Saya sebagai siswa - kala itu - juga harus mampu mengukur diri atas kemampuan pada bidang yang saya tekuni. Bukan saya tak menyukai pelajaran eksakta, namun pelajaran IPS lebih saya sukai dan kuasai.
Kini, hal-hal yang pernah saya pelajari di sekolah amatlah bermanfaat. Untuk membimbing anak saat mengerjakan tugas sekolah, berbagi ilmu dan cerita kepada siswa les di rumah, bertukar pengalaman dengan orangtua lain.
Apapun kurikulum yang digunakan, keputusan pemilihan penjurusan tetaplah di tangan anak selaku peserta didik. Orangtua dan guru mengarahkan sesuai cita-cita, harapan dan keinginannya untuk meraih masa depan.
Jikalau penjurusan dihapuskan dan siswa diberi kesempatan meramu pilihannya sendiri, boleh juga kok. Zaman makin berkembang, boleh saja menyesuaikan kondisi dan situasi opendidikan di negeri ini yang makin berkembang. Tentunya juag menyesuaikan keadaan sekolah masing-masing di wilayah tertentu.
Namun, belajar semua ilmu yang ada, mendatangkan keberkahan dan in syaa Allah bermanfaat dalam kehidupan anak-anak kelak, sebagai pendidikan sepanjang umur hingga akhir hayat.
Penjurusan di sekolah hanyalah sarana dan prasana agar anak didik fokus dengan minat dan bakatnya. Sebagaimana adanya sekolah yang berbasis agama, seperti sekolah islam terpadu dengan penyelenggaraan fokus tahfidz dan tahsin, hal itu juga memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar ilmu agama lebih intens dan tetap belajar ilmu pengetahuan lainnya.
Bagaimana dengan pengalaman anda dengan jurusan A1, A2, A3 atau A4 ini?
Saya bangga jadi anak IPS!Â
***
#tulisanke-298
#DiarySiskaArtati