan sudah mulai bisa digerakkan dengan nyaman. Pagi dan siang pun masih tetap saya kompres.Â